Part 7

3 2 0
                                    

Jika takdir sudah digariskan, tidak ada waktu untuk mengelak. Mengalir seperti air mengikuti derasnya menimpa bebatuan. Seperti itulah mengikuti alur dimana kehidupannya akan berpijak.

Tidak ada makhluk yang bisa menduga, kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam hidupnya. Bahkan sekalipun tak pernah terpikirkan. Begitulah adanya, seperti puzzle  berantakan yang harus disusun. Dimana takdir itu sendiri menjadi kepingan-kepingan puzzle dan manusia sebagai penyusun puzzle itu dengan baik tanpa adanya posisi puzzle yang tertukar.

Ara, seorang gadis yang malang itu mencoba mengubah takdirnya. Takdir yang dulunya sangat menyakitkan baginya, sehingga ia berniat untuk mengubah takdir itu sendiri. Dan hasilnya? Seperti inilah gadis itu, seperti landak yang tidak ingin seseorang menyentuh dirinya. Jika ada yang berani, maka orang itu akan menanggung sakit dari duri gadis itu.

Tanpa disangka, duri gadis itu perlahan menghilang sejak pertama kali melihat remaja yang berlainan jenis kelamin darinya itu. Pertahanannya tiba-tiba hampir goyah karena lelaki itu. Sesuatu yang perlahan menjalar ke relung hati nya tanpa dirinya minta.

Gadis itu menggeleng sembari meminum coklat susunya di pagi hari yang merupakan buatan seorang lelaki yang perlahan merubahnya.

"Lo kenapa? Tiba-tiba menggeleng" tanya Reza sambil mengunyah roti dengan selai kacang itu.

Yah, Reza pagi-pagi sudah pergi ke apartemen Ara untuk membangunkan gadis itu. Kelakukan yang sudah di hapalnya jika membangunkan gadis itu membutuhkan waktu lama, jadi tak urung dia bangun pagi-pagi, bersiap dan pergi ke apartemen gadis itu.

Namun, hal yang tak diduganya, tanpa harus membangunkan gadis itu. Ternyata gadis itu juga sudah rapi seperti dirinya. Dan berakhir mereka sarapan bersama.

"Hmm" Ara berdehem, menatap Reza lekat. Tatapan dinginnya berubah teduh mendalami mata coklat Reza.

Reza yang ditatap seperti itu tiba-tiba tersedak dengan roti yang dimakannya. Jarang-jarang ia melihat tatapan gadis itu, atau memang baru pertama kali dia melihatnya?

Reza meminum susunya meneguknya sampai habis. Ditatap seperti itu membuatnya grogi sendiri, padahal biasanya biasa saja jika itu bukan Ara.

"Jangan seperti mereka" gumam Ara.

"Hah? Lo ngomong apa?" tanya Reza pura-pura, padahal ia mendengar ucapan Ara meski samar-samar.

Ara menggeleng menghabiskan susunya yang tinggal setengah. Setelah itu, Ara mengambil tas ranselnya di kursi sebelahnya dan melenggang pergi meninggalkan Reza yang masih duduk.

"Jangan seperti mereka?" gumam Reza mengulangi perkataan Ara

"Maksudnya?" keningnya mengerut bingung.

Karena tak menemukan jawabannya, Reza kemudian menyusul Ara.

*****

Kedua cowok berperawakan tinggi berlari mengejar seseorang. Saat sampai ia langsung merangkul pundak cowok yang tidak beda jauh tingginya dari mereka. Satu merangkul disisi kiri dan satu disi kanan. Sedangkan yang dirangkul menghela nafas dan melepaskan tangan kedua cowok itu dari pundaknya.

"Woi, Rez kemana aja lo? Gue sama Yoyo kemarin ke apart lo, gue udah pencet belnya beberapa kali tapi lo nggak keluar-keluar. Kita hampir lumutan tunggu lo. Kita juga telpon lo nggak di angkat-angkat. Bahkan si Yoyo, ingin mendobrak pintu apartemen lo, khawatir lo pingsan di dalam." ucap Candra.

Cowok yang disebut namanya Yoyo itu menghela nafas, padahal namanya sangat berbeda jauh dengan nama itu. Satrio dan Yoyo? Beda jauh tapi ada sedikit kesamaan. Tapi, bagaimanapun itu bukan namanya. Sejak mereka kenal dirinya selalu dipanggil Yoyo dan berakhir semua orang memanggilnya Yoyo. Emang dia mainan Yoyo?

Mysterious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang