Reza berlari ke ruang BK, setelah mendengar bisik-bisik yang mengatakan Ara di panggil ke ruang BK. Ia berlari dengan cepat, takut jika Ara ada apa-apa.
Namun, di tengah perjalanannya ia tiba-tiba berhenti tak kala melihat seorang gadis yang keluar dari ruang BK. Raut wajahnya jelas terlihat khawatir, ia pun mendekati Ara meski nafasnya belum teratur.
"Ara" ucap Reza saat ia sudah di depan Ara.
Ara diam memperhatikan Reza yang tiba-tiba menghalangi jalannya. Tatapannya dingin dan menusuk seperti biasanya.
Reza masih meneliti wajah Ara, mencoba mencari raut kesedihan yang akan Ara pancarkan. Ia akan dengan siap menjadi penenang jika sewaktu-waktu Ara menangis. Namun nihil, tatapan Ara hanya memancarkan tatapan dingin.
Raut khawatir berubah menjadi tatapan bingung. Bingung karena Ara terlihat biasa saja setelah keluar dari ruangan yang ditakutkan oleh kebanyakan siswa itu.
"Gue khawatir sama lo saat mendengar lo masuk ke ruang BK. Lo nggak papa kan?" tanya Reza
Ara mengangkat bahunya acuh kemudian mendorong sedikit bahu Reza agar ia bisa kembali melanjutkan jalannya.
Reza tak tinggal diam, ia menarik pergelangan tangan Ara ikut dengannya. Ia sungguh sangat khawatir meskipun Ara terlihat biasa saja. Siapa tau kan Ara hanya ingin menyembunyikan kesedihannya?
Sampai ke lorong yang sedikit sunyi, Reza melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Ara.
"Kalau lo sedih nggak usah disembunyiin" ucap Reza langsung memeluk Ara.
"Kalau ada apa-apa ngomong sama gue, jangan memendam nya sendiri" ucap Reza tanpa melepas pelukannya, ia mengelus kepala Ara pelan.
Setelah beberapa menit mereka berpelukan, Reza melepas pelukannya. Memegang kedua bahu Ara, menatap lekat kedua mata Ara.
"Kenapa lo di panggil ke ruang BK? Lo melakukan kesalahan apa?" Ara membalas tatapan Reza, namun tatapannya tetap dingin.
"Nggak ada" ucap Ara menepis tangan Reza di bahunya.
Reza kembali memegang kedua bahu Ara, bahkan lebih erat dari sebelumnya.
"Ngomong sama gue, Ra. Kenapa lo dipanggil ke ruang BK?"
Ara tetap diam, ia membiarkan tangan Reza tetap berada di bahunya.
Melihat respon Ara, Reza menghela nafas. Ia perlahan menurunkan tangannya dari bahu Ara kemudian kembali menarik pergelangan tangan Ara.
"Gue antar lo ke kelas lo"
Saat beberapa langkah, Reza menghentikan langkahnya kemudian kembali berdiri tepat di depan Ara.
"Apa karena masalah kemarin?" ucap Reza berusaha menebak, dan ia sangat yakin akan tebakannya.
"Hmm"
Tatapan Reza kembali khawatir, kelakuan Ara kemarin bisa dibilang keterlaluan. Ia khawatir hukuman yang diberikan oleh Bu Ratna sangat berat kepada gadis di depannya.
"Lo nggak di keluarkan kan dari sekolah?' tanya Reza khawatir.
"Nggak"
Terdengar hembusan nafas lega dari Reza.
"Syukurlah" ucap Reza mengelus dadanya.
"Lalu hukuman apa?"
"Seperti biasa"
Reza menautkan alisnya bingung, ia tak mengerti maksud Ara seperti biasa. Hukuman apa yang seperti biasanya?
"Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl
Teen Fiction~Keadaan yang menyakiti kita dan keadaan itu sendiri yang mendewasakan kita~ Arasya Nandini M. . . Cukup kata bijak Arasya deskripsi ceritanya, biar lebih penasaran jalan cerita 'MYSTERIOUS GIRL' seperti apa😂 Kalau mau mampir, silahkan... Tapi...