26. Cinta Pertama Planet Merah

82 19 11
                                    

Erza bukan cuma satu-satunya manusia peka yang tahu kemana hati Tata pada nyatanya,

Sun Rai - San Francisco Street terputar di radio sekolah, ada hati berbunga-bunga yang request untuk memutar lagu kuno itu.

Lagu kuno yang semalam jadi topik panjang selain keorganisasian yang waktunya hampir habis, Tata dan Biru saling mendebat lagu kuno yang paling legendaris, pemenangnya jatuh bukan pada Biru atau Tata melainkan pada selera. Semua juara, tergantung selera masing-masing. Begitu juga hati, semua orang memikat, unik dengan pesonanya masing-masing, persoalannya adalah mana yang sesuai dengan selera hati dan bukan. Ini menjawab tentang bagaimana Tata terbawa ke pesona Hanggar, Raka, Ofar, buah-buahan segar, martabak manis atau segala yang menawan baginya. Semua memikat, hanya saja tidak semua menetap.

Semangka merah juga menggoda, segar di kala panas, tapi semangka bukan satu-satunya buah yang Tata suka. Cara kerjanya sama dengan bagaimana Hanggar, Ofar dan lain sebagainya yang memikat, hanya saja mereka bukan yang benar-benar menetap. Mereka sekedar keinginan, bukan sebuah kebutuhan. Padahal sih, yang Tata benar-benar butuhkan adalah dia yang melengkapi kekurangannya, yang menasehati tanpa menghakimi, mendengar tanpa mengomentari, dan paling nahasnya adalah disayangi tetapi sudah ada yang memiliki.

Ternyata Biru adalah orangnya.
Biru adalah kebutuhan Tata, dan disadarinya belakangan ini. Semenjak kegiatan OSIS sudah mulai tidak lagi padat sebagaimana masa jabat yang sudah hampir tamat.

Inilah realita, sebuah fakta yang mengundang tawa miris. Kewarasannya baru datang setelah masa jabatannya hampir selesai. Lagipula biarpun dia waras sejak awal, pilihannya tidak tepat. Biru sudah dengan Cinta.

Erza mencela segala ekspresi kasihan yang sedang menaruh banyak iri ke sudut ruang OSIS, diantara hangat romansa Biru yang tangannya diapit manis oleh Cinta.

Hubungannya mulai terbuka, siapa saja bisa melihat kedekatan Cinta yang terus memburu Biru.

"Udah nggak usah dilihatin terus" omel Erza pada dia yang pura-pura biasa saja.
"Dih enggak..mana ada"
"Ck.. masih ngeles aja. Tadi sebelum masuk kesini senyam senyum denger lagu di radio. Begitu udah disini kaya krupuk di kuah seblak"

Tata memprotes, "Apa sih ma pren"
"Udah...pacar orang nggak usah diharepin terus" bisiknya ke Tata, "Giliran ada yang suka malah disalah pahami" tukas Erza, dagunya menunjuk ke Ofar.  Mas mas cassanova yang pamornya tak redup meski malam datang, meski penolakan menerpa.

Benar, Marska Omar Al-Faruq sempat kembali mengutarakan maksud hatinya, setelah ia tanpa sengaja disalahpahami menyukai pacar Biru. Ofar tak tahu menahu tentang Tata yang seolah patah hati dibuatnya. Pada kenyataannya justru ia yang hatinya dipatahkan oleh Danurdara Tata Surya di Jumat malam saat acara penerimaan siswa baru.

"Dek....Erza bilang kamu salah paham kalau kak Ofar suka ke Cinta ?"
Tata menghening,
"Waktu di kafe itu kak Ofar mau bilang sesuatu ke kamu. Dan Cinta yang ngajarin kak Ofar gimana cara bilangnya ke kamu. Tapi kamu udah salah paham duluan kaya di film-film" Lanjutnya, Ofar menghela nafas panjang,

Dia frustasi,
"Kak Ofar tahu ini agak terlambat, tapi kalau kak Ofar enggak coba akan jadi penyesalan nantinya, ..jadi..." Ofar menghening,

Matanya sayup, rasa frustasi sudah memenuhi dirinya, dengan sisa-sisa rasa penasaran yang ada, dia tetap mencoba untuk bilang, "Mau jadi pacar kak Ofar nggak ?"

Itulah malam penolakan, malam Jumat yang cukup gelap dan tidak mudah Ofar abaikan. Serupa pelaku penolaknya yang tidak mudah Ofar lupakan, sedang disebelahnya untuk dia beri senyum.

"Sebentar lagi sertijab. Dan kak Ofar juga sebentar lagi akan ninggalin Angkasa Utara.." katanya ke Tata,

Aduh, ini sesi paling menyebalkan. Sebuah tahap melo yang terpaksa harus dihadapi oleh Tata, Ofar dan semuanya,

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang