Sudah hampir seminggu telah berlalu. Hari-hari (name) jadi lebih mudah karena hampir semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh oleh Louis, Fred, dan Moran.
Yah, walau terkadang (name) merasa tidak enak dan harus berdebat dengan Louis terlebih dahulu jika ingin membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Sedangkan William, Albert, dan Bond terkadang membantu (name) belajar bahasa Inggris atau membantunya dalam Matematika.
"Kakak~" (name) langsung merasakan ada yang memeluknya dari belakang.
William, Albert, dan Bond melirik ke arah sumber suara. (name) hanya bisa tersenyum dan menoleh. "Gil, ada apa? Apa ada masalah?"
"Huh, kakak selalu sibuk akhir-akhir ini," keluh bocah kecil itu sambil cemberut.
Mendengar keluhan Gilbert, Albert, sang ayah merasa tertegun. Karena di masa lalu, walau Gilbert merasa terganggu, dia tidak akan pernah mengeluh secara langsung padanya dan lebih memilih diam.
"Gilbert, jangan mengganggu (name), dia sedang mengerjakan tugasnya," tutur Louis yang datang membawakan teh.
Di sisi lain Bond hanya terkikik melihat Gilbert yang semakin cemberut karena diomeli pamannya, begitu juga William yang tidak tahu lagi harus merespon apa ketika melihat tingkah laku keponakannya yang mulai aktif mengekspresikan perasaannya.
Dulu Gilbert begitu pendiam dan bahkan tidak tertarik berbicara atau berinteraksi dengan siapapun di mansion termasuk ayahnya sendiri sehingga semua orang kesulitan memahami bocah kecil itu.
Albert akhirnya mencoba membujuk putranya, "Gil, daripada mengganggu (name) seperti itu, lebih baik ayah memangkumu saja, bagaimana?"
Hening. Tidak ada jawaban sama sekali. Pelukan Gilbert pada (name) semakim erat.
Di sisi lain, di dapur, Moran yang sedang membantu Fred membereskan dapur menahan diri agar tidak tertawa.
Senyum Albert mendadak kaku begitu juga (name) yang mulai merasa tidak enak. Entah mengapa suasana menjadi sedikit mencekam.
"Hei... Gil... Jangan seperti itu pada ayahmu-"
"Haahh... Tidak apa-apa (name), dia sepertinya sangat menyukaimu ya?" Albert menghela napas berat setelah ditolak putranya sendiri dan tersenyum pada (name).
Masi bercampur perasaan tidak enak, (name) sedikit tersipu melihat senyum Albert. Namun, dibandingkan itu, dia lebih heran dengan hubungan ayah-anak ini.
Kenapa Gilbert begitu dingin pada Albert?
"Uhmm... Kalau aku boleh tau, boleh aku bertanya kenapa-"
Ting tong~
Bel rumah berbunyi!
"Oh sial!" (name) keceplosan mengumpat.
Dia lupa bahwa tiga hari lalu dia membuat janji mengerjakan tugas kelompok dengan temannya hari ini!
"Tamu?"
"Ah... Tunggu sebentar, biar aku yang menghadangnya," jawab (name) asal berbicara sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Gilbert dan menjelaskan dengan lembut pada bocah kecil itu.
"Huh? Menghadang?" Guman Bond heran ketika (name) meninggalkan mereka di ruang tengah dengan penuh tanda tanya.
Cklek-
"Oh h-hai Ian ...."
Di depan (name), berdiri seorang remaja laki-laki yang terlihat seumuran dengannya.
Melihat kegugupan (name), lelaki bernama Ian itu heran, "(name), kau tidak lupa dengan tugas kelompok kita kan?"
"Tidak! Tidak sama sekali! Aku ... Sudah mencoba mengerjakan sebagian tugas kelompok kita, hehe ... Tenang saja," jawab (name) semakin membuat Ian curiga.
"Yah sudahlah, kalau begitu mari kita kerjakan bersama saja, biar sekalian cepat selesai," ucap Ian sambil akan melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah (name).
"EH! TIDAK! JANGAN MASUK!" teriak (name) panik.
Mendengar itu, Ian terkejut. "Apa-apaan sih kamu?! Jangan berteriak!"
"Aku kesini buat menyelesaikan tugas kelompok kita, bukankan kita sudah janjian di rumahmu? Bukannya lebih baik sekarang kita mengerjakan di gazebo mu?" lanjutnya menyilangkan tangan.
"Uh... Begini... Ehem... Ian, rumahmu kan di seberang dan hanya berjarak beberapa langkah, jadi bagaimana kalau aku saja yang ke rumahmu?"
Itu memang benar, kebetulan Ian bukan hanya teman sekelas tapi juga tetangga (name).
"Hah?"
"Ohhh ayolah sobat, jawab iya! Ya Tuhan, tolong aku dari situasi ini, buat temanku menjawab iya," batin (name) meringis panik.
"Kau ini... Dasar, aku kan sudah datang ke sini, lalu kenapa pula aku kembali ke rumahku?" Ian makin curiga dengan tingkah laku (name), seolah dia menyembunyikan sesuatu.
"Rumahku kedatangan kerabat, ada beberapa anak kecil. Itu sangat tidak nyaman, jadi di rumahmu saja!" kata Ian begitu ngotot masuk ke rumah (name).
"Akkhh dasaarr! Jangan masuk! Sudah kubilang!" (name) begitu kaget. Ian sangat keras kepala dan main menyelonong masuk ke rumahnya begitu saja.
"Ini kan demi tugas kelompok, kenapa kau jadi aneh begitu?!" kata Ian jengkel menerobos masuk ke ruang tengah.
"(name)? Ada apa? Apa ada masalah-"
(name) baru menyusul Ian, namun semuanya terlambat.
Semuanya terbongkar begitu saja.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
encounter.
FanfictionDini hari ketika jam mulai meraih pukul empat, (name) yang terbangun lebih awal dan selama ini tinggal sendirian menemukan bahwa ada orang lain yang tiba-tiba muncul di rumahnya.