"Diam adalah suatu penghargaan"
––––––––
"Mau makan apa?" tanya Mira, teman baru Ruhi.
"Bakso sama es teh!" Ruhi berkata dengan antusias.
"Oke, tunggu bentar gue pesen dulu. Ruhi jangan kemana-mana!"
"Siap, kapten!"
Mira tertawa pelan sambil mengusap rambut Ruhi.
Sebelum akhirnya ia meninggalkan lokasi dan hilang ditelan kerumunan.
Lima menit berlalu.
Ruhi mengamati keseluruhan kantin dalam diam.
Sampai terdengar suara dari arah belakangnya.
"Hai"
Ruhi berbalik.
"Saga!"
Pemuda itu mengambil tempat duduk di hadapan Ruhi.
"Sendirian?"
"Sama temen dong"
Ruhi berkata dengan bangganya.
Iya, bangga.
Karena sudah dapat teman di hari pertama ia sekolah.
Minta disanjung sekali sepertinya gadis satu ini.
"Mana?"
"Apanya?"
"Temen lo"
"Lagi pesen makanan"
Saga mengangguk singkat.
Pemuda pemilik warna mata coklat gelap itu menyodorkan ponselnya kepada Ruhi.
"Kenapa?" tanya Ruhi.
"Minta nomor"
Ruhi sedikit kaget.
Ia menunjuk dirinya sendiri.
Seakan bertanya 'nomor gue?' dalam bahasa halus Ruhi.
Mendapat isyarat 'iya' dari sang empu, lantas Ruhi mengetikan nomor ponselnya.
Saga menatap ekspresi serius Ruhi, yang sialnya sangat menggemaskan dimatanya.
Pemuda itu mengigit bibir bawahnya.
Menahan senyum yang entah kenapa sangat ingin terlukis di wajah tampannya.
Saat hendak menatap gadis cantik itu lebih lama, Ruhi mendadak mengangkat kepalanya.
Spontan pemuda itu mengalihkan tatapannya.
Damn, ia salah tingkah.
"Selesai" Ruhi tersenyum sampai matanya menyipit.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUHIA WITHOUT A
RandomApa jadinya jika jiwa seorang gadis muda nan ceria masuk ke dalam tubuh gadis lain yang sudah memiliki tunangan? 22/10/2021