Jam istirahat tiba, William langsung keluar dari kelasnya untuk menuju kelas Amora.
Disisi lain, Amora sedang membujuk Morin supaya gadis itu mau ikut kekantin bersamanya. Ia tidak mau jika harus berdua saja dengan William.
"Ogah ah, gue takut ege! Ditambah lagi gue bakalan ganggu." Tolak Morin
"Ih Rin plis, lo tega banget sih sama gue. Lagian juga lo gak bakalan ganggu kok," Ucap Amora merengek
"Menurut lo gue gak bakalan ganggu, tapi menurut kak William?" Tanya Morin pada Amora
Amora terdiam. Omongan Morin ada benarnya juga. Tapi ia tidak mau jika harus makan berdua saja dengan William, mau mengobrol apa nanti dirinya dengan si jahanam itu.
Pasti garing.
"Amora ada kak William tuh didepan!"
"Njirr gimana nih?" Panik Amora sambil menggoyang goyangkan lengan Morin
"Gimana apanya? Orang tinggal samperin doang apa susahnya coba."
Semudah itu Morin bicara, dia tidak tau saja jika Amora sedang gugup saat ini. Ia tidak mau bersama William, ditambah lagi dirinya juga belum siap menerima nyinyiran satu kantin tentang mereka berdua.
"Ra cepetan! Kak William udah nungguin tuh!" Ucap Morin yang berusaha membuat Amora semakin ketar ketir
Teman gak ada akhlak.
***
"Masih gak percaya gue kalo kak William udah taken."
"Lebih gak percaya lagi pacarnya itu adkel."
"Kok bisa sih kak William mau?"
"Dipelet kali."
"Atau mungkin dia udah ngasih itu ke kak William?"
"Bisa jadi."
"Hahahaha!"
Amora memegang sendok dengan erat, ia sakit hati mendengar semua hinaan itu.
Menjadi pacar William bukan berarti dirinya hina bukan? Lagipula bukan dirinya yang suka rela memberikan mahkotanya pada William agar pria itu mau memacarinya.
Jelas jelas William lah yang menjadikannya sebagai kekasih.
BRAK
Amora terkejut saat tiba tiba William menggebrak meja dengan sangat keras. Lelaki itu berjalan menuju tempat orang yang membicarakan Amora.
"Maksud lo apa hah?!" Ucap William sambil mencekik leher gadis itu
"Aww, s-sakit kak," gadis itu berusaha melepaskan tangan William dari lehernya
Semua orang terkejut melihat tindakan William, termasuk Amora sekalipun. Amora langsung berlari dan berusaha menyingkirkan tangan William dari leher gadis itu.
"Kak, udah kak!" Ucap Amora
William melepaskan tangannya dari leher gadis itu, setelahnya ia langsung menarik tangan Amora untuk keluar dari area kantin.
Morin melihat itu semua, ia bergidik ngeri melihat William yang seperti itu, ditambah lagi wajah yang memerah. Ia tak menyangka William akan seganas itu.
William tak memandang gender dari orang yang telah ia lukai, sekalipun itu adalah perempuan.
***
Setelah mengantarkan Amora kekelas, William pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Amora takut melihat William yang seperti itu.
Amora berjalan menuju mejanya, ia menangkup wajahnya. Sepertinya William tidak akan mau diganggu untuk saat ini, padahal dirinya ingin sekali bicara pada William untuk tidak melakukan sesuatu yang fatal.
Melihat bagaimana cara William memacarinya dengan nekat waktu itu, tidak menutup kemungkinan bukan kalau lelaki juga akan nekat juga melakukan sesuatu?
Disisi lain, William sedang berada di rooftop, hanya untuk sekedar menenangkan pikirannya. Ia membuka layar ponselnya, lalu mencari nomor kontak yang akan dihubungi.
"Elano, siap siap malam ini kita keluar."
***
Part ini dikit gais, otakku lagi mode seret 😣
Aku usahain part selanjutnya lumayan banyak ya 😁
Makasih yang udah baca 🤗
15 - 11 - 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
WILLIAM
General Fiction"Only two choices, be mine or die." ©its_liaarn Start : 17 Oktober 2021 End : - #2 in Amora (13-01-2022)