4 - Pulang

1.6K 185 1
                                    

Leo berdiri di sebuah gua yang gelap dan sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leo berdiri di sebuah gua yang gelap dan sepi. Suara air menetes terdengar menggema saat tetesannya menyentuh genangan air di tanah. Suara jangkrik dan samar-samar bunyi binatang malam lainnya terdengar. Leo kebingungan, tiba-tiba dirinya kembali ke gua ini. Dengan wajah takut ia melihat sekitar.

“Ayah ....” Suara seorang anak kecil memanggilnya. Suara itu berasal dari Raffa anaknya sendiri. Dengan jelas, Leo bisa mendengar dalam tidurnya.

“Kenapa ayah begini? Kenapa, Ayah?” tanya Raffa dengan nada yang hampir menangis.

“Raffa?” panggil Leo, akan tetapi Raffa tidak kunjung muncul. Hanya suaranya saja yang terdengar.

Tak lama kemudian, Leo membuka mata. Akhirnya ia sadar bahwa semuanya hanyalah mimpi. Setelah malam yang melelahkan itu, Leo memang mengistirahatkan badannya di rumah Ki Danang. Di atas sebuah ranjang bambu sederhana dirinya berbaring, terlelap sepanjang hari dan baru terbangun ketika mengalami mimpi itu. Melewati jam demi jam dalam tidurnya, sementara Ki Danang pergi entah kemana meninggalkannya seorang diri.

“Cuma mimpi,” gumamnya yang masih terbayang-bayang dengan apa yang terjadi di gua semalam.

***

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, keesokan harinya sudah saatnya bagi Leo untuk berpamitan. Tak ada alasan lagi baginya untuk menetap lebih lama di rumah Ki Danang. Pagi itu ia mulai mengemas barang-barangnya. Baju-bajunya ia masukkan ke dalam tas, ia memakai pakaiannya dengan rapi. Mengenakan sepatu dan jaket, siap untuk pergi meninggalkan rumah reyot yang menampungnya selama beberapa hari ini.

Di luar, Ki Danang duduk sambil menghisap sebatang rokok di antara kedua bibirnya. Matanya memperhatikan ayam-ayan peliharaannya yang berwarna hitam legam. Sesekali ia sebarkan beras ke arah ayam-ayamnya agar mereka bisa makan.

Tak lama kemudian, Leo keluar dengan pakaian rapi. Ki Danang sudah tahu bahwa pemuda itu akan meninggalkannya hari ini. Leo duduk di samping Ki Danang, pria tua itu menoleh dan tersenyum ke arahnya. “Udah?” tanya Ki Danang.

“Udah,  Ki. Saya harus pulang,” kata Leo.
Ki Danang mengangguk. “Pulanglah sana, banyak yang nunggu kamu di kota,” ucap pria tua itu sambil membuang asap rokok dari dalam mulutnya.

“Ki, terima kasih banyak ya. Atas semuanya,” ucap Leo. “Setelah apa yang Ki Danang berikan ke saya, makanan, tempat tinggal sampai bantu urusan saya. Semuanya belum bisa saya balas sekarang,” kata Leo.

“Gak apa-apa,” jawab singkat Ki Danang.
“Sebenernya saya gak mau pergi, saya nyaman di sini. Di desa ini. Rasanya tenang dan tentram, apalagi saya bisa ketemu sama orang baik seperti Ki Danang.” Leo kembali bicara.

Ki Danang menoleh dan menatap Leo. “Kamu bisa main ke sini kapan-kapan. Yang penting sekarang, kamu pulang dan kamu selesaikan urusan kamu di kota, kalau ada apa-apa boleh telepon saya,” ucap Ki Danang.

Jerat Maut Perjanjian Setan (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang