002 : Tentang Zweitson

458 107 57
                                    

Happy Reading!
Denoument - chapter two

Happy Reading! Denoument - chapter two

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pagi ini Fiki sudah berdiri di depan kamar Fajri dengan tas ransel yang tersampir di bahu kananya, berniat mengajak Fajri untuk berangkat ke sekolah bersama.

"Berdua aja? Zweitson nggak diajak?" tanya Fajri ketika melihat Fiki hanya seorang diri, padahal ia tahu Zweitson juga bersekolah di tempat yang sama.

"Dia mah udah duluan dari tadi kali, lo nggak liat motornya udah pergi?" jawab Fiki seadanya.

"Yaah, padahal gue pengen ngajak dia satu mobil sama kita, biar gue lebih bisa deket juga sama penghuni sini. Besok aja gue ajak dia, deh."

Fiki terkekeh kecil. "Lo yakin mau ajak dia?"

"Ya 'kan dia juga satu sekolah sama kita, sekalian aja atuh."

"Masalahnya, Ji ... dia pasti nolak ajakan kita."

"Maksudnya?" tanya Fajri, masih tidak mengerti mengapa Zweitson pasti akan menolak ajakannya, padahal di coba saja belum.

"Gue udah bilang berkali-kali 'kan ke lo? Kalau orang-orang di kos ini tuh aneh semua, termasuk Soni."

"Emang Zweitson kenapa?"

Fiki mengangkat bahunya, dia sama bingungnya dengan Fajri. "Gue juga nggak tahu sebenernya dia kenapa, tapi tuh orang sulit banget gue deketin, kayak terlalu menutup diri gitu."

"Masa, sih?"

Melihat raut kebingungan Fajri membuat Fiki menghela napas, mendorong bahu anak itu agar segera berjalan ke luar kos. "Udah, lo nggak bakal ngerti sama sifat Zweitson. Ayo buruan jalan, nggak usah kebanyakan mikir!"

***

Sekarang sudah jam istirahat, guru yang mengampu pelajaran sejarah juga sudah keluar sejak beberapa menit yang lalu, tapi Fiki masih sibuk dengan pulpen dan buku catatannya.

"Fik, lama amat sih nyatetnya? Gurunya udah pergi lu masih aja nulis. Gue laper tau, buruan ke kantin," cerocos Fajri, perutnya sudah keroncongan dari tadi.

"Ya sabar dong, mata gue minus, susah bacanya!"

"Liat catetan gue aja kali."

Fiki menolak mentah-mentah, sambil terus menyipitkan matanya ke arah papan tulis. "Ogah, tulisan lo kayak ceker ayam."

"Yee, sembarang lu!" kesal Fajri, ia lalu bangkit dari kursinya. "ya udah lah gue mau ke toilet dulu, ntar ketemu di kantin, ya?"

Denoument - UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang