"Aku merindukanmu, walau aku melihatmu setiap hari"
––––––––
Vano itu kakak sepupu sekaligus tunangannya Ruhi.
Dengan adanya kejelasan tersebut, keduanya menjadi lebih dekat.
Seperti sekarang.
"Vano minggir dulu, Ruhi pegel"
"Gamau!!"
Ruhi cemberut kesal.
Tapi, Vano tidak menyadarinya.
Ia sibuk dengan kegiatannya yang tengah hirup-hirup manja leher Ruhi.
Mengapa wangi gadisnya ini sangat candu?
"Vano, nurut" Ruhi berusaha sabar.
Vano menggeleng ribut.
"Yaudah kalo nggak nurut, Ruhi nggak mau ngomong sama kamu lagi!"
Mata Vano berkaca-kaca.
Ruhi bilang tidak mau lagi bicara padanya.
Ruhi juga tidak memanggilnya dengan nama.
Berarti Ruhi tidak sayang lagi padanya.
Tidak.
Vano tidak suka ini.
Bagaimana jika Ruhi pergi meninggalkannya?
Bagaimana jika Ruhi mencari tunangan lain?
Bagaimana jika Ruhi nantinya membangun rumah tangga dengan orang selain dirinya?
Demi Tuhan, Vano tidak akan pernah sanggup menghadapi itu.
"Sayang, maaf" lirih Vano.
Ruhi tidak merespon, ia menatap ke arah lain.
Air mata meleleh, seketika membasahi kedua pipi Vano.
Suara isak tangis terdengar.
Membuat Ruhi kalang kabut.
Apalagi, ketika menyadari bahwa Vano yang menangis sembari menenggelamkan kepalanya pada bantal di ranjang pasiennya.
Ruhi mengelus lembut puncak kepala Vano, berusaha menenangkan.
"Hey, kenapa?"
Vano mendongak menatap kekasihnya.
"R––ruhi diemin Vano. Vano takut, sedih banget juga. Rasanya kaya dada Vano ditusuk pake celurit yang biasa dibawa tukang begal"
Vano berkata lirih sambil sesegukan.
"M––mau peluk" lanjutnya.
"Oke, tapi udahan dulu dong nangisnya" bujuk Ruhi.
Vano mengangguk lucu sambil mengusap kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUHIA WITHOUT A
RandomApa jadinya jika jiwa seorang gadis muda nan ceria masuk ke dalam tubuh gadis lain yang sudah memiliki tunangan? 22/10/2021