2

2.4K 302 27
                                    

"Jangan mendekat!" Dengan penuh usaha untuk mengumpulkan keberanian selama beberapa detik, (name) berhasil mengatakannya.

"Ini—"

Beberapa orang merasakan bahwa kata-kata (name) mengandung rasa takut, tapi mungkin mereka belum mengerti.

Anak laki-laki dengan rambut hitam dan mata hijau bersinar tadi akhirnya terdiam lama, masih menatapnya dengan penuh harap.

Namun, (name) merasa tatapan itu mengerikan. Dia bahkan kesulitan menelan ludahnya.

Salah satu dari mereka langsung menangkap maksud dari ekspresi (name)

Salah satu pria dengan rambut pirang dan mata biru buru-buru menjelaskan, "A-Ah! Tidak! Kau salah paham! Kami bukan... pencuri! Kami-"

"Nggak, aku nggak percaya! Apa buktinya?!" teriakan (name) yang panik pun membuat mereka semua jadi terkejut.

"Kami sejujurnya juga tidak tahu kenapa kami tiba-tiba muncul di sini, jika kau tidak percaya, kenapa kau tidak mengecek apakah ada pintu rumahmu yang terbobol?" salah satu yang berambut pirang mencoba meyakinkan (name).

(name) terdiam. Sedikit merasa ragu, mengalihkan pandangan keluar pintu kaca yang menghubungkan ruang tengah dan gazebo di luar.

"Lalu... Bagaimana aku bisa percaya jika kalian tidak mencuri atau melakukan sesuatu..." (name) mencicit ketakutan.

"Bagaimana ya cara meyakinkanmu? Kalau dipikir-pikir mana ada penjahat yang mencoba merampok rumah orang dengan memakai jas." Yang berambut pirang lainnya berkata dengan memegang dagu dan melihat ke arah gazebo.

(name) tertegun. Benar juga... tapi tetap saja ia takut ah! Dari mana orang-orang ini berasal?!

"Mungkin kita bisa bicarakan baik-baik untuk mencari tahu apa yang terjadi," ucap pria dengan rambut kecoklatan dan mata hijau.

Melihat warna mata itu, (name) refleks melihat ke arah anak kecil tadi. Mata mereka sama. Apa mereka....

Dengan gugup, (name) akhirnya berkata, "Huft, baiklah, kalian bisa jelaskan kepadaku apa yang terjadi sebenarnya."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

________________

"London?! Kalian dari London?!" Setelah mendengar penjelasan mereka, (name) agak sedikit terkejut dengan hal ini.

"Ya, kami dari London. Apa ada masalah?" salah satu dari mereka yang berambut pirang, William James Moriarty bertanya sedikit khawatir setelah melihat respon (name) yang terlihat syok.

Setelah berbicara beberapa hal, (name) akhirnya tahu nama-nama mereka. Ada tiga bersaudara Moriarty yaitu Albert, William, Louis serta rekan mereka, Moran, Fred, dan Bond...

Dan anak kecil itu...

Namanya Gilbert, dengan rambut hitam dan iris mata yang berwarna sama dengan Albert, pantas saja jika mereka adalah ayah dan anak.

Sejujurnya (name) merasa sangat canggung menyadari bahwa bocah kecil itu diam memperhatikannya selama pembicaraan berlangsung.

"Sejujurnya sejak awal aku berpikir bahwa kau bukan orang London, walaupun kau bisa bahasa Inggris, aksenmu terdengar berbeda," tambahnya.

(name) pun tersadar dari syoknya dan buru-buru menjawab, "Memang bukan, lagi pula ini bukan di London."

Tatapan semua orang menjadi terkejut mendengar jawaban (name).

"Lalu... Ini dimana?" Louis bertanya dengan sedikit kekhawatiran di wajahnya.

"Huh? Ini... Indonesia."

"Indonesia?"

Mereka saling bertatapan dengan aneh. (name) juga mengerutkan kening atas respon mereka yang masih bingung.

Bukankah Indonesia termasuk negara yang terkenal juga? Apa mereka tidak pernah mendengarnya?

"Emm... Mungkin akan lebih jelas jika kau tunjukkan melalui peta... Sepertinya kami tidak pernah mendengar nama tempat seperti itu," ucap Bond memberi solusi

(name) pun mengiyakan sambil sedikit heran. Orang-orang memperhatikan gerak-gerik (name) yang sedang mengutak-atik sebuah kotak tipis di tangannya alih-alih mengambilkan peta.

"Nah ini tempatnya."

(name) menunjukkan peta yang ada di layar smartphone nya. "Di sini adalah Britania Raya, lalu di sini adalah Indonesia," ucapnya seraya menggeser peta di layar.

Semua orang terlihat tercengang dengan benda ajaib dengan peta di dalamnya yang bisa digeser seperti itu.

Louis akhirnya merespon, "Tapi... Itu... Bukankah itu wilayah kolonial Belanda?"

Mendengar ini, mendadak suasana agak hening.
.

.

.
"Hah?"

.
.
.
.
Tbc.




encounter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang