•
Vika duduk diantara Athanasia dan sang ayahnya. Wajahnya memerah karena mengingat kejadian yang terjadi pada malam hari itu. Claude memasang raut wajah datar seperti biasa sedangkan sang putri sedang menikmati sarapannya dengan hati berbunga-bunga.
Suasana Awkward sangat kental dimeja makan itu. Felix yang berada di sepuluh meter jauh dari meja itu pun merasakan kecanggungan yang sangat mencekik leher itu. Athanasia yang berbunga-bunga pun hanya melanjutkan acara sarapannya tak memperdulikan suasana canggung antara ayahnya dan gadis isekai itu.
Hanya suara alat makan yang berdenting dimeja makan. Vika yang memakan makanan yang dihidangkan dengan sunyi, tanpa memandang Claude yang menatapnya intens.
"Apa terdapat sesuatu di wajahku?" Batin sang gadis bingung.
Khawatir dengan tatapan intens dari sang kaisar Vika menatap pantulan wajahnya di cangkir teh yang disajikan didepannya. Alisnya mengernyit, tidak ada apa-apa diwajahnya yang membuat Vika bernafas lega. Bisa malu jika ada sesuatu yang menempel diwajahnya.
Manik Heterochromia miliknya membalas tatapan milik Claude seakan mengisyaratkan jika apa ada sesuatu yang terjadi sehingga Claude menatapnya dengan intens.
Melihat kedua love birds saling bertukar kode membuat Athanasia berdehem berusahalah mencairkan suasana.
"Bagaimana kalau setelah makan kita mengunjungi perpustakaan kerajaan? Athy ingin sekali pergi ke perpustakaan kerajaan dengan kak Vika. Apa boleh, Daddy?" Tanya Athanasia dengan wajah cerianya.
Claude hanya berdehem mengiyakan sang putri. Vika hanya menghela nafas lega, akhirnya sang kaisar tidak menatapnya dengan intens. Dalam hatinya Vika bersyukur ketika Athanasia memecahkan kecanggungan ini.
Setelah sarapan selesai, Claude berpamitan untuk mengerjakan tugas kerajaan membiarkan Sir Felix menemani Athanasia dan Vika mengunjungi perpustakaan kerajaan itu. Tanpa ba-bi-bu Claude langsung melenggang menuju ruangannya menyisakan Vika dan Athanasia.
"Kau benar-benar jenius untuk mengatakan itu." Vika berbisik ditelinga Athanasia sedikit membungkukkan badannya karena perbedaan tinggi mereka.
"Tentu saja, kalian terlihat sangat canggung dan apa-apaan dengan aura yang mencekik leherku ini. Sungguh keterlaluan." Ujar Athanasia yang membuat Vika meringis pelan.
"Apa yang terjadi antara ayah dan dirimu? Bagaimana bisa dia menatapmu dengan tatapan intens seperti itu?" Tanya Athanasia yang hanya membuat Vika menghela nafasnya.
"Ayahmu benar-benar orang yang gila, Athanasia." Gumam Vika yang masih bisa didengar oleh Athanasia. Si gadis hanya menatapnya dengan tatapan malas.
"Kau baru tau?" Ujar si gadis yang membuat Vika mendelik.
"Kita canggung begitu karena yaaaa, kita tak sengaja tidur bersama." Ujar Vika dengan menaik-turunkan bahunya yang membuat Athanasia spontan memukul bahu kanannya pelan (re: rada keras sih)
"Kau? Apa?" Ujar Athanasia kaget.
"Cuma tidur doang. Bukan yang aneh-aneh, lagian Daddy mu itu tidak bisa tidur nyenyak tanpa bantuan healing spell. Kepalanya sangat gaduh, dia tak bisa tertidur jika dia tak tenang." Jelas Vika sambil mengusap bahu kanannya kesakitan.
"Pasti karena Dark magic bukan?" Tanya Athanasia lirih. Bukan hal tabu ia tak mengetahui tentang kondisi sang Daddy yang semakin parah itu dark magic sudah mengikat hatinya.
"Bagaimana cara menyembuhkan nya?" Tanya Athanasia lirih yang membuat Vika merangkul pundak milik sang gadis.
"Bagaimana kau tau tentang dark magic itu? Apa seorang penyihir menara memberitahu dirimu?" Ujar Vika yang sepertinya telak membuat Athanasia menatapnya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐧𝐝 𝐢 ; 𝑪𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝑨𝒍𝒈𝒆𝒓 𝑶𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂
Fiksi Penggemar╰─▸ ❝ 𝑃𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑖𝑙𝑙 𝑏𝑒 𝑝𝑎𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡ℎ𝑒 𝑓𝑢𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑦. ❞ 𝑪𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝑨𝒍𝒈𝒆𝒓 𝑶𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂 × 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓