Pengakuan

562 69 7
                                    

Rina sudah bersiap untuk berangkat kerja. Himawari bertanya padanya hendak ke mana. Rina bilang kalau ia sudah mendapat pekerjaan di sini dan serta merta wajahnya terlihat ceria mendengarnya bekerja di toko bunga milik Ino. Rina ikut senang mendengarnya, entah kenapa kehadiran Himawari dalam hidupnya berpengaruh sangat besar. Pagi itu ia merasa bersemangat untuk kerja.

Seharian itu ia menghabiskan waktunya di toko. Siangnya Sai datang di jam istirahat dan melihat Rina di sana. Ino sudah bilang pada Sai perihal dirinya yang bekerja sebagai kasir di toko. Sai senang mendengarnya karena itu artinya istrinya punya teman ngobrol dan berharap Rina betah tinggal di Konoha.

Terdengar bel pintu berbunyi, tanda pengunjung datang. Ia adalah seorang laki-laki, dilihat dari perawakannya sepertinya tak jauh beda dengan Sai dan Ino. Ino menyambutnya ramah dan mempersilakannya untuk memilih bunga. Laki-laki itu memintanya sebuket bunga dan Ino segera mengerjakan pesanannya. Setelah selesai, laki-laki itu menerima pesanan buketnya dan berjalan ke kasir. Rina menyebutkan nominalnya dan menerima bayaran darinya. Namun, setelah membayar laki-laki itu justru memberi buket bunga padanya. Rina mengerjap bingung.

“Ini untukmu,” ujarnya sambil tersenyum.

“Eh?” Rina terkesiap, sementara Sai dan Ino saling berpandangan. Sejurus kemudian mereka saling melempar senyum. Tidak butuh waktu lama untuk Sai menebak-nebak, sedangkan Ino hanya bisa menahan senyum melihat aksi pengunjung tersebut.

“Namaku Satoshi, senang berkenalan denganmu. Emm.... Boleh aku tahu namamu?” tanya laki-laki itu.

“Ri-Rina,” jawab Rina gugup.

Satoshi tersenyum, senang mendengarnya bicara. “Namamu bagus, kau juga cantik,” pujinya.

Rina bingung harus merasa tersanjung atau malah curiga. Kenapa tiba-tiba ada orang asing mendekatinya? Ia sudah muak ditipu.

“Nanti malam kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu makan di restoran kalau kau tidak keberatan,” ajak Satoshi.

Rina ingin menolak, tapi Ino sudah menyambar duluan, “Tidak masalah, Satoshi-san, dia pasti mau, kok.”

Satoshi terlihat senang. “Kalau begitu kujemput setelah kau selesai kerja, ya,” ujarnya kemudian segera pergi meninggalkan toko.

“Ino!” seru Rina tidak terima, sedangkan Ino hanya mengikik geli.

“Kenapa? Aku kan hanya membantumu menerima ajakannya. Lagipula kau seharusnya sudah mulai memikirkan masa depanmu, jadi jangan sia-siakan kesempatan itu! Toh, dia lumayan tampan, hihihi,” kikik Ino.

“Ino, aku mendengarmu,” timpal Sai, tapi istrinya itu justru acuh.

Rina mendesah, ia terpaksa makan di restoran malam ini karena orang itu pasti menepati janjinya untuk menjemput di toko. Ino memerhatikan dirinya seraya menilai.

“Hmmm, sepertinya rambutmu harus sedikit diperbaiki,” ujar Ino.

Rina mendelik curiga. “Memangnya rambutku kenapa?”

Ino berjalan masuk ke dalam dan tak lama keluar membawa sisir dan karet. Ia menyuruh Rina untuk duduk dan mulai merapikan rambutnya. Sebagian rambutnya dikepang dan diikat ke belakang sementara sebagian lagi dibiarkan ikal begitu saja. Kini penampilannya jauh lebih manis ditambah perpaduan pakaian yang Kakashi beli untuknya. Ino gemas sendiri melihatnya, nampak di matanya kalau Ino ingin sekali memiliki anak perempuan.

“Sekarang kau sudah terlihat siap untuk berkencan!” seru Ino.

Entahlah, Rina hanya bisa meringis. Sepertinya justru Ino yang terlihat antusias untuk pergi kencan. Sai pamit karena jam istirahat sudah habis dan ia segera kembali ke tempat kerja. Rina menggeleng kepalanya untuk fokus ke kerjaan. Hari itu pengunjung lumayan banyak yang datang.

The Return and The End  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang