Handy mematut dirinya di depan cermin. Ia sudah kembali rapi, harum dan rupawan. Stelan jas berkelas, membalut tubuhnya dengan pas. Tanpa melupakan pin emas berukir untuk tersematkan di dadanya.
Ia melangkah masuk ke mobilnya dengan Harry yang sudah membawakan tas kerjanya dan membukakan pintu mobil untuknya. "Terima kasih, Har...", kata Handy sambil tersenyum. Ia menyukai Harry yang cekatan dan santun.
Handy pun kembali menjalani kegiatannya dengan sikap yang kembali bersemangat dan seakan lupa... kalau belum lama, ia baru saja menindas banyak orang.
Sesampainya si meja kerjanya, seorang office boy setengah baya yang dipecatnya belum lama ini, dipanggilnya kembali.
"Kamu kerja lagi. Saya mohon maaf. Dan gaji kamu sekarang, jadi dua kali lipat dari gaji sebelumnya...", kata Handy sambil tersenyum dengan lebarnya.
Office boy itu pun melonjak kegirangan. Ia langsung berlari memeluk Handy dengan erat. "Bapak minta maap, aja... saya udah seneng. Kerjaa'an dikembali'in, saya udah luar biasa! Eh, gaji saya dua kali lipat?!!!" Si office boy itu melepaskan pelukannya dan mengecup pipi Handy dengan spontan, "Ay lapyu, pak!!!"
Handy terenyuh. Office boy itu langsung memohon diri untuk keluar dari ruangan. Ia berlarian sambil berteriak-teriak sehingga semua orang tahu kebaikan Handy di hari ini.
Handy membelai bekas kecupan di pipinya itu dengan rasa aneh. Dan saat kakinya melangkah keluar ruangan, semua wajah mengangguk dan tersenyum padanya. Senyuman mereka terlihat berbeda.
Enaknya dibilang baik, batin Handy. Ia pun menaikkan semua gaji para supir, para tukang sapu dan para anggota klan yang bekerja sebagai staff biasa. Semua pun bersorak dan mengelu-elukan Handy. Handy tertawa dengan lebarnya... menikmati peran barunya...
Kemudian putera-putera sulung dari para sesepuh Damian, Jujiman, Aldo dan Martin pun menemuinya. "Handy..." Anak sulung Damian pun angkat suara, "kamu 'gak bisa acak-acak keuangan kita kayak gini terus! Bisa-bisa, keuangan kita kacau dan semuanya bisa ambruk!"
Handy mencibir. "Untuk apa kita kaya, kalo 'gak memberi sama yang kekurangan? Yang miskin. Banyak yang miskin di luar sana. Kita nimbun cuma untuk diri sendiri. Lagipula, yang saya lakukan baik", Handy meluruskan dasinya, "Mereka suka dengan pemberian."
Anak sulung Damian mendengus lalu bersuara lagi, "Tapi semuanya harus pake aturan."
"Aturannya berlebihan", sahut Handy singkat.
"ng..." Rommel muncul tiba-tiba ke ruangan. "Kalo pun aturannya ada yang 'gak sesuai, kita 'kan bisa rundingkan dulu. Baru peraturan yang kita revisi itu, kita jalankan..."
"Heh!!!" Anak sulung Damian menuding ke arah Rommel. "Jangan banyak bicara kamu! Kamu tuh, keturunan buntut!"
"Dan jangan 'ngimpi naik jadi pemimpin!", timpal anak sulung dari Aldo, "Istrimu mandul!!! Kamu 'gak akan bisa punya penerus!!!"
BRAK!!! Handy menggebrak mejanya tanpa beringsut sedikitpun dari posisi duduknya. "Hati-hati bicara sama wakil saya, ya!!!", kecam Handy, "Inget! Para sesepuh udah 'gak ada! Sayalah yang sekarang berhak membuat peraturan!!!"
"Itu 'gak bisa seenaknya kamu sendiri!!!", protes anak sulung Damian. "Suara kami juga harus didengar!!! Itu tertulis di kitab klan kita!!!"
Semua pun ricuh mengiyakan.
Handy hanya tersenyum kecil. "Juga tertulis... bahwa pengambil keputusan terakhir dilakukan oleh pemegang posisi tertinggi. Selain sesepuh yang udah 'gak ada... siapa yang tertinggi di sini?" Handy memutar matanya berkeliling. Tak ada yang menyanggahnya sedikitpun.