•
Oh,dimana ini. Aku tidak tau tetapi tempat ini sangat familiar.
"I’ve lost. It feels as if I’ve been played by you all along."
Suara siapa itu? Aneh tak ada orang dikamar ini. Aku berjalan berkeliling. Sofa empuk maaf meninggalkan mu ya.
"I’ll beg if you want me to. Because if I don’t, I’ll lose you completely."
Itu Claude kan? Dan siapa wanita itu. Bloody Hell! Itu mami Diana. Astagadragon, ini scene dimana Claude membujuk Diana agar menggugurkan kandungan nya.
Tapi,kenapa aku yang ada disini?! Bukan seharusnya Athanasia yang melihat ini kan?!
Heboh, iya itu kata yang aku pikirkan. Bagaimana bisa aku disini, ini bukan seharusnya aku disini kan?!
"Yes, I’m aware. This is nothing but some stupid game of emotions."
"Anjirr, sakit hati aku mas." Aku tetap mengintip dan menguping percakapan mereka berdua. Sebenarnya hanya suara Claude yang terdengar. Ya,tentu karena dia berteriak bund.
"But knowing that, I still end up showing all my cards like this again."
"Astaga dia Bucin dong. Aaaaa gemoy."Batin ku bergejolak ketika mendengar Claude mengatakan itu.
"Don’t think about anything else. Decide this with only yourself in mind. Don’t leave. Choose me. Choose me instead of the child that’s eating away at your life as we speak!"
Tes..
Astaga,kenapa pake acara menangis segala sih. Aku mengusap air mataku cepat. Diana termangu karena ucapan Claude. Ia membebaskan dirinya dari Kungkungan Claude dan berlari ke arahku.
Tunggu, maksudku pintu. Diana menembus tubuhku. Diam-diam aku bersyukur karena transparan dan tak dapat dilihat. Sedangkan Claude sepertinya menatap kepergian Diana diam.
Berlian birunya tak sengaja bertemu dengan mataku, lagi. Tajam dan dingin, jangan-jangan ia tau kalau aku ada disini?! Panik aku buru-buru menyingkir kesofa dan duduk dengan tenang.
Damage dari tatapan berlian biru Claude itu sangat merusak semuanya. "Kau yang disana?!" Aku kaget ketika di menunjuk kearah sofa yangku duduki.
"Damn,Shit motherfucker. Bagaimana ia tau aku disini?! Inikan mimpi miskah?!"Batinku marah.
Nafasku tertahan ketika Claude berjalan mendekati sofa empuk ini. Aku merampal doa sambil memejamkan kedua mataku.
"Berikan hambamu ini sedikit pengampunan Tuhan. Kumohon jauhkan malaikat kematianku setidaknya kali ini saja"batinku lagi. Ketakutan
•
Sret...
Claude mendekati sofa empuk yang diduduki oleh gadis asing yang tak lain adalah Vika. Entah kenapa tangannya meraih bantal dan membawanya ke paha Vika.
Merebahkan tubuhnya dipangkuan Vika. Vika berjengit kaget ketika Claude malah tidur di pangkuannya. Takut, iya?!. Panik, apalagi?!. Setidaknya Claude tak meraih pedang dan membunuh Vika disofa empuk itu kan.
"Sebentar saja." Claude menatap Heterochromia milik Vika. Lelah adalah satu kata yang menggambar kan tatapan itu.
Tangan Claude meraih tangan mungil milik Vika dan meletakkannya di kepalanya. "Kumohon sebentar saja." Astaga,jika Vika boleh teriak sekarang. Gadis itu akan berteriak karena tangannya digenggam oleh Claude.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐧𝐝 𝐢 ; 𝑪𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝑨𝒍𝒈𝒆𝒓 𝑶𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂
Fanfic╰─▸ ❝ 𝑃𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑖𝑙𝑙 𝑏𝑒 𝑝𝑎𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡ℎ𝑒 𝑓𝑢𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑦. ❞ 𝑪𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝑨𝒍𝒈𝒆𝒓 𝑶𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂 × 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓