Third person's POV
Beberapa hari setelahnya,
Prototype dari project niwa pun akhirnya selesai.
Setelah berkonsultasi dengan ahli dagang dan beberapa orang dibidangnya.
mereka sepakat akan menjual beberapa barang dengan judul 'limited edition' untuk menarik minat masyarakat.
Tidak hanya untuk para noble atau menengah ke atas,Niwa bahkan menargetkan masyarakat dari kalangan menengah kebawah untuk dapat membelinya dengan kualitas yang sepadan dengan harganya.
Untuk masalah menarik minat para komoner, niwa meminta bantuan sang ayah yang juga memiliki koneksi dengan para komoner di wilayahnya.Tak lupa juga Niwa mempromosikan produknya untuk dipasarkan oleh si kakek di wilayahnya.
Sehari sebelum Niwa kembali ke akademi, kepopuleran Niwa dengan barang temuannya benar-benar sangat mengguncang Elankai.Inovasi hebat yang bahkan diluar ekspektasi dan meskipun tidak secanggih teknologi Eniyan.seorang gadis 12 tahun mampu mengembangkan alat sehebat itu.
Gosip mengenai bagaimana batu komunikasi kini memiliki fitur yang dapat menangkap dan memperlihatkan visual penggunanya dan area disekelilingnya mulai menyebar kebeberapa wilayah, khususnya wilayah klan Hirava hingga ke telinga keluarga kerajaan.
Selain batu komunikasi yang sudah di upgrade, ada pula beberapa barang advance yang dikembangkan atau bahkan diciptakan oleh niwa dengan bantuan para insinyur dan pengerajin yang terbaik dan berpengalaman dibidangnya.
Dikediaman Niwa.
Terlihat dirinya dengan senyum senang mengayun-ayunkan kedua kakinya di permukaan air danau dekat taman tempat dirinya menghabiskan waktu untuk bermain bersama ketiga saudaranya.
Terdengar bunyi Denishi (Batu komunikasi) dari saku dressnya.
Niwa lumayan tersentak ketika melihat wajah Rekhan sudah mejeng di depannya.
Meskipun Niwa tau bahwa itu hanya sekedar proyeksi, tetap saja wajah setampan itu membuat kedua pipinya memerah.
"Selamat siang, Niwa."sapa Rekhan yang membuat jantung niwa berdegup kencang.
"Selamat siang juga, Rekhan."balas Niwa dengan senyum tersipu. berusaha menekan perasaan gugupnya.
"Selamat ya, sebenarnya aku ingin mengucapkan ini langsung saat nanti kamu kembali ke akademi.""Tapi, karena sudah kangen, aku jadi tidak sabar ingin melihatmu menggunakan Denishi."Ucap pemuda itu yang tanpa ampun mengeluarkan jurus rayunya.
Niwa hanya bisa terpaku dengan kedua pipinya yang sudah menghangat."Ngomong-ngomong ... ucapan selamat untuk apa?"tanya Niwa mengalihkan pembicaraan.
"Selamat karena kamu sudah sangat amat populer dengan barang-barang penemuanmu.""Entah hal ini sudah disampaikan oleh kedua kakakmu atau belum."
"Tapi banyak orang yang secara positif berkomentar tentangmu dan bagaimana hebatnya dirimu."Ujar Rekhan panjang lebar yang membuat niwa tersenyum senang.
"Benarkah?""Syukurlah ... u-ung para kakak belum mengatakan apa-apa pada Niwa, terima kasih sudah memberitahu niwa."Katanya menggeleng dengan senyum ceria.
Rekhan tau bahwa niwa berbohong, dan kemungkinan niwa sendiri juga tidak tau bahwa rekhan sudah mengetahuinya.Perihal bagaimana si kembar sudah melaporkan segalanya pada sang adik mengenai respon orang-orang di akademi.
Menampik kenyataan bahwa Niwa sudah berbohong padanya mengenai hal itu, Rekhan benar-benar merasa bahagia bahwa Niwa melakukan itu demi dirinya.
"Tinggal beberapa hari lagi dan kamu akan kembali ke akademi.""Aku benar-benar tidak sabar menyambutmu kembali."Ucap pemuda tampan itu lagi pada Niwa.
"Benar, waktu berlalu dengan cepat, sampai-sampai tidak terasa sudah waktunya saya kembali lagi ke akademi."Jawab niwa berusaha menenangkan diri.
"Ngomong-ngomong taukah kamu bahwa para pengikut pangeran Qaranlik dan gadis itu sedang merasa kebingungan?"kata rekhan lagi membuat niwa bertanya-tanya.
"Apa yang terjadi?"tanya niwa.
"Hahaha mereka bingung apakah mereka harus mengikuti trend yang ditemukan oleh anak yang pernah mereka bully.""Terutama pangeran dan gadis itu."jelas Rekhan yang semakin membuat wajah niwa memerah saat bagaimana suara tawa pemuda itu menggelitik telinganya.
Sebenarnya, si kembar dan kedua sahabat Niwa juga sudah menceritakan hal-hal semacam itu pada Niwa. Karenanya Niwa semakin tidak sabar untuk kembali ke akademi dan menjalankan rencananya.
"Ngomong-ngomong Rekhan tidak bersama para kakak?"tanya Niwa lumayan keheranan, karena bahkan sahabat niwa, pun mengatakan bahwa mereka dijuluki triplet hanya karena selalu terlihat bersama.
"Apakah anda tidak suka mengobrol berdua saja dengan saya?"tanya Rekhan yang terlihat menyunggingkan senyum sedih.
yang mana tentu saja membuat Niwa langsung tersipu panik."Tentu saja bukan begitu maksud Saya.""Sa-saya ... tentu saja saya sangat senang mengobrol dengan rekhan seperti ini."
Tuturnya dengan gugup sampai-sampai menggunakan panggilan orang pertama, karena mungkin tanpa sengaja, sebenarnya itulah yang tengah dirasakan oleh niwa sendiri.
Rekhan terkekeh lembut yang mana membuat Niwa sedikit cemberut,Keduanya pun mengobrol santai cukup lama sampai kemudian Niwa merasakan adanya seseorang yang datang mendekat.
Dengan cepat, Niwa meminta maaf pada Rekhan sebelum mematikan komunikasi mereka berdua.
"Ayahanda??"
Panggil niwa pada sosok dibalik salah satu pohon yang berjarak 100 meter darinya itu.
"Kamu tau darimana kalau ini ayah?"Tanya Zhenova yang sudah berlutut dihadapan Niwa.
Niwa yang sudah terbiasa dengan ability para pure blood yang dapat bergerak dengan cepat dalam hitungan detik itu, hanya bisa tersenyum pada sang ayah.
"Ayahanda memiliki aroma dan suara langkah kaki yang berbeda dari orang lain."jawab niwa dengan senyum mengembang.
Zhenova tertegun sejenak sebelum membelai lembut kepala niwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was Doted On and Loved by My Villains
VampirosNiwa adalah namaku dan sosok yang selalu kulihat di setiap pantulan cermin, kaca maupun air adalah benar diriku sendiri walaupun aku terlihat lebih muda belasan tahun dari usia asliku, tapi aku tidak pernah salah mengenali wajah dan tubuh itu dari s...