24. Tata Surya Memeluk

96 19 3
                                    

Alam itu indah, pesonanya luar biasa memikat tanpa menjerat, sebagaimana pula jatuh cinta. Dia itu maha gila, datangnya tanpa disangka-sangka subjeknya random tanpa di rencanakan, tetapi perasaannya sungguh campur aduk.

Alam dan jatuh cinta sama-sama indahnya, sama mempesonanya. Sementara keindahan alam itu jelas didepan mata, kalau jatuh cinta kadang berasalnya dari alam bawah sadar.

Seperti bagaimana Cinta suka ke Biru walau orang tuanya menentang, sebagaimana pula Ofar jatuh hati ke Tata atau perasaan jatuh cinta lain pada Raka, Erza dan mahluk mana saja, termasuk di dalamnya adalah rasa jatuh cinta Bunda Tata ke ayahnya.

Wujud jatuh cintanya nyata, ibu menangis hebat di kamar rumah sakit, tepat disamping ayah Tata yang tak sadarkan diri.

Danurdara Tata Surya panik luar biasa, persis setelah rapat persiapan untuk acara healing OSIS 2021 di Jogja nantinya itu di tutup oleh Gaduh Biru Langit, Tata dapat kabar yang sama sekali tidak masuk planning hidupnya bahwa hari itu, ayahnya mengalami kecelakaan.

Dengkulnya melemas bahkan seluruh persendian dan kewarasannya ikut melemas, Tata panik juga bingung, sampai-sampai tangisnya memecah,

"Ayahh..." rengeknya,

Merengek dalam pelukan Biru yang tepat disebelahnya,

Mahluk Tuhan yang dingin itu sempat terkejut hebat sebelum akhirnya memilih menghangat kali itu, tangannya mengusap pelan punggung rapuh yang menangis sejadi-jadinya.

"Tenang Ta...kamu harus tenang dulu" kata Biru. Aksennya sudah dengan tata krama aku-kamu ala Ofar, barangkali terbawa oleh sikap hangatnya.

Ngomong-ngomong, Ofar juga di sana, bersama yang lainnya menenangkan Tata, sama halnya Erza yang sudah panik menghubungi Fano yang seminggu lalu pamit ke Makasar untuk seminar kampus.

"Tata mau ke rumah sakit" ucap Tata ke Biru,

Serius saja, tangisnya luar biasa, tapi sialan sekali, rupa itu masih bagus. Bagaimana bisa orang menangis masih terlihat secantik itu, Raka sepakat dengan Ofar, Obarus, Duan atau siapapun, kalau Tata masih tetap cantik bahkan saat air mata tanpa sopan santun berderai hebatnya.

"Iya kita ke rumah sakit" kata Biru, "Far, tolong pembagian dan pelaksanaan jobdecs elo handle dulu ya" lanjutnya berdiri, mengemasi barang-barang Danurdara Tata Surya bersama Erza

Ofar mengangguk, "Jagain ya Bi" katanya pasrah,

Erza pula,

"Bi, nitip ya... gue nyusul nanti. Gue coba ke temen mas Fano dulu, soalnya dia nggak bisa dihubungi" ucap Erza,

Biru mengangguk segera pamit ke anggota OSISnya yang berharga dan sedang panik semua itu.

"Kak Bi hati-hati ya" kata Sauci, menyusul beberapa pesan hati-hati pula dari yang lainnya, termasuk dari Cinta yang sempat menahan bahu Biru di pintu,

Biru menoleh,

Tangannya memberat, kanan ditarik si panik Tata yang masih terisak sementara kiri ditahan Cinta yang seolah ingin bernego, kenapa harus Biru yang pergi.

Ke Cinta Biru bilang "Sebentar Ta"

Cinta mengangguk, ia kalah. Dengan hati yang memberat dia bilang, "Hati-hati Bi" balasnya, sekalian pula melepas tangan yang sempat ditahannya,

Melepas dengan berat Gaduh Biru Langit, melepas dengan kekhawathiran juga kecemasan luar biasa, itu bukan berlebihan. Cinta sepatutnya boleh khawatir, sebab rasa itu muncul bukan sekonyong-konyong tapi berdasar.

Dasar utamanya adalah dari bagaimana Biru yang juga ikut panik dan merepotkan diri untuk Tata seperti halnya Erza, padahal dia Gaduh Biru Langit yang lebih memilih organisasi dibanding apapun. Oleh sebab itu wajar Cinta khawatir, terlebih lagi adalah pada pelukan yang menuju ke Gaduh Biru Langit dibanding siapapun. Disana ada banyak bahu bidang yang siap menampung, disana ada banyak option manusia ganteng yang siap memeluk teduh, tetapi anehnya Danurdara Tata Surya menjatuhkan pelukannya ke Gaduh Biru Langit, diantara banyaknya bahu bidang itu, Tata memilih menyandarkan dirinya ke Biru, padahal jelas-jelas disana ada Ofar, orang yang disebut-sebut sedang dekat dengannya, atau kalau Ofar terlalu muluk disana juga ada Erza, orang yang dikenal sebagai sahabat dekatnya.

Maka dengan sebebas-bebasnya Cinta diperkenankan untuk khawatir, bahkan Ofar juga dipersilahkan, diberi izin seluas-luasnya untuk menaruh rasa curiga disusul banyak tanya,

Kenapa Tata memeluk ke Biru ?

Bisa jadi itu gerak refleks karena panik
atau bisa jadi pula itu gerak refleks yang penyebabnya adalah rasa nyaman yang mendominasi. Rasa nyaman yang dibiasakan.
Ofar mulai sama khawatirnya dengan Cinta,

Juga Tata, yang sekarang sedang menangis tak karuan di rumah sakit dengan ibunya,

"Nggak apa-apa dek...ayah pasti sembuh" kata ibu mencoba menguatkan hati yang sama rapuhnya itu,

Disana ada Biru yang berdiri tak tega hati,
Tangisan itu gaduh dengan hebat, sampai sesenggukan menutup perlahan kesedihan, Danurdara Tata Surya sembab mata kanan dan kirinya,

"Makasih ya nak sudah mau nganterin Tata. Maaf ya jadi merepotkan kamu"

Biru mengangguk,
"Iya tante nggak apa-apa"
"Saya pamit ya tante"
"Iya nak..hati-hati" pesan Ibu Tata ke Biru,

Biru mengemasi tasnya, tapi jadi memelan begitu ibu berdiskusi dengan Tata

"Dek, kamu pulang dulu ya. Istirahat di rumah dulu. Nanti ke sini lagi kalau malam, sekalian bawa baju buat ibu. Sekarang biar ibu aja yang jaga. Nanti mas Fano pulang dari Makasar mungkin malam baru sampai"
"Tapi bu..."
"Udah..kamu balik aja..naik ojek online aja ya dek nanti"
"Biar sama Biru aja tante" kata Biru yang tahu-tahu menawarkan diri, padahal dia bukan jenis mahluk hidup yang pandai bersosialisasi begini

Tata saja heran dibuatnya,

"Oh ya sudah..ndak merepotkan nak ?"
"Nggak tante"
"Ya sudah..sama Biru aja ya dek"

Agaknya Tata telalu lelah untuk mendebat, dia memilih sepakat. Mengiyakan sebagai jalan pintas paling sederhana, pulang ke rumah dengan Biru

"Nanti chat kak Biru aja kalau mau ke rumah sakit" katanya diatas motor dalam perjalanan pulang,

Tata mengangguk,
Dia terlalu sibuk untuk menyadari sisi baik dari Biru yang baru ditemui ini.

Motornya belok, ke tempat andalan yang Biru tuju saat bersama mahluk lajang yang banyak gaya ini, mcd.

Mcd, tolong sponsori Gaduh Biru Langit untuk inisiatif tingginya membawa Tata kesana sekali lagi di kala ia banyak menangis,

"Makan dulu Ta...dari siang belum makan kan kamu"

Lihat, sesi aku-kamunya masih terbawa sampai ke mcd.

Tata tak berminat, ia terlalu banyak pikiran untuk sekedar makan.

Biru tak pandai membujuk, apalagi menyuapi, itu tak masuk dalam list hidupnya yang super unik.

Maka ia menelphon Erza, berkonsultasi tentang bagaimana cara membujuk Tata.

Biru menghela napas berat, sesi konsultasinya tak menemui jalan keluar, Erza juga tak bisa mengatasinya.

Satu-satunya inisiatif manusiawi yang bisa dia lakukan adalah mencoba membujuk, membujuk yang nyata-nyata membuat saya yang nulis jadi deg-degan.

Sebab tangannya menaut tangan Tata perlahan, punggung jemarinya dia usap pelan, pandangannya teduh ke manik mata Tata.

"Dek" dia memanggil, membujuk dengan suara teduh yang menyejukkan "Makan ya.." pintanya.

Tata bukan perempuan jika perhatiannya tak terbuyarkan oleh hal itu. Jemarinya masih pelan mengusap punggung jari Tata dan suara teduhnya masih membujuk supaya Tata mau makan,

"Dek..makan ya...nanti sakit juga kalau kamu yang down dan nggak makan" suaranya lembut menembus telinga dengan halus dan memabukkan, menggerakkan syaraf dan hati serta kepala Tata untuk mengangguk setuju,

Selamat, agaknya selain berhasil membujuk Tata, Biru juga berhasil mendebar-debarkan jantung Tata tanpa sadar.



The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang