Sembilan belas | 📖

1 0 0
                                    

>> B A N G K U T U A <<

Lambat laun cerita bangku tua, menggaungkan denyut memori lama. Seakan, sengaja diputar tanpa jeda bak kaset rusak. Terkadang nyalangnya sudut hati berkobar bagai diberi api, riang hati hanya sebuah pengalihan.

Pada kenyataannya, luka itu masih sama jikalau mengingat seperkian detik kisah demi kisah. Tidak ada cinta melainkan luka dan air mata; ku sambut hari demi hari, tahun, bahkan pergantian bulan. Tetap sama, mengingat sepenggal cerita tua itu adalah celaka memori paling lama.

Untuk menyambut malam-malam berikutnya, rasanya hambar disertai rasa pilu yang menggebu. Tidak ada detak rindu yang mengalun syahdu dalam kalbu. Hanya beradakan detak jantung menahan sakit dengan membisu diam terpaku.

Tidak akan ada cerita manis dibangku tua. Hanya beradakan cerita tragis bertabur rasa asa yang hinggap didada; lebam dipikiran dan hati itu cedera paling tragis.

Demikian rasa yang tumbuh, mengalun indah dengan nada tenang. Usikkan simfoni kelam merayap kedalam pikiran kerap kali mengerawang; tidak ada tempat berteduh, kerap kali mengaduh dan berkeluh. Memaksa diri untuk menelan pil pahit yang rasanya sering melilit.

HAPPY READING🦋

D E T A K R A S A D A L A M A K S A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang