bab. 4

44 13 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_

_

Setelah suara gemas anak kecil tidak lagi
menyambangi pria di balik telepon sana,
mungkin sekarang Chikago masih punya
pesona langit Indah untuk dipandangi,
berbanding terbalik dengan negara tempat-
nya tinggal, gelap dan salju turun lagi.

Mungkin Jimin ingin katakan satu atau
dua patah kata lagi, hanya saja Myeong Ju
mengganggap suara itu adalah cicitan
burung, tidak penting. Sepanjang setengah
jam Jisoo mengambil alih waktu sang
ayah, bercerita banyak hal dan di beberapa
waktu ketika Jimin terkekeh renyah
Myeong Ju harus menahan tangannya,
jangan sampai meninju porselen.

Mereka punya komunikasi yang tidak
bagus sejak ramainya dalam pernikahan
ini ia sadari, rasanya ingin cepat-cepat
pisah.

Pesan beruntun masuk tentunya Jimin
agak aneh telepon mati begitu saja sebelum
Myeong Ju berkata sesuatu. Lalu ia
jauhkan benda itu, benar-benar jauh
sampai suaranya yang bergetar tak
terdengar lagi. Kamar Jae dan Jisoo
terasa lebih nyaman ketimbang ruang
berlapis cat abu-abu, warna-warna cerah
dan lukisan 3D karya seorang profesional
membangkitkan dirinya yang sedang tak
bersemangat.

Sebesar itu pengaruh mendua yang Jimin
berikan, semua tentang pria itu sudah
mengubah persepsi dirinya, hancur begitu
saja tanpa celah.

"Ma papa akan datangkan saat Natal nanti"
Si putri kecil beroutfit putih-putih
bertanya setelah menyelesaikan lagu
terakhir.

"Tentu saja" Myeong Ju bisa seyakin itu
menjawab karena ia mendengar jawaban
Jimin yang menyanggupi nya, mereka sudah
membahas masalah pesta ini lebih awal.
Myeong Ju hanya ingin antisipasi jika tiba-
tiba Jimin tidak bisa, jadi ia begitu cepat
memberitahu suaminya terkait masalah ini.
Si Han akan pulang di hari Kamis dan
tentunya akan hadir di acara sekolah pada
hari Minggu.

Melodi yang ia mainkan luar biasa indah
salju-salju turun terlampau damai di
luaran sana, jari-jari yang gerakkan
menekan tuts sedang pikirannya berkelana
pada banyak hal. Setelah menerima
telepon Jae bersarang di meja belajar
dengan tumpukan buku, Jisoo berlatih
menarik suaranya dengan Myeong Ju
mengambil peran mengiringi lagu dengan
Red Pops piano-- hadiah dari Jimin ketika
putrinya berulang tahun dua tahun lalu, ia berhasil mendapatkan nya setelah berani menganggkat papan angka bertuliskan
3,12 juta dollar dari harga pembuka senilai
1,3 juta dollar dari pelelangan untuk amal
di Venice. Empat hari sebelum itu Jimin tahu
bahwa si putri kecil lebih tertarik di bidang
musik dan tarik suara dibandingkan hitung-menghitungan.

Ibu satu ini terlalu bisa diandalkan, ia
bisa jadi apa saja, kemampuan nya banyak bertambah setelah melahirkan
dua anak. Sama seperti Jimin, tapi bagi
dua makhluk seiras, meski Myeong Ju
tidak baik dalam matematika seperti sang
papa hingga sukses membangun perusahaan
Keuangannya sendiri. Mama memang
tidak seperti itu, tapi tetap saja dimata
si duo itu mama lebih hebat dan keren.
Mama handal dalam banyak bahasa, ilmu
sosial seperti makanan sehari-hari, mama
juga pintar dalam seni rupa, musik dan
sejarah. Dan yang paling keren mama
pemegang sabuk hitam Taekwondo, terlatih dalam menggunakan senjata dan seribu kali lebih pengertian dibandingkan papa.

Tiba di lagu selanjutnya Myeong Ju dibuat tertegun panjang, lalu tiba-tiba tersenyum
miris menertawai diri sendiri. Setiap lagu,
novel ataupun Film punya maksud dari
kisahnya sendiri. Lantas apa nona
selingkuhan atau dirinya yang punya kisah
sama seperti maksud dari
Una voce poco va, nyanyian Klasik yang ceritakan seorang perempuan yang
menjadikan sang pemilik cinta menjadi
miliknya dan kemudian menyatakan bahwa
jika ada yang ikut campur, dia memiliki
ratusan trik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Spektrum warna dari hatinya tidak lagi
menerang sempurna seperti dulu, hiruk-
pikuk dibawah sana tetap menjadi
pemandangan baik kala sedih. Dunia
yang terus berjalan mengiringi makhluk
dipenuhi beban pikiran, terbelenggu
di kelabu asa, tapi harus tetap berdiri
tegak untuk lindungi anak-anak--kalau
bukan seorang ibu lalu siapa lagi. Jimin
ia yakin bisa ambil peran, tapi mereka
tidak akan mudah dikendalikan oleh
nya. Jae dan Jisoo adalah cos 90 tanpa
ibunya, masa anak-anak yang harus
dilindungi dengan baik dan itu tentunya
butuh peran ibu.

Kamar yang terang benderang sudah tidak
lagi menunjukkan pendar sejak sepuluh
menit lalu, sekarang cahaya kuning
berterbaran dilangit-langit yang ambil alih.
Dua buntalan itu sudah berhasil mengurangi mimpi sedangkan dirinya terbangun
kembali untuk duduk dipembatas balkon,
membebaskan kakinya dari kaus
penghangat suhu ekstrem.

Ia sedang bersua kenangan sampai muak
dan ingin muntah, saat ini memang
menyakitkan, tapi warna yang telah berlalu
akan tetap menjadi kenangan tanpa
halangan. Tiba-tiba Myeong Ju jadi
berpikir jika ia berikan hal yang sama
reaksi apa yang aka diberikan Jimin--
marah atau biasa saja, lalu perceraian akan
semakin mudah dilalui.

Ketika ia masih masygul tapi sebagian
otaknya bekerja keras mencari solusi atau
korelasi apa yang bisa ia dan Jimin lakukan
semata-mata karena dirinya yang overdosis
cinta hingga berakhir dibodohi. Myeong Ju
ingin juga nestapa oleh tuaian ke
brengsekan nya sampai berselingkuh.

Sedari sejak ia memandang lurus kumpulan
salju yang mulai tebal oleh badai baru, ketika
Syal merah teramat nyaman--ketika itu
Myeong Ju dalam masa trimester kedua dan
mereka berkunjung ke kota Grantham
sekaligus tempat nya dilahirkan sebelum
kembali ke Korea di umur empat tahun.
Jimin membawa kembali Myeong Ju
mengunjungi tempat yang ia paling sukai, Woolsthorpe manor adalah tempat terfavorit
baginya, suasananya menenangkan dan
pribadi itu sendiri sangat mengidolai
Isaac Newton meskipun dia tidak handal
dalam Fisika. Saat itu bumi England berada
digaris Winter dan Jimin menghadiahkan
Syal merah(sedikit gelap), bersamaan itu
Jimin tersenyum dan berkata untuk selalu
menjaga benang rajutan wol merah itu.
Sekarang pula apa yang terjadi dimasa
lampau  berbanding terbalik, ketika ia menyentuh syal yang melilit leher dan mengingat kembali apa saja yang mereka
toreh kala itu ia malah melihat bahwa
diantara mereka Kang Sae Hyeon berdiri
tegak, seolah-olah ketika Jimin tersenyum
itu adalah untuk si nona Kang sendiri,
sementara dirinya hanya wanita yang jatuh
ciinta pada pria dibawah bayang wanita lain.

Jika ada, seseorang tolong sadarkan ia
bahwa Jimin masih bisa dimaafkan, atau
katakan sesuatu yang membuatnya yakin
bahwa perpisahan lebih baik. Tapi sebelum
itu ia ingat lagi satu kutipan, jika mencintai
dua orang bersamaan maka pilihlah yang
kedua, karena jika benar-benar mencintai
yang pertama maka kau tidak akan jatuh
cinta lagi pada bunga lainnya. Jadi setelah huruf-huruf tersusun menjadi kalimat
sempurna yang ia ingat, perceraian memang jalan keluar paling baik.

Tbc.

Makasi banyak bagi sudah baca, dan
selamat hari Minggu 🌱 Happy Weekend

Borahae 💜
By 🐝

Blue and grey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang