Kalau jalinan ini hanya angin bersapu
dan kau adalah singgah, maka aku
adalah titik warna yang pernah kau
syukuri dalam janji suci. Perkara
reruntuhan ini, pecah dan terbelah
dua, sekalipun disirami rekat kita akan
terseok kembali menjauh. Taw...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tapi ini dua-duanya cantik. Bikin pangling
_
_
Noteu" mengandung kata kasar‼️ b e w i s e.
Luka-luka kian bertambah, merambat sistem motorik dengan jalur tempuh ekstra. Bulshit tentu saja saat dengan klise Jimin berkata ini tidak seperti yang kau bayangkan. Apa lagi alasan sampah yang harus ia dengar, sebelum Jimin berbohong pun ia sudah tahu.
Myeong Ju tidak dididik untuk lemah, ia jadi jijik pada diri sendiri, lantas kenapa saat bersama Jimin lalu berakhir di selingkuhi ia jadi dapati dirinya yang lemah. Jika ayah tahu beliau pasti akan marah besar, perempuan tidak bisa di injak-injak seperti ini. Myeong Ju merasa diri tak sama dengan barang pinggiran, ia berkarier bagus, pintar mengurus rumah dan baik dalam penampilan, tapi Jimin masih bisa berselingkuh. Jadi yang harus ia perbuat adalah tidak ada selain menyelamatkan haknya dengan berpisah. Jika sudah bejat ya bejat saja.
Air mata Jimin meluncur sebab ia rasakan sesal yang kentara, kian membuatnya sadar bahwa sangat bersalah, tapi laki-laki ini juga tidak mau hubungan kedua kandas. Sebab baru kali ini ia rasakan benar-benar bahagia tanpa harus pura-pura, netral dari perasaan itu sendiri. Jika Myeong Ju ingin menambah pukulan juga tidak masalah, tamparan hingga hantaman dari tas abu-abu dari kulit buaya tadi bukan apa-apa, dan ia tidak punya hak jika ingin marah.
"Lihat dirimu, benar-benar serakah! dulu saat kau menghamili ku kau juga berjanji untuk menikahiku dan bilang akan mencintaiku selamanya. Lalu sekarang apa maksud nya ini? ternyata perkataan mu sampah sejak dulu" kilat- kilat emosi begitu membelenggu, Myeong Ju didepannya berdiri dengan amarah dan sekuat tenaga membiarkan dirinya berjalan seiras dengan otak. Myeong Ju ingin dirinya tetap terkendali, meski emosi tapi pikiran jernih itu perlu.
Jimin diam kembali bahkan buang muka, agaknya dinding ukir bisa menyembunyikan- nya dari situasi horor ini. Saat dia dimaki kenapa tak ada perlindungan lain yang ia terima, dimana Jimin yang dulu berani, kenapa seolah-olah nyalinya tak lebih dari kerupuk nasi kotak--sangat rapuh.
