Semenjak dirinya dipenuhi gelimang harta dan uang, Leo seakan lupa dengan kesedihan ditinggal sang anak. Dirinya lebih sibuk mengurus uang dan segala kekayaan yang ia miliki sekarang. Segalanya bisa ia miliki, nikmatnya dunia membutakan dirinya. Uang-uang itu datang dengan sendirinya tanpa ia bekerja dan berusaha.
Setiap hari pekerjaannya sekedar mondar-mandir di kawasan kota, mengunjungi tempat satu ke tempat lain dengan mobil mewahnya. Mengunjungi berbagai klub setiap malam, dan berkencan dengan berbagai wanita yang ia temui. Dunia miliknya sekarang. Hidupnya berubah 360 derajat, Leo saat ini berbeda dengan sebelumnya. Ia bukan lagi laki-laki malang yang hidup dalam kesendirian. Kini, seluruh dunia menyambutnya.
***
Malam itu cahaya bulan terang benderang, bersamaan dengan kelap-kelip lampu kota yang menyala menghias cakrawala. Warna-warni cahayanya menyilaukan mata siapa pun. Gedung-gedung yang tinggi dan megah bercahaya di tengah malam, dan kendaraan memenuhi badan jalan. Suara klakson sesekali terdengar saling bersahutan.
Seperti malam-malam biasanya, Leo mengunjungi salah satu klub malam yang menjadi favoritnya. Ia duduk dengan nyaman di sebuah sofa yang empuk, seorang diri dan hanya ditemani secangkir minuman keras lengkap dengan botolnya. Matanya melihat ke sekumpulan anak muda yang tengah asik terbuai dengan pesta dan kemeriahan malam.
Sesekali ia teguk gelas minuman di tangannya. Cahaya penuh warna dari lampu pesta menerpa wajahnya, yang sinarnya berkedip-kedip mengikuti irama musik yang diputar keras memenuhi seisi ruangan.
Seorang wanita cantik datang mendatanginya, dengan pakaian berwarna merah ketat yang dengan jelas memperlihatkan bentuk tubuhnya yang indah. Rambutnya yang halus dan wajahnya yang dirias sedemikian cantik. Wanita bernama Nessa, tiga tahun lebih muda dari Leo yang kini sudah hampir menginjak usia 28 tahun.
“Leo, kamu gak kebanyakan minum?” tanya Nessa yang langsung duduk di samping Leo.
“Enggak,” jawab Leo singkat. Ia lalu mengecek jam tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Klub malam itu sedang ramai-ramainya.
“Mau pulang?” tanya Nessa.
“Aku duluan ya,” kata Leo yang kemudian memegang pipi wanita cantik itu. Ia lalu mengambil jaket yang tergeletak di atas sofa, kemudian memakainya. “Nanti lain waktu kita main lagi,” ucap Leo yang kemudian langsung berdiri dan merapikan barang-barangnya.
“Hati-hati ya, udah malem banget,” ujar Nessa.
“Gak apa-apa. Kamu pulang ada barengan, kan?” tanya Leo. Nessa mengangguk. “Aku pergi,” kata Leo pamit untuk terakhir kalinya, lalu mulai berjalan meninggalkan Nessa sendiri di sofa itu.
Leo yang mulai bosan dengan klub malam itu berjalan keluar dengan wajah malas. Kakinya melangkah melewati koridor yang mengarah ke pintu keluar. Setelah melewati pintu besi, dirinya pun sampai di luar yang menghadap langsung ke lahan parkir. Tempat di mana mobilnya terparkir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerat Maut Perjanjian Setan (TAMAT)
TerrorKISAH PESUGIHAN UANG GAIB DI GUA SETONGGO Di tengah berbagai kesulitan yang menimpa dirinya, Leo nekat mengambil jalan instan demi mengembalikan kejayaan. Ia pun meminta bantuan seorang dukun untuk membuat perjanjian dengan setan penghuni Gua Seton...