22. Nyanyian Tata Surya

99 23 4
                                    

Fiersa Besari feat Tantri versi SMA 101 Angkasa Utara sedang tampil di panggung pensi penutupan classmeeting,

Selain alkohol, yang memabukkan lainnya adalah suara bagus Marska Omar Al-Faruq bertemu dengan suara jernih Danurdara Tata Surya,

Sepanjang penampilan itu, senyuman terus melekat rekat di bibir Ofar. Lain halnya dengan Tata yang mati-matian berusaha tak lupa lirik karena teman duetnya.

Tata semalam suntuk berkutat dengan pikirannya sendiri. Sebuah pemikiran yang menggagas bahwa dengan Ofar, dia harus mengakhirinya. Serupa berakhirnya lagu Waktu yang Salah maka perasaan yang dibangunnya sendiri itu juga harus diakhirinya sendiri di waktu yang sama.

Agak berlebihan kalau dibilang itu berat, tetapi juga tidak terlalu mudah meninggalkan apa yang sebenarnya baru saja akan dia mulai. Prinsip lajang yang berwibawanya hampir tergoyahkan oleh Ofar, sayang, itu harus diakhiri.

Tata ingin mengembalikan prinsipnya,

Lagunya selesai, tepuk tangan meriuh menyambut penampilan bagus duet wakil ketua OSIS dan Sekretarisnya,

Tetapi bagi Tata itu lebih pada sambutan untuk kembali ke prinsipnya

Selamat datang kembali penduduk Indonesia yang lajang dan berwibawa, Danurdara Tata Surya.

Matanya berbinar, menatap penonton beserta tepukan tangan meriah,

Mata yang menyisir ke semua penjuru dari bawah panggung itu menemui satu orang yang sedang melipat kedua tangannya di dada.

Orang itu mengulas senyum singkat,

Best friend paksaan yang tempo hari mengaku sebagai sobat kaum pesimis Danurdara Tata Surya, yang kebetulan berdiri bersebelahan dengan sahabat token listriknya, Biru dan Erza dibawah sana.

Tata senyum serupa, entah mengapa ada semacam perasaan bahwa Biru bangga dengannya yang berani menerima tawaran duet Ofar beserta tekad kuatnya mengakhiri kisah yang bahkan belum bisa juga disebut sebagai kisah.

"Langsung bantuin Erza dan Obarus beres-beres stand lomba catur" sambut Biru begitu Tata turun dari panggung ke arahnya.

Erza terbahak

Repot sekali memang kalau berketuakan orang berhati dingin ini.

"Di puji kek sekretarisnya habis tampil bagus. Eh malah udah di suruh beres-beres aja" gerutu Tata

Erza itu baik, sebaik dia yang mengulurkan minuman isotonik ke Tata

"Bapernya di pending dulu. Selesai dulu, waktunya kerja, back to reality princess Kenjeran. Tadi kan udah berduaan sepanjang penampilan" kata Erza meledek, lalu mengekori arah perginya Biru
"Kok elo jadi kaya kak Biru sih Za" omel Tata mulai menyeimbangi langkah besar-besar yang anti gusar itu.

Erza meringis,

"Berarti cocok lah ya kalau tahun depan gue nyalonin diri jadi ketua OSIS"
"Ck...kagak, ketua preman cocoknya"

Erza mendecih.
Reputasi anak badung memang sulit di geser dari rupa sangarnya.

"Ta.. suara elo bagus juga ya.." ini Obarus yang tau-tau muncul begitu saja, ia kemudian memberi tawaran berupa "Ta mau join di rohis nggak Ta ?"

"Aduh Bar.. Tata jangan ditawarin join rohis Bar. Nggak lama rohis buyar kalau ada dia" Ledek Erza

"Sialan lo" kata Tata, lalu tak lama jadi satu suara juga dengan Erza, bahwasannya, "Bener sih Bar. Jangan nawarin gue. Nawarin Erza aja nih. Cocok" balas Tata

Obarus menyembik menegaskan ekspresi meledeknya tanpa perlu bersuara.

"Apaan muka lo gitu Bar ?" kata Erza yang sudah terledek betul.
"Erza masuk rohis ? adzan aja nggak pernah"
"Wah...nyepelein Keano Erza Bintang elo....awas ae entar gue yang adzan pas sholat dzuhurnya"
"Beneran lo ?" Tata tak percaya,

Obarus pula

"Underestimated lo pada sama gue"
"Emang kita harus ekspektasi setinggi apa sama elo ?" kata Obarus
Erza habis kata, dia cuma bisa bilang "Wah wah nggak ada takut-takutnya anak rohis satu ini sama gue ya"

Manusia memang begitu, seringnya membuat penilaian atas sudut pandang mereka sendiri

Terutama Tata pada Biru.
Setelah sesi bersih-bersihnya dengan Erza dan Obarus, Sekretaris OSIS itu sudah disibukkan berdua dengan ketuanya di toko piala, untuk hadiah para pemenang lomba classmeeting yang akan diumumkan hari Senin nanti.

"Kak Biru"
"Hn"
"Kak Biru pasti seneng kan kalau kak Ofar sama gue. Biar kak Cintanya bisa sama kak Biru aja" katanya tanpa basa basi

Dasar

Biru terkejut.
Heran saja, kenapa ada manusia seterus terang ini. Dia mengabaikan Tata

"Jangan ghibah" kata Biru

Tata mengikat ulang rambutnya yang berantakan diterpa angin, dia bilang
"Tapi sayangnya, setelah ini gue hanya akan menganggap semua yang kak Ofar lakuin ke gue itu cuma bercanda. Bercandaan antar teman" katanya menoleh ke Biru di sebelah,

"Terserah elo. Bukan urusan gue" jawab Biru tak ambil peduli,

Penjual piala datang, memotong percakapan,

"Mas mba, di kasih tulisan sekalian juga nggak ?"
"Iya pak" jawab mereka kompak

Duh, semoga berjodoh.

Tapi sayangnya tidak,

Sebab Biru pacar Cinta

Sebab, Tata boleh jadi jodoh orang lain juga,

"Santai santai mba mas..nggak usah keroyokan kompak gitu jawabnya, di tunggu ya.. saya cetak dulu tulisannya" penjual itu beralih.

Tata merutuk, dia tahu Biru itu banyak tak acuhnya, tapi dia juga terus-terusan curhat ke Biru walaupun tahu benar soal resiko diabaikan.

Lebih anehnya lagi, dia merasa itu yang dibutuhkan. Dia hanya butuh di dengar, bukan di komentari, dan pada Biru dia menemukan pendengar terbaik ketiga selain Fano dan Erza

"Curhat sama elo tuh enak ya kak. Enggak ngejudge gue. Enggak komen semaunya juga" kata Tata, lalu jadi berterima kasih

"Makasih kak Bi"

Biru tak merespon. Ada pertahanan kokoh yang coba dibangunnya, Biru bersikukuh tetap dingin sebagaimana adanya,

Tata masih menatapnya lekat, sekaligus mengamati Biru ini hidup atau tidak, kenapa hening sekali.

"Makasih tadi udah ngisi pensi penutupan classmeeting. Suara elo bagus" puji Biru yang akhirnya buka suara, diapun meledek bilang

"Jangan nangis lagi, gue males nraktir ke mcd"
"Hahaha engga ah...mana ada. Sekali doang itu gue nangis. Kalau yang tadi duet mah udah selesai ..nggak ada yang bisa ditangisin lagi"

Sekali lagi, ngobrol dengan Biru yang kata orang-orang tak tergapai itu justru menyenangkan, seperti sedang mengajukan sesi obrolan bersama kakaknya sendiri.

Bahkan, dalam obrolan itu,

Biru mengulas senyum sekilas sampai hampir tandas tak nampak,

"Nah gitu dong. Senyum kan makin enak dilihat" celetuk Tata seadanya,

Tau-tau Biru sempat salah tingkah, segesitnya merubah topik,

"Sama Ofar sudah selesai. Kalau sama yang di acara api unggun ?" tanyanya kelepasan begitu saja. Efek salah tingkah barangkali

Tata sampai menyunggingkan bibir, tumben Gaduh Biru Langit kepo

"Sama yang di acara api unggun...." ucapannya terpotong,

Penjual piala muncul dengan piala yang terbungkus rapi, tertutup paperbag.

Seperti percakapan Tata dan Biru yang juga terpaksa di tutup situasi.

Author notes:

Anak pak Zaid ngantri dulu ya..sabar bentar wkwkw
soalnya anak pak Zaid masuk universe yang ceritanya emang nggak banyak part, nggak panjang.
Jadi sabar dulu..hemat updatenya. Haha

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang