Frida berdiri berhadap-hadapan dengan Ridwan di dalam kamar yang tertutup dan terkunci pintunya. "Peran apa yang kamu mainin sekarang?", tanya Frida. Ia terlihat memukau dengan rambut yang tergerai dan tertata dengan finger wave style yang setengah basah. Tubuh moleknya terbalut blus terusan berwarna putih dengan kerah lipit yang berpotongan rendah dan lebar serta bertumpuk hingga membentuk aksen scarf, dengan panjang blus sekitar sepuluh senti di atas lutut. Tampilannya terlihat lebih modern.
Ridwan tersenyum kecil pada Frida lalu membuka mulutnya, "Apa kamu cerita'in ke dia tentang Viking kuno dan dewa Odin juga?" Ia tertawa tergelak-gelak dengan begitu gelinya.
"Enggak", sahut Frida. "Kisah gila apa'an yang kamu cerita'in ke anak itu?"
"Udahlah... kita bisa bercerai tanpa kehilangan hak waris masing-masing...", sahut Ridwan sambil mengibaskan tangannya. Ia mengenakan stelan kemeja dan balutan jas serba coklat.
"Kamu cerita apa aja sama dia?", desak Frida dengan kening yang berkerut-kerut.
"Aku cerita tentang leluhur kita yang,-" Ridwan tidak bisa meneruskan kalimatnya karena rasa geli yang menggelitik perutnya, sudah tidak tertahankan lagi. Ia pun tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut buncitnya yang bergoyang-goyang.
"Kamu cerita tentang Viking kuno dan dewa Odin lagi? Itu 'gak berhasil untuk supir kita yang sebelumnya. Dia malah kabur." Frida menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berbalik dan kembali mematut dirinya di cermin meja riasnya. Memastikan dirinya benar-benar terlihat sempurna.
Ridwan masih tertawa tergelak-gelak. "Jujur aja... aku udah 'gak tahan lagi... kamu sering denger si Kakek Ardian kalo doa... selalu minta kemenangan bagi Odin..."
"Odin kan nama fam kita. Kamu bener-bener sarap..." Frida geleng-geleng kepala.
Ridwan tertawa tergelak-gelak. "Aku bilang sama anak itu kalo Odin adalah dewa kita... ahahahaha..." Ia terpingkal-pingkal lagi dengan begitu gelinya. Hingga tubuh tambunnya terus bergoyang-goyang.
"Sarap..." Frida menyambar bantal kepala dari atas ranjang lalu melemparkannya ke arah Ridwan. "Dia 'gak bakal percaya!", seloroh Frida sambil terus menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu cukup bilang kalo keluarga masih mafia atau triad atau gangster atau yakuza atau apalah... tapi Viking kuno dan Odin??? hhhh..." Frida melengos dengan mata yang mendelik.
"ooooh, jangan salah... percaya 'gak percaya tapi dia kemakan juga..." Ridwan membungkuk untuk memungut bantal yang baru saja dilemparkan oleh Frida ke arahnya. Dan pose seperti itu membuat kemeja di bagian belakang tubuh Ridwan jadi tertarik ke atas. Dengan setengah menggerutu kecil, ia pun menyisipkan ujung kemejanya untuk menelusup masuk kembali. "Kamu bilang apa sama dia?", tanya Ridwan pada Frida.
"Aku cuma bilang, semua yang selingkuh... menghilang...", sahut Frida. "Aku ikutin apa yang kamu suruh. Kasih data Harangga dan buku yang kamu siapin."
Ridwan hanya melenguh panjang. "Foto kamu sama si Brata, juga udah dia pegang, 'kan?"
Frida terdiam. Tapi kemudian mengangguk kecil. "Iya... kalo enggak, dia 'gak bakal berani ancem aku dan 'ngaju'in dirinya jadi Harangga gadungan."
Frida menarik ujung blusnya sambil mendekat ke arah Ridwan yang tinggi tubuhnya hanya sedagu Frida saja. "Kita udah buat dia berpikir kalo klan ini berbahaya...", mulai Frida, "Seperti mafia. Dia orang yang serakah dan berambisi... juga pinter berperan atau cari muka. Dia juga sadar kalo kakek udah terkesan sama dia. Tapi... apa kamu yakin, kakek masih dendam sama keluarga besar Harangga? Dan anak itu bakal bereaksi seperti yang kita harapkan?"
"Iya!", sahut Ridwan cepat, sambil memandangi raut wajah Frida yang klasik. Tetapi di hatinya hanya ada Helena. "Harangga yang buat keluarga Odin sempet ditendang keluar dari posisi sebagai pewaris. Dengan cara menjebak, menggunakan rekayasa foto. Kakek pasti bakal langsung menuduh anak itu mau 'ngejebak kita dengan cara yang sama, seperti yang pernah kakek alami dulu. Lalu anak itu baru sadar belakangan, kalo Harangga bukanlah anggota keluarga yang dicari-cari selama ini melainkan musuh bebuyutan. Saat dia sadar... dia udah ketakutan dengan teror yang kita cerita'in soal klan ini..." Kalimat Ridwan terputus. Ia kembali tergelak sambil menyambung kalimatnya, "Brutal seperti Viking kuno... ahahahaha..."