Part 13. Me a Villain?

12 2 0
                                    

Niwa's POV

Wait ... wait ...waittttttttttt!!!!
Ini kenapa alurnya jadi ke Niwa itu seorang villain, sih???
Batinku mengeluh lagi.

Fine, aku pengen tau se-mainstreme apa kesamaan plot nasibnya Niwa dengan cerita-cerita di webtoon yang sering kubaca.
"Hehe cuma menebak saja, kok."
Kataku dengan senyum garing.

"Coba ceritakan, sejauh mana tebakanku benar soal berantakannya hubungan Niwa dan si Yuvaraj itu."
Tanyaku bertopang dagu dengan senyum manis masih terpamer jelas di bibirku.

"Apa Kak Niwa tidak merasakan apapun?"
Tanya Runako dengan wajah cemas.

Aku?
Merasa apa?
Sakit hati, kah, maksudnya?
Hmmm~
Well, karena aku bukan Niwa yang asli, of course aku nggak akan merasakan apapun.

Dan anehnya, aku pikir perasaan Niwa masih tertinggal walau sedikit di dalam diriku.
Tapi, entah kenapa yang kurasakan malah kekesalan.
Sama kesalnya ketika aku membaca cerita semirip ini di webtoon kesayanganku.

Tau, kan, perasaan pengen nyakar muka si pangeran yang udah kurang ajar sama si "Villain" yang padahal aslinya gak salah apa-apa.

"Tidak sama sekali."
Jawabku dengan entengnya.

Tapi, jawabanku rupanya tak mampu membuat si kembar dan Runako mengubah ekspresi wajah mereka yang masih cemas dan murung.

Meskipun respon mereka tersebut membuatku sedikit tertegun, aku masih tetap menyunggingkan senyum manis pada mereka.

Paham, sih, kenapa mereka berekspresi seperti  itu.
Bayangkan saja, adik tersayangmu, yang mana ente juga dasarnya siscon,
Pertunangannya dibatalin sepihak sama si cowok perkara ada pelakor.

Apa gak gergetan pengen nampol itu wajah ganteng si pangeran pake batu bata.
Apa juga gak pengen mewek ngeliat nasib adhe' mereka kayak Niwa.

"Boleh-kah Niwa mendengarkan cerita masa lalu Niwa dengan Pangeran Qaranlik?"
Tanyaku lagi pada mereka.
"Kalian tidak perlu cemas."
"Entah kenapa meskipun kalian menceritakannya padaku, bohong atau benarnya pun aku tidak akan tau dan mungkin aku tidak akan mengingat apapun."
"Meskipun aku mendengarkan segalanya."
Jelasku yang sudah mengalihkan pandanganku kini ke tempat lain.

"Karena itu-lah, kalian tidak perlu mencemaskanku,"
"Aku bisa menjamin kepada kalian bahwa aku tidak akan merasa apapun,"
"Baik sedih maupun terluka."
"Karena aku benar-benar tidak bisa mengingat apapun."

Dengan senyum kecut, kembali kugunakan panggilan "Aku" bukan "Niwa" dalam memanggil diri sendiri.
Karena "ini" adalah perasaanku,
hal yang kurasakan.

Apapun yang kukatakan saat ini adalah hal yang berasal dari lubuk hatiku sendiri.
Tanpa berniat untuk menyamarkannya menjadi milik "Niwa"

"Kumohon?"
Kataku dengan nada tanya dan senyum mengiba pada mereka.

Sementara itu di tempat lain

Third Person's POV

Di balkon sebelah tempat Niwa dan para saudaranya berada.
Pangeran Qaranlik masih terlihat berdiri mematung dengan wajah terkejut.
Meski ketika Niwa sudah dituntun masuk oleh ketiga saudaranya.

"Tidak mungkin ..."
Gumamnya yang sudah menutupi bibirnya sendiri dengan kedua alisnya yang bertaut.

Kedua bola matanya masih terpaku pada tempat dimana Niwa sudah menghilang dari jangkauan pengelihatannya.
Pangeran Qaranlik tiba-tiba teringat kembali akan ucapan Niwa kepada ketiga saudaranya.

I Was Doted On and Loved by My VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang