07

7.8K 788 55
                                    

"Aku benci, kamu benci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku benci, kamu benci. Aku tertarik, kamu tak peduli. Aku mendekat, kamu diam. Aku suka, kamu biasa saja. Aku cinta, kamu tidak. Aku sakit, kamu tak acuh. Aku mengejar, kamu menjauh. Aku lelah, kamu hanya melihat. Aku berhenti, kamu melirik. Aku berbalik, kamu memanggil. Aku pergi, apa kamu menyesal?"

•••

"Lo ga terima?!"

Vano memberikan smirk-nya yang paling menyeramkan.

Pemuda itu membanting lampu hias di atas nakas.

"LO NOLAK GUE SAMA AJA LO NGEHINA GUE ANJING!!" histerisnya sampai urat-urat di sekitar lehernya timbul.

Vano menarik rambut Ruhi, menyeretnya hingga terduduk di lantai kamar mandi.

Ia menghidupkan shower air dingin, membasahi seluruh pakaian Ruhi.

Sampai tubuh sang gadis bergetar hebat, menggigil.

Setelah puas akan aksinya, Vano berdiri di ambang pintu, bersiap keluar.

Tapi sebelum itu.

"Sayangnya Vano disini dulu ya" katanya sembari tersenyum manis.

Detik selanjutnya, tatapannya berubah tajam, ia berucap dingin.

"Jangan berharap keluar, sebelum lo terima ajakan nikah gue"

Brak!

Pintu tertutup dan dikunci dari luar.

Tidak sampai lima menit.

Ruhi pingsan karena tidak tahan dengan keadaannya.

Tamat.

Itu khayalan Ruhi tentang apa yang akan sang tunangan lakukan apabila ia menolak ajakannya untuk menikah.

Namun, ekspetasi tak sesuai realita.

Karena kenyataanya.

"Aaaaaa sayang..."

"Apa sih, Van?"

"Ayo nikah" lirihnya pelan.

Vano merengek pada Ruhi, sembari memeluk pinggang gadis itu dari belakang.

"Vano, Ruhi masih sekolah loh"

"Tapi—"

"Emang kenapa sih Vano mendadak ajak Ruhi nikah gini?"

Bukannya menjawab, pemuda tampan itu malah menjatuhkan kepalanya pada bahu sempit Ruhi.

"Vano?" panggil gadisnya.

"Takut..." gumamnya pelan.

Pemuda itu diam-diam mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Ruhi.

"Takut kenapa hm?" Ruhi bertanya sembari mengelus puncak kepala Vano.

"Takut Ruhi diambil Sigit"

Sigit? siapa lagi itu? batin Ruhi, berpikir keras.

Vano mengangkat kepalanya, menatap teduh sang tunangan.

"K—kata Jake, Sigit mau ambil Ruhi dari Vano, buktinya aja dia modus anterin Ruhi ke ruang kepala sekolah tadi pagi"

Ah, si ketua osis.

"Saga maksudnya? ya ampun" Ruhi tertawa pelan.

Jauh sekali salahnya.

"Y—ya pokoknya itu namanya! bener 'kan? Ruhi nanti diambil sama dia, makanya Vano harus cepet-cepet halalin!"

Ruhi tepuk jidat, tidak habis pikir.

"Aduh, Vano. Saga itu pure cuma mau bantuin Ruhi, Vano nih mau aja dibohongin sama om Jake"

Vano termenung sejenak.

Matanya berkedip pelan.

"Jadi, salah?"

"Nggak usah ditanya lagi, jelas salah"

Ruhi berkata dengan nada selembut mungkin.

Namun tetap saja.

Manik Vano berkaca-kaca.

Sebelum isak tangis terdengar, Ruhi sudah mengambil ancang-ancang.

Ia memeluk tubuh pemuda itu, kemudian membaringkannya ke tempat tidur.

"Dah, gapapa lupain yok, bobo aja"

Ruhi masuk ke alam mimpi.

Tapi, tidak dengan Vano.

Ia memandang wajah cantik sang tunangan beberapa saat.

Kemudian, mendusel ria di dada empuknya.

Rezeki ini namanya. Btw, awas lo Jake! batin Vano tersenyum sinis, sebelum ia terlelap.

•••

"Kok gue tiba-tiba merinding ya?" gumam Jake pelan.

"Anda mengatakan sesuatu, pak?"

"Hah? oh enggak, lanjutkan. Saya permisi sebentar"

Jake keluar dari ruang rapat menuju ruang istirahat.

Mengambil sebotol air dan meneguknya hingga tandas.

Firasat buruk gue nggak mungkin bener 'kan? batin Jake.

Jake berdecak.

Ia berjalan cepat menuju meja di ujung ruangan.

"Kamu mau kencan sama saya sepulang kerja?"

Tasya, si anak magang baru di kantor itu tersenyum malu-malu.

"Dengan senang hati pak"

Fuck!

"Tapi, saya jelek!"

"Saya terima bapak apa adanya kok"

Damn it!

Jika Jake tiba-tiba lancar dalam asmara seperti ini.

Berarti, 100% benar.

Hal buruk akan segera terjadi.

Ya Allah, lindungi hambamu yang tampan nan rupawan ini batin Jake, berdoa.

•••

Terima kasih sudah membaca, vote dan komen!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih sudah membaca, vote dan komen!!

Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk para pembaca!!

Sampai jumpa di next part of Ruhi Without A.

Mari menunggu dengan sabar.

Salam, Jeffrandi

Senin, 14 maret 2022

RUHIA WITHOUT ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang