[2] Bagian 22

1.2K 150 7
                                    

Heeseung menatapi pesan yang belum dibaca dari beberapa jam lalu itu, dia mengirim pesan pada Aensoo menanyakan apa yang sedang gadis itu lakukan. Tapi Aensoo belum membalas sampai sekarang, dia jadi kepikiran.

"tuan"

Heeseung kaget dan langsung menoleh sambil memasukan ponselnya ke dalam saku celana, "ada apa, asisten Jung?"

Asistennya itu melihat sekitar lalu membisikkan sesuatu, "nona Choi ingin bertemu dengan mu di ruangannya"







Klek!


"permisi, Ji-"

Heeseung berhenti berbicara saat melihat wanita di depan cermin itu memakai gaun yang lumayan terbuka. Sial. Cobaan apa lagi ini.

"Heeseung? sudah datang, ya"

Laki-laki itu masuk dan menutup kembali pintunya, "pestanya masih berjalan, kenapa kamu mau bertemu disini?" tanyanya sambil mendekat.

Jiheon melihat gaunnya, "memangnya kenapa? toh, yang lain juga nggak akan ada yang peduli"

"jadi?"

Gadis itu menghadap ke Heeseung, "apa gaunnya bagus?"

"kamu panggil aku hanya untuk memilih gaun?"

"selera mu dalam memilih biasanya bagus, jadi aku mau kamu yang pilih gaun ku"

Heeseung menghela nafas tidak menyangka, bisa-bisanya waktunya di habiskan sia-sia begini.

Ini Jiheon Choi, saudari ipar Heeseung. Benar, dia adik dari Nancy, istri Jungkook. Mereka seumuran. Jiheon juga bekerja di perusahaan Jungkook awalnya, tapi dia pindah ke Perancis untuk meneruskan pekerjaan ibunya dan disinilah dia.

Pesta ini juga di buat olehnya dan yang mengundang Heeseung tentu saja gadis muda ini. Jangan heran jika barang-barangnya bisa seharga jutaan sampai miliaran. Namun, tentu saja di balik image yang baik, ada rahasia besar yang disimpan.

Jiheon sebenarnya juga bekerja di club, sebagai melayani para laki-laki yang butuh belaian. Dan targetnya sekarang adalah pria yang sedang bersamanya di ruangan ini, Heeseung.

Gadis itu menatapi laki-laki yang sedang memilih-milih gaun untuknya, dia tersenyum lalu mendekat. Heeseung langsung berhenti beraktivitas saat Jiheon memeluknya dari belakang.

"kamu rupanya hangat, ya" ujar gadis itu.

Heeseung melirik ke belakang, "Jiheon, aku tau kamu suka bermain dengan banyak laki-laki, tapi ini bukan waktu yang pas"

"memangnya nggak boleh jika aku menginginkannya sekarang?" balas Jiheon lalu membalikkan tubuh Heeseung, dia melingkarkan lengannya di leher laki-laki itu lalu menghirup aroma parfum madu pada leher Heeseung, "kamu manis, aku suka"

Heeseung mencoba sangat keras untuk tidak membalas sentuhan Jiheon. Saudari iparnya ini sangat seksi, cantik, juga sangat menggoda. Tapi Heeseung tidak bisa memakainya semudah dia memakai wanita lain.

"lepaskan aja, nggak apa-apa kok" bisik Jiheon sambil membuka satu persatu kancing kemeja Heeseung.

Heeseung langsung menggenggam tangan Jiheon dan mendorong gadis itu ke sofa sampai posisi mereka berubah, Heeseung di atas dan Jiheon di bawah. Heeseung menatapi wajah Jiheon yang lembut, matanya yang sedikit sipit dan senyuman nakal itu.

Jiheon melepaskan tangannya dari genggaman Heeseung lalu menyentuh pipi laki-laki itu, "jangan khawatir, nggak akan ada yang dengar walau kamu menggerang. Ruangan ini udah aku design agar kedap suara. Lakukan semaumu, acaranya masih lama, jadi waktu kita masih banyak" ucapnya lalu menarik rahang Heeseung, menyatukan bibirnya dengan bibir laki-laki itu.

Keep it PRIVATE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang