•
Vika menghela nafasnya pelan, jepit rambut terakhir dilepas dari surai cokelat tuanya. Surainya tergerai bebas. Vika mengucek matanya, lelah.
Ada sesuatu yang dipikirkan nya sejak berbincang dengan Athanasia tadi dan berapa canggung nya dirinya ketika bertemu Claude dijalan menuju kamarnya.
Manik berlian milik Claude tak hentinya menatap Vika tajam. Ada sesuatu dimanik berlian biru itu, secuil emosi ada diantaranya.
"Huft, kapan aku pulang?"gumamnya sambil mendudukkan dirinya dikasurnya.
"Si Lucas goblok baat dah, masa harus nungguin beberapa tahun untuk menyempurnakan sihir apparate nya." gumamnya lagi, tubuhnya dijatuhkan diatas kasur empuk.
Manik Heterochromia nya menerawang langit-langit kamarnya. Ia berpikir apa yang sedang dilakukan oleh keluarganya.
Sudah dua hari Vika di dimensi lain alias isekai ini. Hembusan nafas panjang terdengar, hari ini juga ia tak melihat tanda-tanda kehidupan milik Jennette.
Sret—
Sekelebat bayangan melewati jendela kamarnya. Membuat ekor manik Heterochromia itu membelalak kaget. Tangannya meraih selimut untuk membalut tubuhnya.
Juntaian gaun tidurnya menyapu lantai, agak berjinjit ketika dirinya membuka kamar yang anehnya tak punya penjaga.
'Godneess,kumohon itu bukan Anastacius yang lagi cosplay Kurtet kan? Atau jangan-jangan itu kiriman sihir hitam itu?!'batin Vika ketakutan.
Dirinya jelas panik. Hatinya tak tenang, kakinya membawanya menuju koridor yang anehnya lagi sepi. Ia tak tau jika sepasang manik berlian itu juga sedang mengamatinya.
"Hosh.. Hosh.. Dimana bayangan tadi?"manik Heterochromia bergulir menatap sekelilingnya. Koridor itu menyambungkan hutan belakang yang sangat luas.
"Kenapa cepat sekali larinya."rutuknya lagi. Sandal kamarnya hilang entah kemana. Kakinya kotor tipikal menginjak tanah yang agak basah.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini?" Suara dingin dan datar itu membuat Vika menoleh dengan gerakan patah-patah.
"Kau mencoba kabur,huh?" Claude, dengan baju tidur ala roma miliknya itu. Tangan kirinya menyangga selendang dan manik berlian nya menatap Vika tajam.
"T-tunggu. Tadi ada bayangan yang berlari dijendelaku. J-jadi aku memutuskan untuk mengejarnya kesini."
Burst—
Sebuah bola hitam terlempar lurus menuju Claude. Vika yang melihatnya pun berlari dan mendorong Claude yang membelalak kaget.
Boom.
Pukulan berat bola itu membuat Vika terhuyung. Dada, tidak jantungnya serasa terbakar. "Apa yang kau lakukan bodoh?!" Claude mengumpat ketika Vika mulai memuntahkan darah segar melalui mulutnya.
"Y-yang mulia a-awas." pandangan Vika kabur seketika, Gelap.
Claude langsung menggendong tubuh Vika tak peduli dengan gaun tidur gadis itu yang sepenuhnya kotor.
"Felix panggilkan penyihir menara untuk atasi ini."Ucapnya bergegas berlari menuju ruangan Vika.
Felixpun tanpa babibu langsung berlari menghubungi penyihir menara. Ia tak lupa memerintahkan para prajurit untuk memeriksa sekitar hutan belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐧𝐝 𝐢 ; 𝑪𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝑨𝒍𝒈𝒆𝒓 𝑶𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂
Fanfiction╰─▸ ❝ 𝑃𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑖𝑙𝑙 𝑏𝑒 𝑝𝑎𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡ℎ𝑒 𝑓𝑢𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑦. ❞ 𝑪𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝑨𝒍𝒈𝒆𝒓 𝑶𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂 × 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓