satu.

1.5K 188 4
                                    

Hera p.o.v

Aku kaget.

Pagi itu, aku bahkan belum menyentuh sarapanku yang biasa mami siapkan sebelum aku berangkat sekolah.

Aku hanya baru saja menghabiskan setengah gelas susu putih yang dibuatkan mami, saat ada pesan masuk dari Jeno, adik kandung dari kekasihku, Mahendra, yang saat ini tengah menempuh pendidikan di salah satu kampus terbaik di Malang.

Pesannya berisi sebuah gambar, gambar yang sebenarnya terlalu menjijikkan untuk anak sekolahan seperti aku untuk melihatnya.

Jeno
Jeno send a photo...
Putusin aja bajingan kayak dia, Ra.

Begitu isinya.

Gambar di mana kekasihku, Mahen, tertidur di sebuah sofa panjang, dengan punggung telanjangnya terekspos.

Nggak, kak Mahen nggak tidur sendiri, di gambar itu juga ada perempuan yang tidur nyaman di pelukan laki-laki terkasihku.

Aku kaget sekali, jantungku rasanya turun ke perut, yang membuatku mual-mual pagi itu.

Mami, papi dan kak Deri langsung tersentak kaget saat aku tiba-tiba mengeluarkan cairan susu yang baru saja ku minum. Perutku mendadak mual tidak karuan, rasanya jantungku seperti jatuh ke perut.

"Dek??? Kamu kenapa?? Sakit??" Panik Mami.

Papi dengan sigap langsung menggendongku naik ke atas, ke kamarku.

Mami mengikuti, setelah menidurkanku di ranjang, papi keluar dari kamar, digantikan mami Cita yang menggantikan baju seragamku yang basah karena muntahanku.

Hari itu, aku tidak bisa masuk sekolah. Aku hanya bisa terbaring lemas di ranjang tanpa ingin makan dan minum.

Dan bodohnya, ponselku tertinggal di ruang makan, dan tololnya lagi, kak Deri melihat pesan yang dikirimkan oleh Jeno.

Ia marah besar. Tanpa izin dariku, ia memblokir semua kontak kak Mahen dari ponselku.

Aku biarkan, aku nggak peduli lagi.

Untuk apa?



Tiga hari sudah berlalu, dan selama itu pula aku tidak masuk sekolah dan semua sahabatku berusaha bertemu, tapi aku tak izinkan.

Aku tidak ingin ditemui dan diceramahi atau dinasehati segala macam oleh mereka.

Apalagi si galak tapi cantik itu, Rani.

Mulutnya itu, ah.. Aku hanya ingin istirahat, introspeksi diri, dan merenungi diri sendiri, bukan diomeli dengannya.

Maka, saat aku masuk sekolah lagi, tiga sahabatku, Jeno, Rani dan Nana, sekaligus Alin-pacarnya si galak, sudah siap menungguku di depan gerbang.

Rajin sekali 'kan mereka itu.

"Hera!!! Ya ampunnn... Kangen banget ih sama si cantik!!" Seru Nana senang dan memeluk tubuhku erat.

Nana menggerakkan tubuh kami ke kanan dan ke kiri karena saking senangnya aku masuk sekolah lagi.

"Gue 'kan cuma nggak masuk tiga hari, kayak yang gue tinggal pergi jauh aja, sih.." Balasku, terkekeh geli.

"Bukan gitu, anjir.. Lo nggak masuk tiga hari nggak ada kabar ke kita-kita, mau disamper nggak dikasih.. Emang songong banget!!" Gemas Rani.

Ia mencubit gemas dua pipi tembamku.

"Iwyaa-iwyaaa... Iwni 'kwan uwdah mwasuk, ih lepas!!" Kataku.

Jeno dan Alin hanya memperhatikan sambil geleng-geleng kepala melihat pacar mereka menjahiliku.

B.W.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang