Chapter 3

5.8K 415 2
                                    

Setelah dari perpustakaan, Amora tampak diam dan selalu melamun, makanan yang tadi dibelikan pun sama sekali tak disentuh oleh gadis itu.

Morin yang melihatnya pun sampai bingung, apa mungkin Amora kemasukan hantu perpustakaan?

"Ra, lo gapapa kan?" Tanya Morin sambil menepuk bahu Amora

"Gapapa."

Oke, 'Gapapa' untuk yang kesekian kalinya. Mungkin Amora belum ingin bercerita, mengingat mereka baru kenal pun Morin jadi memaklumi.

***

"Amora, Woy!"

Amora tersentak saat mendengar teriakan itu, setelahnya ia berdecak kesal.

"Apaan sih kak Dave!" Ujar Amora kesal

"Bengong mulu idup lo! Mikirin apaan sih?" Tanya Dave

"Ngga," jawab Amora

"Serah lu deh," ucap Dave sambil memakai helm full face nya

"Nih pake." Lanjutnya sambil menyerahkan helm pada Amora

Setelah memakai helm dan menaiki motor ninja merah milik Dave, mereka pun pergi meninggalkan area sekolah.

Selama diperjalanan, mereka tak banyak berbicara, karena Amora sering sekali berkata 'Hah?' jika ia tak mendengar ucapan dari Dave.

"Mau makan dulu gak, Ra?!" Tanya Dave dengan suara yang keras

"Hah?!" Tanya Amora dengan suara yang tak kalah kerasnya

Dave berdecak dalam helm-nya. "Bodo amat dah," gumamnya

***

8.00 PM

Lagi dan lagi, Matthew mendapatkan telfon dari Inspektur Anthony bahwa pembunuhan kembali terjadi. Itu membuatnya cukup pusing.

Minggu lalu, William membunuh 3 orang. Dan minggu sekarang, berapa orang lagi yang akan pria itu bunuh? Mungkin 5?

Menebaklah sesuka hati.

Matthew berjalan menuju kamar William, ia akan menanyakan hal ini pada anak itu.

Sesampainya dikamar William, ternyata anak itu sedang duduk santai sambil menyesap rokoknya.

"Ada apa?" Tanya William saat melihat Matthew berada di kamarnya

"Siapa yang kau bunuh?" Tanya Matthew tanpa basa basi

"Preman." Jawab William santai

"Bisakah aku meminta kau untuk tidak membunuh orang lagi?"

William terkekeh pelan, setelahnya ia melihat kearah Matthew. "Berhentilah berharap," ucapnya

Matthew berdecak. "Baiklah terserah kau saja, William. Tapi janganlah kau libatkan lagi Elano dalam aksi pembunuhanmu itu." Ancamnya

"Aku tidak melibatkannya, dia sendiri yang menawari bantuan." Ucap William

"Itu karena kau yang menghasut anakku. Dan sialnya lagi Elano terpengaruh olehmu." Ucap Matthew sambil menghela nafas

"Anak angkat lebih tepatnya," ucap William yang membenarkan ucapan Matthew

Ya, Elano adalah anak angkat. Matthew membawanya saat Elano berumur 5 tahun. Usianya hanya setahun lebih muda dari William, dan Elano juga berteman baik dengan si psikopat itu.

Matthew menyesali hal itu, seharusnya dulu ia tidak mempertemukan mereka berdua. Jika saja anaknya itu tidak bertemu dengan William, mungkin Elano tidak akan pernah terlibat dalam kegiatan sesat keponakannya itu.

WILLIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang