DUA PULUH TUJUH

68 2 0
                                    

༺༻

"Gausah dibahas lagi gak bakal selesai, kalian ngomongin apa tadi." Ujar farel menghentikan percapakan teman-temannya.

"Ahhh iya sampe lupa kan om, mau nanya emang bener raja dijodohin sama ayanna." Tanya vian yang memang sudah penasaran walaupun tidak melebihi deric yang ada disebelahnya.

"Kata siapa? Dihh males amat gue ngejodohin anak gue ama anaknya nathan." Jawab farel sambil mengernyitkan kedua alisnya.

"Perang ini mah." Bisik sakha pada galang dan galang mengangguk pasti.

"Gue cabut nih saham gue kalo gini caranya." Balas nathan dengan gadget yang sudah di pegangnya sejak tadi.

"Ngancem."

"Udah jawab aja apa susahnya, harus pada berantem dulu heran udah tua inget umur bisakan." Kesal alaska yang sejak tadi diam karna memikirkan apakah benar kembarannya akan dijodohkan oleh teman masa kecil mereka ini.

"Heh mulutnya, mau papah dibilangin ke mamah kamu."

"Terserah...aku heran mamah sama tante sering cerita katanya kalian paling cool dulu waktu sekolah lah buktinya mana gak ada coolnya sekali." Timpal alaska lagi.

"Itukan pas muda alaska, jaman sekarang mau muka kaya gitu siapa yang ngeliat kalo bukan istri sendiri makanya om juga inget umurlah." Kekeh sakha yang paling terakhir menikah dengan istrinya sekarang, makanya ia memiliki keyva sebagai anak semata wayangnya.

"Seru kayanya dengerin cerika om pas masih muda, mumpung cuman cowo semua nih yang disini." Ujar rendra dengan serius mendengarkan cerita para orang tua itu.

"Cerita apa yang seru banyak jeleknya iya." Kekeh galang lalu mendapat tatapan tajam dari geng nathan.

"Daripada situ..." Sakha menaik turunkan alisnya pada galang.

"Oyy jangan sembarangan lah gini-gini gue yang jagain bini lo semua dulu." Ucap galang tak mau disalahkan.

"Udah dulu, ini para anak muda ingin mendapatkan jawaban pasti."

"Jadi om sebenernya raja dijodohin sama siapa?" Tanya rendra lagi.

"Nanti juga ketemu yakan ja, masa ama calonnya sendiri gak kenal."

Mereka akhirnya mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan harapan, jadilah semuanya menghela nafas kasar dan menepuk kening mereka.

Setelah selesai mengobrol mereka masuk kedalam villa yang memang sudah disediakan jika ada yang akan menginap, namun villa orang tua dan anak muda dipisahkan.

>>>

Pagi harinya keluarga besar berkumpul dihalaman villa, dinginnya pagi hari membuat mereka mengeratkan jaket mereka agar hangat. Bahkan para pemuda membuat api agar sekitarnya hangat.

"Dingin banget..." Ucap ranum duduk diayunan kayu yang ada dihalaman.

"Sini gue peluk ran." Sang suami yaitu rino dari belakang ranum.

"Najisss, ambilin sweeter gue no dingin banget ini." Pinta ranum pada rino.

"Pake punya gue aja, ntar gue ambil yang laen." rino melepas hoodir yang dipakainnya dan memberikannyapada ranum.

"Serius nih ya awas ntar lo ngeluh ama gue." Balas ranum menerima hoodie rino.

"Kaga." Rino mengecup pucuk kepala ranum lalu kembali ketempat teman-temannya.

"Cihh nyari kesempatan aja..." Gumam ranum lalu memakai hoodie rino yang kini sudah jadi suaminya.

Disisi lain ada dyra dan ayanna yang sedang berbincang dengan para ibu lainnya.

"kalian berdua nanti kalo udah nikah harus lebih hati-hati bina rumah tangganya, kalo ada apa-apa lebih baik diceritakan sama pasangan jangan sama orang lain." Ujar gina istri biam sekaligus ibunda dari calandre devian.

"Apa harus gitu mah, emang kenapa?" Tanya dyra yang penasaran.

"Ya coba kamu bayangin ra kalo ada pihak lain yang tau tentang masalah rumah tangga kamu dan dia bikin masalah baru gimana." Timpal resma dan yang lainnya mengangguk.

"Ehmm iya juga sih pasti malah bikin makin renggang ya."

"Nah makanya itu lebih baik diselesaikan dengan pasangan sendiri."

Setelah selesai berbincang pagi mereka kembali kekamar masing-masing dan menyegarkan diri sebelum kembali bertemu saat sarapan.

"Uwahh gue kira gak ada makanan rumahan, gue yakin yang mesen pasti tante resma." Ujar vian duduk dikursi yang kosong dan yang lainnya satu persatu datang keruang makan.

"Udah kumpul semua?" Tanya gibran melihat semua orang yang sudah duduk ditempat masing-masing.

"Udah om...cuman anak kesayangan om nih yang belom dateng ama suaminya." Kekeh ayanna membuat yang lain ikut tertawa.

"Biarin aja mereka, ayo kita sarapan." Balas gibran lalu menikmati makanannya.

Disisi lain rino dan ranum tengah saling bergantian memberikan minyak kayu putih dipunggung mereka, ini salah mereka sendiri yang malah mandi dicuaca dingin begini.

"Lu juga sih ngajak mandi bego banget udah tau dingin." Ujar rino yang tengah dipakaikan minyak dipunggungnya.

"Ya kira gue udah make air panas pasti anget, taunya masih dingin lo juga kenapa terima aja."

"Istri yang minta mana bisa nolak elah." Jawab rino yang malah mendapatkan pukulan dipunggungnya.

"Pikiran lu mesum amat sih no, heran kenapa gue bisa nikah ama lo." Kesal ranum lalu menaruh botol minyak dinakas dekat kasur mereka.

"Lah lo kenapa mau ama gue."

"Udah ahh gue mau tidur aja, lo kalo keluar sekalian bawa sarapan ntar."

"Kaga gue mau ngelonin lo."

Sebelum mendapatkan amarah dari istri yang baru sehari itu rino segera keluar dari kamar sambil tertawa memegangi perutnya.

Sedangkan diluar tepatnya diruang tamu para anggota keluarga lainnya sedang berbincang, namun terhenti saat mendengar suara tawa dari rino. Rino juga seketika berhenti saat berpapasan dengan mereka.

"Upss diem aja ahh..."

Vian menutup bibirnya dengan tangan menahan tawa begitu pula dengan para remaja lainnya, sedangkan para orang tua menatapinya.

"Hehe...laper nih mau cari makan."

Rino dengan segera berlari kedapur dan yang ada diruang tamu mereka tertawa dengan tingkah rino.

"Bran lo dapet mantu gitu amat si."

Tawa galang menepuk pundak gibran, sedangkan gibran menutup wajahnya malu.

༺༻

ANUGRAH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang