006 : Sobekan Koran

358 99 45
                                    

Happy Reading!
Denoument - Chapter Six

Fajri, lelaki itu tengah mengerjakan tugasnya di dalam kamar. Dengan wajahnya yang nampak kebingungan, tangannya terus mengacak-ngacak rambutnya akibat soal yang nampaknya sangat susah. Ia menghembuskan napas gusar dan terus menatap buku pelajarannya yang bermata pelajaran Fisika itu. Emang ya, Fisika sama MTK itu sama! Sama-sama susah, jadinya mikir keras, kan.

"Ah, iya kenapa gue nggak nyontek aja sama Fiki?" katanya sembari menjentikan jarinya. Baiklah cara paling benar adalah mencontek untuk sekarang. Daripada mikir keras sendiri buat apa? Mending nyontek.

Dengan cepat ia membawa bukunya serta peralatan tulisnya itu di tangannya dan mulai melangkahkan kakinya ke kamar Fiki yang tepat berada di sebelahnya.

Setelah sampai di depan kamar Fiki ia mengetuk pintu kamar Fiki dengan pelan. "Fik! Fikiii!" panggil Fajri.

"Hm?" dehem Fiki sambil menongolkan kepalanya di depan pintu dengan pipinya yang hampir tumpah itu.

"Lo tugas Fisika udah selesai, kan?" tanya Fajri to the point.

"Udah sih, tadi nyontek sama Soni," jawab Fiki sembari menyengir.

"Buku lo mana kalau gitu? Gue mau nyalin,"

"Bentar," katanya sembari masuk ke kamarnya. Lalu Fiki kembali dengan tangan yang membawa bukunya yang langsung di berikan pada Fajri.

"Oke, ntar gue balikin," balas Fajri lalu kembali ke kamarnya.

"KALAU LUPA DI BALIKIN LO BELIIN GUE PIZZA!" teriak Fiki yang membuat Fajri menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Kenapa ia punya temen yang modelannya kayak Fiki, sih?

Lalu Fajri segera menyalin tugas Fiki di bukunya. Dengan cepat.

Ia menghela napas lega saat tugasnya sudah beres, mau benar atau tidak itu urusan belakang. Yang penting ngerjain. Hayo, ngaku siapa yang gini juga?

Kaki-kaki jenjangnya mulai menuruni tangga, berniat ingin mengambil minum di dapur. Setelahnya ia kembali melangkah berniat untuk kembali ke kamarnya. Namun saat hendak ke kamarnya ia menemukan Ricky yang tengah membaca buku di depan tv. Karna ingin sedikit lebih mengenal dekat dengan para penghuni kosan. Ia dan Ricky juga jarang sekali mengobrol, ini pertama kalinya bisa di bilang. Yaa, walaupun ia juga agak takut sih sama Ricky yang berotot gitu, penghuni kosan ini kan aneh-aneh semua. Lalu ia segera duduk di samping Ricky dan meliriknya yang sibuk memnbaca buku. "Lagi ngapain sih, Bang?" tanya Fajri membuat Ricky menoleh ke arahnya.

"Lo udah kelar nugas, Ji?" bukan menjawab Ricky malah menanya balik.

"Udah," jawab Fajri.

"Yaudah, gue mau ngecek Soni bentar." kata Ricky sembari bangkit dari duduknya dan meletakan bukunya di sofa.

"Emang Soni kenapa?" tanya Fajri dengan raut wajah bingungnya.

"Yaa, gue pengen tahu aja sih keadaanya, lo pasti juga udah tahu kalau hampir tiap malem dia nangis di kamar, makanya gue khawatir, gue cuma mau dia balik semangat lagi kayak dulu." jawab Ricky.

"Dulu?" tanya Fajri lagi. Ia bingung dengan apa yang Ricky bilang, bukankah kata Zweitson dari dulu semasa sekolahnya ia selalu di bully? Jadi, yang benar mana?

"Iya, gue ke kamar atas dulu ya, Ji."

Fajri menatap kepergian Ricky dengan bingung. Tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Lalu ia duduk di sofa berniat untuk menonton film di televisi. Akan tetapi niatnya ia urungkan karna ia melihat buku yang tadi Ricky baca. Karna iseng dan kepo ingin tahu buku itu isi nya apa, ia mengambil buku itu dan mulai membaca dari lembar perhalamannya.

Denoument - UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang