• 𝕹𝖔𝖙 𝕾𝖙𝖗𝖔𝖓𝖌 𝕰𝖓𝖔𝖚𝖌𝖍

1K 132 3
                                    

Sudah tiga hari Vika kehilangan kesadarannya dan tiga hari itu pula Claude tidak bisa tidur karenanya. Dari masalah kesehatannya sampai dengan Athanasia yang selalu menanyakan tentang keberadaan Vika.

"Daddy, dimana kakak yang kemarin? Daddy tidak mengirimnya pulang kan?" Athanasia bertanya dengan berpangku tangan. Ia merasa bosan karena Vika tidak ada disisinya tiga hari belakangan ini.

Claude kembali memilih dahinya pelan. Rasa kantuk dan pusing mulai menjalar di kepalanya. "Athanasia, kakak yang kau maksud berada dikamar tamu. Ada sesuatu yang terjadi tiga hari yang lalu, kakak itu sedang beristirahat."

"Tapi kata Hannah. Kakak itu tidak bangun ketika pelayan membangunkannya." ucapan Athanasia sembari menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Daddy, memangnya apa yang terjadi dengan kakak itu?" binar Athanasia menghilang, Claude hanya bisa menghela nafas. Ia menghentikan pekerjaannya, lalu manik berlian itu menatap Athanasia.

"Ada hal yang tak diinginkan terjadi tiga hari yang lalu. Tamu itu tertembak sihir hitam yang ditujukan kepadaku." manik berlian milik Athanasia membesar.

"Bagaimana bisa apa yang dirasakan oleh Vika terjadi? Jangan-jangan anak itu bukan anak biasa?" batin Athanasia bingung.

"Daddy, bolehkah Athy melihat kak Vika? Athy janji tidak akan ribut, Athy hanya ingin melihat keadaan Kak Vika." Claude menatap manik berlian yang sama dengan miliknya itu.

"Felix,antar Athanasia kekamar tamunya. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan disana."titah Claude yang diangguki oleh Felix.

Felix membungkuk. Lalu, mempersilakan Athanasia agar berjalan disampingnya. Athanasia mengangguk, kaki mungil nya mulai berlari menuju kamar dimana Vika terbaring disana.

Cklek.

"Dia masih tertidur."bisik Athanasia sembari mendekati pinggiran kasur milik Vika.

"Bagaimana ini bisa terjadi,Felix? Athy tuan yang buruk bukan?" Athanasia menatap lekat wajah damai Vika yang tertidur.

Felix yang Athanasia hampir menangis pun, mendekat dan mengelus punggungnya pelan. "Itu bukan salah Tuan Putri, apa yang terjadi pada malam itu bukan salah anda."

"Apa yang dia mimpikan sampai-sampai tidurnya sangat nyenyak dan tidak mau bangun untuk menemaniku bermain." Athanasia berjalan menjauh dari kamar Vika, wajahnya mulai memurung.

Setiap hari Athanasia berkunjung ke kamar Vika dan dengan Vika menjawab dengan respon yang sama. Manik Heterochromia yang berbinar itu masih tertutup dengan kelopak dan enggan untuk terbuka.

Seminggu setelah kejadian di taman belakang, Claude masih saja sibuk dengan pekerjaan kerajaannya. Athanasia memiliki teman baru yaitu keponakan dan putra Tuan Alpheus, Jennette Margarita dan Ijekiel Alpheus.

Athanasia lebih nyaman dengan Vika, tentu. Bagaimana pun gadis itu adalah teman dari masa yang sama dengannya. Ia juga harus waspada dengan Jennette, karena dia yang menyebabkannya dibunuh diumur yang muda.

"Athy, tidak apa-apa kan?"tanya Jennette sambil melambaikan tangannya didepan wajah Athanasia, yang membuatnya terlonjak kaget.

"Athy tidak apa-apa kok. Hanya sedikit lelah saja." jawab Athanasia sambil tersenyum manis.

𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐧𝐝 𝐢 ; 𝑪𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝑨𝒍𝒈𝒆𝒓 𝑶𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang