Arasya menutup wajahnya dengan buku pelajaran. Mencoba untuk menenangkan pikirannya dan larut dalam tidurnya.
Banggggg!
Buku yang ada di wajah Arasya seketika terjatuh, kesadarannya kembali. Dia menatap sekeliling dan mengutuk siapapun yang mengganggu ketenangannya.
Didepan kelasnya seorang siswa berdiri dengan wajah kesalnya, setelah menendang meja ia menatap semua orang.
"Siapa yang namanya Ara disini?"
Semua orang menatap ke meja paling tengah, terdapat seorang siswi dengan tatapan dinginnya. Yah dia adalah Ara.
Siswa itu pun mendekat dan berdiri di samping meja Ara. Tangan kanannya dengan sedikit keras meletakkannya di meja.
5 menit berlalu ia menatap Ara, tatapannya tiba-tiba berubah kagum.
"Lo benar-benar cantik dari apa yang orang lain katakan," puji Beni, anak pindahan seminggu yang lalu, siswa kelas XII IIS4.
Semua orang yang ada di dalam kelas itu, membuka mulutnya seketika. Diluar dari dugaan, mereka mengira Beni akan memarahi Ara. Sungguh kenyataan sangat berbeda dengan ekspektasi!
"Lo mau nggak jadi pacar gue? Lo bakalan beruntung kalau lo jadi pacar gue," ucap Beni
Ara menatap Beni jengah, perlahan ia membungkuk ingin mengambil kembali bukunya yang jatuh. Namun, Beni dengan sigap mengambil buku itu.
"Gue bakalan kasi lo buku ini asalkan lo mau jadi pacar gue."
'Berani banget dia'
'Mampus dia kali ini!'
Ara tidak mempedulikan Beni, bahkan bisikan-bisikan yang terdengar hanyalah angin lalu baginya. Ia melangkah untuk keluar dari kelasnya, namun tangannya dicekal oleh Beni.
Ara menoleh dan menatap Beni tajam. Semua orang diam, bahkan Beni tersenyum kikuk dan melepaskan cekalan tangannya. Tatapan mematikan Ara yang bisa membuat orang lain mematung ditempatnya dan tatapannya itulah yang selama ini tidak ada yang berani mendekati Ara.
Ara keluar dari kelasnya, bukan hanya satu dua kali dia mendapatkan kejadian seperti ini, jika dihitung sudah ratusan kali sejak dia kelas X.
Dia merogoh ponselnya sambil terus melangkah menuju rooftop. Ia menghidupkan musik di ponselnya tak lupa ia memakai headset. Sampai di rooftop ia duduk dikursi panjang dan perlahan membaringkan tubuhnya.
Tidak ada yang istemawa baginya, hidupnya terlalu monoton dan berharap tidak ada yang akan mengganggu hidupnya. Namun, hidupnya yang monoton pun banyak yang mengganggunya. Dia ingin hidup tenang tanpa gangguan orang lain.
Semuanya sama saja, diawal orang-orang akan menunjukkan kebaikannya dan pada akhirnya mereka menunjukkan kepura-puraannya. Dan itu membuat Ara jengah, dia tidak akan menjadi baik karena orang lain akan memanfaatkannya, dia tidak akan menjadi polos karena orang lain akan menhujatnya, dia tidak akan menjadi bodoh karena orang lain akan membodohinya. Dia adalah Ara yang sekarang dengan tatapan dinginnya, cueknya, dan kepintarannya.
Ara cukup puas karena sekarang dia menjadi pengendali bukan dia yang dikendalikan. Meskipun Ara juga sangat merindukan perhatian, kepedulian dan kasih sayang orang lain tapi Ara tidak akan mau merasakan sesuatu yang pada akhirnya hanyalah kepura-puraan.
Bunyi lonceng terdengar nyaring di telinga Ara. Perlahan dia duduk menatap lurus kedepan. Jam pulang sudah tiba, namun ia tetap duduk di kursi itu.
15 menit berlalu dia kemudian kembali ke kelasnya, suasana dalam kelas sudah tak seramai tadi bahkan bisa dikatakan kelasnya sudah sunyi tanpa kehadiran orang lain selain dirinya. Dia pun mengambil tasnya dan melangkah menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl
Teen Fiction~Keadaan yang menyakiti kita dan keadaan itu sendiri yang mendewasakan kita~ Arasya Nandini M. . . Cukup kata bijak Arasya deskripsi ceritanya, biar lebih penasaran jalan cerita 'MYSTERIOUS GIRL' seperti apa😂 Kalau mau mampir, silahkan... Tapi...