bab. 2

30 12 0
                                    

_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_

_

"Jim menurutmu dunia itu seperti apa?"

Jimin diam, berhenti bergerak untuk lapisi
tubuh dengan suit, sedangkan disana
Myeong Ju berdiri tidak jauh memegang
sebuah buku tebal, kalau tidak salah
Jimin membacanya Ashole karya salah
satu penulis juga psikolog asal Texas yang
ia lupakan namanya.

Baru setelah kain biru itu terpasang
sempurna ia memberi jawaban, menurut
pemikiran nya dan ia harap sesuai
yang Myeong Ju inginkan.

"Dopamine dan Serotonin " lelaki itu
menatap nya lebih lama sebelum ia
mendekat, jadi tidak ada lagi jarak di
antara mereka dan Myeong Ju bersyukur
tidak ada bau haram lagi yang menempel
baik sandang maupun fisik. Ini masih
pagi dan orang yang pertama suaminya
temui bukanlah wanita itu, jadi bau
manis dari coklat belum masuk waktu
untuk menempel.

"Kebahagiaan, memori menyenangkan
dan emosi. Bagiku dunia selalu diiringi
tiga hal itu" jawaban Jimin adalah hal
paling buruk di dunia. Myeong Ju jadi
mengutuk pertanyaan nya.

Apa yang dikatakannya memang benar,
ia meminta pendapat dan itu tentu
menyakiti hatinya. Berbicara tentang
kebahagiaan dan memori menyenangkan,
apakah ia masuk dalam dua hal itu
dalam hidup Jimin, apa ia pernah masuk
sebagai daftar jajaran orang yang harus
ia sayangi dan lindungi.

Kang Sae Hyeon ia tahu wanita itu,
mengulik semua informasi sampai tak
tersisa. Pendidikan nya bagus, menurut
laporan psikologi test untuk penerimaan karyawan baru FnC nona Kang itu berjiwa ambisius, gamblang dan suka menang,
namun ia baik dalam mengurus keuangan. Wajahnya rupawan sekali, mungkin itulah
poin utama yang Jimin tangkap saat pertama kali  jatuh cinta, karena dari tujuh tahunnya
duduk sebagai mahasiswa Psikologi ia pikir
bagi pria 90 persen dari mereka, wajah
adalah hal pertama yang dijadikan tolak
ukur dalam soal lawan jenis.

Jimin adalah cinta sekaligus patah hati
baginya, ia salah mengganggap bahwa
Jimin dapat mengganti posisi ayah
sebagi cinta pertama. Tujuh tahun ini
yang ia terima adalah kebahagiaan,
Jimin memasok dopamine terlalu
banyak dalam hidupnya sampai tibalah
dimana waktunya ia dihempaskan.
Secara tiba-tiba semua dopamine nya
ditarik tak sabaran, sisakan ia dengan
daksa semu, hatinya acak seperti rambut
kusut Jisoo ketika waktunya bangun
kesekolah.

Tidak ada lagi yang perlu ia dengar,
lima belas menit lagi pesawatnya akan
take of, diam-diam juga ia memeriksa
daftar keberangkatan Incheon-Chikago
dan nama yang mengambil alih hati
suaminya itu ada sebagai penumpang
VIP. Ia tahu kenapa mereka tidak
berangkat bersama, padahal akan lebih
hemat uang sebab suaminya itu kaya,
punya pesawat pribadi yang selalu siap
sedia.

Kamar Jae dan Jisoo adalah tujuannya
ia biarkan Jimin memakai dasinya
seorang diri juga tidak lagi menyisir
rambutnya seperti dulu. Aku harus
menyiapkan keperluan anak-anak, itu
adalah alasan masuk akal yang Jimin
terima. Sang pria tidak ajukan protes,
pun hatinya juga semakin berbunga, terus tersenyum seperti orang gila--rupa
Kang Sae Hyeon sibuk memenuhi sekujur
binar hatinya. Di Amerika mereka akan
Punya waktu lebih lama, tentunya bebas
dari ketakutan jika tiba-tiba ketahuan
Myeong Ju.

Kalbu yang lelah mulai merakit-rakit
menuju bahagia, dalam tiga kali pertemuan
cintanya hadir, dari seperenam palung
hatinya nama Sae Hyeon menjadi
pemilik sah. Jimin tak sedikit rasakan
frustrasi atas hatinya yang tak punya
pelabuhan, kenapa ia tidak bisa taruh
eksistensi khusus dalam hatinya untuk
Myeong Ju, hambar, hanya ada alasan itu
di tujuh tahun ini. Daya pikat Sae Hyeon
bukan main, perasaannya dibuat acak
di pandangan pertama dan Jimin rasa
daksanya menembus Bima sakti kala
ia mulai sadar telah benar-benar jatuh cinta.

Ia juga tidak benci Myeong Ju, meski
ia tidak punya hati untuk diberikan tapi
tanggung jawabnya ada untuk psikolog
itu. Sebenarnya Jimin selalu punya waktu,
tapi ia rasa kini Sae Hyeon lebih berhak.
Sementara ia ingin ungkapkan ribuan
terima kasih pada istrinya, telah jadi
perempuan yang benar-benar kuat,
Myeong Ju itu sabar sekali ia sungguh
tahan acap kali anak-anak rewel atau
manjanya kelewat batas--seperti punya
seribu tangan dalam satu waktu, banyak
pekerjaan yang ia selesaikan, sedang
dirinya hanya duduk berjam-jam untuk
satu tujuan, itupun masih mengeluh kenapa
tidak selesai-selesai.

Lalu jika suatu hari semuanya jelas apakah
Myeong Ju akan tetap berdiri
dihadapannya tampilkan rasa sabar
dan wajah baik-baik saja seperti biasa?
atau sisi yang tidak pernah ia kenal dan
lihat akan ambil alih atas perbuatan
yang ia lakukan. Kejam dan sangat kejam,
Jimin sadari bahkan kata itu belum
cukup menjabarkan dirinya, sebab
Jimin kecil hingga dewasa selalu ingat
wejangan ayah--perempuan itu makhluk
lemah dimata laki-laki, padahal tidak
begitu, melainkan mereka adalah yang
paling kuat. Tidakkah bajingan nya
seorang laki-laki jika membuat hati
mereka rusak, apa lagi jika karenanya
kau berhasil dapatkan penerus dan
kehidupan yang baik.

Kata maaf, hanya itu yang bercokol
dalam ruang lingkup pikiran, ia adalah
larangan dari yang selalu ayahnya ingatkan.

Tbc.

Terima kasih buat yang sudah baca

Borahae💜
By🐝

Oktober akan berlalu, ingat untuk selalu
happy kiyowo dan tetap tersenyum
meskipun beban!

Blue and grey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang