Sebelas

10 4 0
                                    

Setelah mendengar suara itu Alicia semakin menunduk. Samar-samar aku mendengar isakannya yang ia tahan. Gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya dengan senyum yang masih terlihat jelas di wajahnya. Berlawanan dengan Alicia yang saat ini berusaha menahan tangisannya.

"Apa kau tidak merindukan kakakmu ini?".

Setelah mendengar kalimat itu seketika tangis Alicia pecah. Ia langsung berlari menghampiri itu dan memeluknya dengan erat. Gadis itu —Alexa— tidak mengatakan apa-apa selain mengusap pelan kepala Alicia.

Tangis Alicia tidak berhenti untuk waktu yang cukup lama. Aku mengerti kalau dia pasti sangat merindukan kakaknya. Setelah tangis Alicia berhenti ia menatap kakaknya yang masih tetap tersenyum. Senyum yang begitu menenangkan hati.

Aku masih tetap berdiri di tempatku sambil memandangi sepasang saudara yang tengah melepas rindu setelah tidak bertemu selama bertahun-tahun.

"Cia, kau sudah berubah ya", gadis itu —Alexa— yang membuka suara lebih dulu sementara Alicia masih tetap diam.

"Apa kau masih menyalahkan dirimu sendiri sejak aku pergi hari itu?", Alicia tidak menjawab, tangisnya kembali pecah.

"Hei, sudah jangan menangis lagi, itu bukan salahmu".

"Tidak, itu salahku! Ji....ka k-kau tidak....menyelamatkanku itu ti....dak akan ter-ja....di....hiks".

"Itu bukan salahmu, aku menyelamatkamu karena keinginanku, aku tidak ingin adikku yang manis ini terluka".

"H-hiks....se-setelah kau p-per....gi a-ayah dan i....bu j-juga pergi hiks....aku sendirian", tangis Alicia semakin pecah.

Aku menghampiri mereka berdua, "kau tidak sendirian", Alicia mengalihkan pandangannya padaku, "aku bersamamu", ucapku.

"Lihat, kau tidak sendiri", Alicia kembali mengalihkan pandangannya kepada Alexa.

Lagi-lagi hening, hanya terdengar suara hujan yang mulai mereda.

"Sepertinya waktuku sudah tidak banyak lagi", gadis itu —Alexa— mulai berbicara lagi. Kali ini tangis Alicia sudah sepenuhnya reda.

"Jangan menangis lagi ya", gadis itu tersenyum lalu diam untuk beberapa saat.

"Tolong jaga adikku", aku yang tadinya sedikit menunduk langsung menatap gadis itu dan Alicia secara bergantian lalu mengangguk tanpa mengatakan apa-apa.

Lagi-lagi gadis itu tersenyum. Hujan yang tadinya deras kini hanya tinggal gerimis kecil. Gadis itu melepaskan pelukan Alicia.

"Selamat tinggal", ucapnya sambil tersenyum hingga kedua matanya menyipit.

Perlahan tubuhnya berubah menjadi titik-titik cahaya lalu terbang dan menghilang. Alicia ikut tersenyum sendu dengan mata yang sembab karena menangis.

"Selamat tinggal Alexa".

Hujan telah sepenuhnya reda. Kini bulan telah muncul di langit yang sebelumnya tertutup awan. Beberapa bintang turut menemani sang bulan yang bersinar di langit malam.

Kami masih belum meninggalkan taman. Alicia duduk di ayunan tua yang sebelumnya diduduki Alexa saat aku baru pertama kali bertemu dengannya.

"Ternyata hujan tidak begitu buruk ya", aku sedikit terkejut saat Alicia mengatakannya.

Aku masih tetap diam. Aku tidak tau harus menanggapinya seperti apa.

"Kurasa aku tidak sepenuhnya membenci hujan", lagi Alicia mulai membuka suara, "Kalau bukan karena hujan aku tidak akan bisa bertemu Alexa lagi, meski hanya sebentar tapi aku sangat senang".

Kami berdua sama-sama diam untuk waktu yang cukup lama. Dinginnya angin malam terasa menusuk kulit. Ditambah lagi dengan keadaan kami yang basah kuyup karena hujan.

"Udaranya semakin dingin sebaiknya kita pulang, aku akan mengantarmu", ucapku.

Alicia tidak mengatakan apa-apa tapi ia beranjak dari posisi duduknya dan mulai berjalan meninggalkan taman. Aku berjalan mengikutinya dari belakang untuk memastikan ia sampai dengan selamat di rumahnya. Setelah mengantar Alicia aku sendiri langsung pulang kerumah lalu segera mandi dan mengganti pakaianku yang basah.
.
.
.
Esok harinya semua berjalan seperti biasa. Namun, sepertinya Alicia jadi agak lebih pendiam dari sebelumnya. Calvin sendiri juga cukup pendiam hari ini. Setelah pulang sekolah mereka berdua mengunjungi taman terlebih dahulu. Disana mereka menemukan secarik kertas dan setangkai bunga Daisy di atas ayunan tua.
.
.
.
Aku sangat senang Cia punya teman, jangan selalu menutup diri dari semua orang aku tidak suka itu, aku lebih suka Cia yang selalu ceria seperti saat kecil dulu.
—Alexa

Surat kesembilan.

Ternyata surat yang kuterima kemarin bukan yang terakhir. Masih ada surat kesembilan hanya saja penerimanya bukan aku melainkan Alicia. Setelah membaca surat itu Alicia tersenyum, sangat tipis hingga sulit disadari.

....

Sudah sebulan berlalu sejak hari itu. Alicia yang sekarang tampak.lebih sering tersenyum walau ia masih sama pendiamnya dengan yang dulu. Tapi setidaknya masalah yang membebani hatinya telah terselesaikan. Kami juga telah mendapatkan teman baru. Seorang gadis yang sangat ceria dan selalu tersenyum kepada semua orang. Gadis itu baru pindah kemari dua minggu yang lalu. Meski mendengar beberapa rumor buruk tentang Alicia ia tampak tidak peduli dan tetap berteman dengan kami. Aku senang Alicia menemukan orang lain yang dengan tulus berteman dengannya selain diriku. Terlebih lagi Alicia sempat mengatakan kalau gadis itu sedikit mirip dengan Alexa.

End

Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang