Tenggorakannya terasa kering, matanya terbuka dan menoleh ke samping. Ia tersenyum senang saat Ara tidak ada di sampingnya.
Reza segera turun dari kasurnya dan keluar dari kamarnya. kesadarannya masih belum terkumpul sempurna ia berjalan lunglai ke dapur. Setelah minum, Reza kembali ke kamarnya, matanya menyipit saat melihat sesuatu yang tidak jelas di matanya. Reza menutup matanya dan membukanya kembali, ia mengumpulkan kesadarannya dan melihat jelas apa yang di lihatnya.
"Ara?" Reza bertanya entah kepada siapa, kesadarannya sudah kembali sempurna saat melihat Ara tertidur di sofa yang ada di kamarnya.
Reza perlahan mendekat dan melihat wajah Ara yang samar-samar, maklum hanya lampu tidur yang menyala.
Reza memperhatikan Ara, matanya tertuju pada apa yang di pegang gadis itu.
"Celana gue!" ucapnya tertahan segera mengambil celananya pelan-pelan.
"Lo mau apa ambil cel-" ucapannya tidak lagi dilanjutkan saat melihat resleting celananya sudah diperbaiki. Ia menyentuh resleting celananya dan benar-benar sudah diperbaiki. Tatapannya berpindah menatap Ara bingung.
"Lo sebenarnya orang yang seperti apa, Ra?" Ia berjongkok dan mengelus kepala Ara pelan.
"Lo cuek, pendiam, dingin tapi ternyata lo punya sisi lain yang buat gue kagum sama lo," gumamnya masih mengelus kepala Ara.
Reza menggendong Ara ke kasurnya, ia tidak tega Ara tidur di sofa apalagi karena Ara memperbaiki resleting celananya. Reza memperbaiki posisi Ara dan menyelimutinya.
"Terima kasih, Ra," ucapnya tak urung dengan senyuman.
Reza merebahkan tubuhnya di sofa, tempat Ara tidur tadi. Pandangan matanya lurus ke depan mengingat perkara Ara yang memperbaiki resleting celananya. Ia seolah tak percaya, tapi melihat resleting celananya yang sudah diperbaiki menjadi bukti kuat jika memang benar Ara memperbaiki resleting celananya itu.
Reza menoleh, melihat wajah Ara yang sedikit tersorot lampu tidur.
"Cantik," gumam Reza dan perlahan ikut ke dalam mimpi.
*****
Pagi harinya...
Seperti kemarin, Ara masih nyaman di posisinya seakan-akan tidak merasa terganggu saat Reza sedang membangunkannya.
"Bangun, Ra," ucap Reza sedikit menggoyangkan tubuh Ara. Ara hanya menggeliat sedikit dan kembali tidur.
"Astaga nih anak kebo banget!" Reza memikirkan cara agar Ara bangun. Reza menggelengkan kepalanya saat mengingat kejadian konyol dan memalukan yang terjadi kemarin. Ia tidak mungkin mengulangi kesalahan yang kedua kalinya.
Saat sedang berpikir, matanya tiba-tiba membulat. Ia berhasil menemukan cara yang efektif agar Ara bangun. Ia benar-benar sangat yakin dengan cara itu yang pastinya tidak akan berakhir seperti kemarin.
Reza perlahan berjalan membuka gorden jendela. Nampak matahari belum terlalu memancarkan cahaya karena masih jam 6 pagi tapi tak urung Reza tetap membukanya.
Setelah membuka gorden jendela, Reza beralih mengambil remot. Bukan remot TV tapi remot AC. Reza mematikan AC dengan remot itu. Yah, inilah cara yang dipikirkan Reza tadi. Membuka gorden agar Ara merasa silau dan mematikan AC agar Ara kepanasan.
Reza tersenyum miring dan bersandar di tembok sambil memperhatikan Ara yang masih tertidur. Ia akan menunggu reaksi Ara yang kegerahan.
10 menit berlalu, Reza mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahnya. Sesekali Ia menarik-narik kerah seragamnya. Niat ingin mengerjai Ara, dia sendiri yang juga merasa gerah. Tak ingin berlama-lama merasakannya, ia berniat untuk keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl
Teen Fiction~Keadaan yang menyakiti kita dan keadaan itu sendiri yang mendewasakan kita~ Arasya Nandini M. . . Cukup kata bijak Arasya deskripsi ceritanya, biar lebih penasaran jalan cerita 'MYSTERIOUS GIRL' seperti apa😂 Kalau mau mampir, silahkan... Tapi...