19. Redupnya Tata Surya

88 25 19
                                    

Atas dasar judul bab maka kamu berhak menebak betapa sendunya isi bab ini, menyesuaiakan selaras dengan rasa sendu Tata.

"Ngejogrok diem terus daritadi lo..kenapa ?" kata Erza

Tata menghela nafas,

"I know...it's hurt baby"

Tata menghela nafas kembali,

"Ck....lo kaya beban hidupnya banyak banget deh Ta.. Bisa bisa gue ajak berantem nih Ofar lama-lama"

"Jangan ngadi-ngadi lo..yang ada gue makin malu" katanya membuka suara setelah beberapa helaan nafas yang bagi Erza menyebalkan itu.
"Nggak Hanggar nggak Ofar..pilihan lo tuh selalu ke cowok brengsek ya Ta" omel Erza
"Eh..." Tata terkejut, matanya menyipit tipis buku paketnya tergulung, sempurna untuk memukul lengan Erza "Mulutnya ya" balas Tata
"Kak Ofar sama Hanggar beda ya"
"Bodo amat. Di mata gue mereka sama brengseknya"
"Heh mulutnya" Omel Tata "Bukan brengsek, tidak bertata krama aja" lanjutnya lalu ketawa kecil

Erza pula

"Lo dicari Biru, di stand lomba photography" kata Erza mengingatkan Sekretaris OSIS itu untuk ke stand lomba photography di classmeeting ini.

"Ada wakilnya Biru juga di sana" pungkas Erza "Mau gue temenin ?" tanyanya yang mulai menelisik raut enggan Tata

"Nggak usah deh..i'm okay man"
"Pret" kata Erza

Erza tidak terpengaruh dengan kalimat 'i'm okay' dia tetap mengekor tenang di belakang mahluk ambyar yang pura-pura tegar yang cengengesan sepanjang koridor.

Dia bertemu Biru yang sudah disana, di stand lomba photography.

"Bi" panggil Erza, merangkul pelan ketua OSIS yang gantengnya tumpah ruah,

Erza bergeser, mengajak Biru beralih sedikit dari Tata.

"Bi, nitip charger mito kuncir dua itu ya" katanya ke Biru "Agak nyusahin dikit. Tapi tolong amanin ya" lanjutnya menepuk dua kali punggung Biru.

Birunya sih tak acuh, begitu Erza pamit dia tetap pada tujuan awalnya,

"Bantuin Ofar jadi judges untuk lomba photography" katanya

Tata mengeluh, mengajukan negosiasi ke Biru "Duh kak...yang lain dong. Jangan photography... gue mana paham soal photography" dia memelas, mukanya dibentuk sedemikian rupa supaya terlihat melas.

Tapi Biru tak mempan,

"Ya makannya sana belajar sama Ofar" Katanya

"Ck..dasar nggak pengertian" gumam Tata, yang lalu tetap berjalan mendekat ke Ofar.

Serius, dia ingin mempercepat jarum jam supaya semua segera selesai. Dia bingung untuk tetap jadi orang asik dikala hatinya tak hidup di situasi yang asik.

"Dek..." panggil Ofar
"Iya kak ?"
"Menurut kamu gimana ?" ini kali kedua Ofar mengulang tanyanya soal hasil foto peserta lomba,
"Bagus sih kak"
"Yang mana yang bagus"
"Yang megang fotonya" canda Tata. Padahal sih dia gemetaran bukan main waktu mau bilang begitu.

Ofar hening
Lalu blushing

Uh...laki-laki kalau sedang blushing itu super menggemaskan.

"Kalau yang pegang foto ini emang bagus dek.. tapi nanti dulu. Ini fotonya yang mana yang bagus menurut kamu ?" ucap Ofar

Tata ketawa, "Ini deh kak kayanya, saturasinya pas nggak berlebihan tapi nuansa aestheticnya dapet"
"Cocok. Kak Ofar juga mikir gitu, jodoh emang ya dek" balas Ofar

Duh Tata ingin mengumpat kecil
Umpatan kecil itu ditahannya kuat-kuat karena hal itu belum seberapa dibanding dengan hal yang ditemuinya ketika lomba photography selesai. Kursi-kursi dan sampah berserakan harus dibereskan oleh orang-orang tangguh berjas biru navy, OSIS.

Setiap lomba yang usai ada bakti cekatan dari para anggota OSIS di seksi bidang masing-masing yang bertanggung jawab, termasuk di stand lomba photography.

Tata mengeluh, diluar gerimis kecil tapi Ofar yang tadi pamit keluar mencari kantong plastik untuk tempat sampah belum juga datang, membuatnya terjebak sendirian di tengah hujan dan berkutat hebat dengan kursi dan sampah yang dibuang sembarangan di bawah kursi.

"Heran deh joroknya anak Angkasa Utara" omelnya, dia beranjak mencari sapu di ruang sebelah. Sebuah sapu yang tujuannya akan digunakan untuk membersihkan ruangan yang kotor, tapi justru hatinya yang sedang amat kotor diselimuti segala rupa cemburu, oh atau baru sebatas kesal ?

Kesal yang menumpuk barangkali, ketika ia kembali, Tata mendapati Ofar yang tengah berbagi jaket yang dipinjamnya dari Abra untuk Cinta.

Tata melihatnya secara langsung dan mengesalkan. Seakan dia sadar, sejauh ini dia bodoh. Dia salah mengartikan baiknya Ofar, perempuan berprinsipkan lajang dan banyak gaya itu berbalik lekas, tak mau menyaksikan keuwuan yang hebat dari Ofar dan Cinta.

Dia terkejut, dibelakangnya ternyata ada Biru yang tau-tau juga melihat Abra yang jaketnya diminta Ofar untuk diberikan ke Cinta.

Tata yang langkahnya sempat terhenti itu kini saling pandang dengan Biru.

Baru Tata sadari, ternyata dia bukan satu-satunya tokoh dalam cerita ini, ada tokoh lain yang juga sama dengannya, ialah Gaduh Biru Langit yang sekarang datang ke arahnya, menaut erat jemarinya dan membawanya melangkah tenang pergi dari ruang itu.

Ruang radio jadi pilihannya, semula tak ada percakapan diantara keduanya. Mereka sama heningnya ditengah sibuknya jari-jari yang menemui benda apa saja untuk dimainkan,

"Secara teknis, Cinta pacar gue" kata Biru membuka obrolan

Jelas Tata terkejut,

"Kok ?"
"Hn.." jawab Biru, jari-jarinya mengotak atik earphone hitam di ruang radio, "Tapi dia nggak mau ada orang yang tahu tentang hubungan gue dan dia"

"Terus kenapa kak Biru ngasih tau gue ?"
"Supaya elo nggak salah paham ke Cinta"

Tata hening, pikirnya Biru sesayang itu ke Cinta.

"Terus kenapa hubungan kalian nggak boleh ada yang tahu ?"
"Lo tahu kan cerita tentang orang tua gue" kata Biru menoleh ke Tata

Yang di toleh mengangguk dua kali,
"Dia nggak bisa nerima itu, tapi dia nggak mau putus juga dari gue"
"Kak Biru sendiri gimana ?"
"Gak tahu" jawabnya bimbang,
"Ada janji yang gue buat untuk nggak mutusin dia duluan" lanjut Biru

Tata menggeleng heran, "Gila gila..ada ya romansa sedramatis ini di dunia nyata....heran gue. Ribet banget ya"

Biru senyum,

"Lo gimana jadinya sama Ofar ?"
"Gak tahu juga"
"Dasar pesimis"
"Dih...sesama orang pesimis ngatain"

Biru ketawa,
Padahal bagus kalau dia ketawa begini, tingkat gantengnya jadi bertambah,

Tata menghela nafas ke udara dingin sore yang mau menjelang malam,

"Secara teknis gue juga masih jadi pacar mantan gue sih kak, karena belum ada kata putus baik dari gue maupun dia. Kita hanya saling menghilang. Lebih tepatnya gue, gue yang pengecut" gumam Tata,

Biru tak ingin bertanya ataupun menebak siapa tokoh utama di cerita itu, dia hanya ingin mendengar tanpa menghakimi.

"Karena masa lalu yang belum selesai itu juga gue jadi susah membuka hati, sekalinya mencoba buka hati jatuhnya malah patah hati" lanjut Tata.

"Gue rasa Cinta nggak suka ke Ofar. Jadi lo masih ada harapan dek"

Tata mendecih, "Nggak usah ngehibur...gue nggak terhibur"

Biru tak perduli,

"Ayo balik, gue anterin"

Tata heran,

"Kok ? tumben ?"
"Hn..solidaritas kaum pesimis" kata Biru asal.

Keduanya ketawa, dibawah langit yang mulai senja. Itu kedekatan sederhana yang membuka cerita lama, membuka rahasia yang disimpan rapat masing-masing.

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang