Third Person's POV
"Tolong ampuni ketidaktahuan kami dan kelancangan kami yang sudah terlalu banyak bicara."
Kata sang guru dengan beberapa orang di sebelahnya."Hamba mohon maafkan kekurangan mereka, Zhenova-heer."
"Akan kupastikan hal ini tidak akan pernah terjadi lagi."
Ucap sang kepala sekolah yang sudah ikut menunduk dihadapan Archduke."Anggap saja ini adalah hari keberuntungan kalian,"
"Karena hari ini aku sedang bersama putri kesayanganku satu-satunya,""Dan perasaanku juga sedang bagus."
"Aku akan mengampuni kalian semua."
Ujarnya dengan tatapan dingin."Tapi jika aku mendengar satu saja ada bisikan omong kosong mengenai putriku lagi."
"Aku akan membiarkan kalian menikmati hal yang paling menyakitkan."
Ancamnya lagi sebelum beranjak pergi memasuki ruangan.Sementara itu di tempat lain.
Terlihat Niwa bersama ketiga saudara lelakinya sudah berhenti di suatu tempat seperti lahan pekarangan.
Niwa kembali memandangi sekelilingnya, tanaman dan rumput hijau, serta pohon-pohon rindang yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Di kehidupan ini maupun di kehidupan sebelumnya.Niwa kembali memuji keindahan pemandangan yang ada dihadapan matanya.
Tidak lagi peduli dengan bagaimana ekspresinya akan terlihat di mata ketiga saudara lelakinya.
Niwa mengagumi tempat yang ia pijak ini, semua ketidakbiasaan ini merupakan hal yang sangat baru dan begitu menarik bagi seorang Niwa.
Seolah kembali menjadi anak kecil lagi.
Niwa tersenyum lebar selama menikmati panorama yang tengah dilihatnya."Apa Kak Niwa suka tempat ini?"
Tanya Runako menyadarkan Niwa dari lamunan keterkagumannya."Iya~ tempat ini benar-benar menakjubkan."
Jawabnya dengan senyum dan wajah yang ceria."Mau Kakak perlihatkan tempat yang lebih menakjubkan lagi?"
Tawar Ravin kali ini yang sudah kembali mengulurkan tangannya kepada Niwa.Senyumnya yang mempesonakan mata awam Niwa, membuat gadis itu tidak mampu menolaknya.
Penasaran dengan apa yang akan dipersembahkan oleh sang kakak.
Niwa mengiyakan ajakan itu.
Tentu saja Ravan dan Runako turut ikut bersama mereka.Teng Teng Teng
Bunyi suara jam di menara akademi yang menunjukkan pukul dua belas siang.
Niwa mengarahkan pandangannya ke langit.Dirinya baru saja menyadari akan adanya suatu keanehan yaitu bahwa meskipun tidak pernah turun hujan maupun salju.
Selama dirinya tinggal untuk menjalani kehidupannya sebagai putri tunggal Archduke Zhenova.
Niwa tidak pernah melihat mentari di pagi hari dan bahkan ketika sudah tengah hari.
Langit terlihat begitu putih, dengan kepulan awan tebal membuat langit tampak selalu mendung sehingga membuat udara menjadi dingin dan sejuk.
Tak terlihat sama sekali atmosphere berwana biru yang seharusnya ada dibalik kumpulan awan tersebut.Seolah-olah kepulan awan putih keabu-abuan itulah sang langit yang menyelimuti bumi.
Ketika tengah berjalan santai di koridor akademi beserta ketiga saudara lelakinya, Niwa kembali dikejutkan dengan kemunculan sosok asing di sekitarnya.Mereka semua memakai seragam yang senada.
Apakah mereka murid di akademi ini?
Batinnya yang menatap ke arah para murid dengan intense.Niwa terkesima.
Ia teringat akan kisah ayahnya di masa lalu ketika masih menjalani pendidikan di akademi ini.
Akademi yang mana mempersilahkan ras apapun dan klan manapun untuk mendapat pendidikan yang layak dan setara tanpa ada diskriminasi posisi maupun rangking sosial.Niwa melihat ras vampire, dengan ciri khas mereka yang bertubuh ramping dengan kulit seputih salju dan telinga yang sedikit meruncing.
Lalu ras beastkin yang kini tengah berada dalam wujud manusia, dengan ciri khas warna kulit yang lebih gelap, dengan mata yang mengkilap seperti kaca, serta posture tubuh yang lebih kekar.
Ada pula ras manusia yang penampilannya tidak banyak berbeda dengan Niwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was Doted On and Loved by My Villains
VampireNiwa adalah namaku dan sosok yang selalu kulihat di setiap pantulan cermin, kaca maupun air adalah benar diriku sendiri walaupun aku terlihat lebih muda belasan tahun dari usia asliku, tapi aku tidak pernah salah mengenali wajah dan tubuh itu dari s...