• 𝕽𝖔𝖈𝖐 𝖆𝖓𝖉 𝕷𝖎𝖙𝖙𝖑𝖊 𝕸𝖊𝖒𝖔𝖗𝖎𝖊𝖘

713 66 8
                                    

Claude berusaha menyembunyikan senyumnya ketika gadis bersurai kelam itu tak bisa melempar batu sampai bunga lily yang disetujui. Membuat kedua alis gadis itu mengerut tak suka. Tak suka karena lemparan batu nya selalu tidak mengenai bunga lily diseberang danau. Setidaknya sang surai blonde menikmati pemandangan gadis bersurai kelam itu kesal, Terlihat menggemaskan pikirnya.

Vika mengerutu pelan. Manik Heterochromia nya memicing mencoba memfokuskan diri agar dapat mengenai bunga lily ditengah danau. Tangannya mulai ancang-ancang melempar batu pipih itu. Bibirnya tak henti-henti merampalkan doa agar batunya mengenai bunga lily yang dimaksud.

"Jadi, ini sudah kesempatan ketiga mu Vika? Kau masih ingin melempar batunya lagi?"Tanya Claude dengan satu alis diangkat, nada bicaranya juga dibuat mengejek Vika yang tidak bisa melempar batu pipih itu. Vika hanya menatapnya tak percaya, tak percaya bahwa dirinya sudah masuk kedalam perangkap.

"Y-yang Mulia, bisa memulainya."Ujar Vika agak gugup. Pasalnya ia tau jika akan kalah, Claude kan memiliki sihir juga. Tak seperti dirinya.

Splash.
Swift.

Satu bunga lily tumbang karena batu pipih itu membelah barangnya. Claude hanya sekali mencoba dan itu membuat Vika meringis dalam batinnya. Seringai kemenangan terlukis diwajah Claude membuat Vika diam-diam merinding karenanya.

Dengan gerakan tiba-tiba Claude mendekatkan wajahnya menghadap Vika, jarak sejengkal terlihat jelas disana. Nafas dan kulit bertemu saling menerpa membuat Vika gugup setengah mati.

"Pergilah ke acara afternoon tea Athanasia bersama ku."Ujar Claude yang membuat Vika membulatkan kedua matanya kaget.

"Agaknya ni mas duren cenayang keknya."Batin Vika.

"T-tentu saja, Yang Mulia. Saya akan menghadiri acara afternoon tea milik Tuan Putri Athanasia."Ujar Vika pelan. Sepertinya rencana untuk tudak ikut acara teatime itu benar-benar gagal total.

"Kenapa kau terlihat menghindari keponakan Duke Alpheus itu?"Tanya Claude, mereka berdua berjalan beriringan. Vika hanya menunduk berpikir kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan raja tiran itu.

"Apakah saya terlihat menghindari keponakan Duke Alpheus, Yang Mulia?"Tanyanya yang membuat Claude menatapnya dari sudut manik berlian itu.

"Kau terlihat membencinya."Ujar Claude datar membuat Vika mendelik tak suka kepadanya. Manik Heterochromia itu membelalak karena tak sengaja mengeluarkan sifat aslinya kepada Claude.

"Mampos hancur sudah spek spek keanggunan ini."Batin Vika.

Ujung bibir Claude tertarik membuat sebuah seringai kecil. Melihat gadisnya yang ternyata bisa menatapnya dengan tak suka seperti itu. Vika diam menundukkan kepalanya dalam, batinnya menginginkan bumi menelannya. Rona merah merayap dari pipi sampai telinga, ketahuan jika dirinya malu karena spek keanggunan nya runtuh. Walaupun sedikit.

"Hah, bagaimana dengan menyegarkan diri dengan secangkir teh dan sepiring kue. Bukan kah itu mengasyikkan?"Tanya Claude yang membuat Vika mau tak mau menengok kearahnya.

"M-mungkin boleh."Balas Vika sambil mengangguk kecil. Sepertinya dirinya sudah dijebak dari awal tantangan melempar batu, bodohnya Vika malah terjatuh kedalam jebakan itu.

"Welcome to the madhouse, Vika. Hope your sanity never leave your body."Batin Vika miris.

𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐧𝐝 𝐢 ; 𝑪𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝑨𝒍𝒈𝒆𝒓 𝑶𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang