5

1.9K 251 7
                                    

Selesai sarapan dan mandi, (name) membawa buku-bukunya ke ruang tengah.

Karena sendirian, (name) lebih memilih mengerjakan tugas-tugasnya di ruang tengah yang luas dengan pintu terbuka menampakkan gazebo rumahnya yang berada di atas kolam ikan. Tidak lupa dengan angin semilir dan cahaya alami matahari yang masuk ke dalam.

Itu terasa sejuk dan menenangkan.

Tapi... Saat ini (name) tidak biaa dikatakan tinggal sendirian lagi.

(name) mencoba menahan ekspresi mengerutnya ketika menatap sekelompok orang asing masih ada di ruang tengah rumahnya.

Bukannya ia tidak suka, tapi... (name) jarang berinteraksi dengan orang luar apalagi tetangga.

(name) juga tidak pandai melayani dan menyambut tamu sehingga lebih memilih bersembunyi di kamar lalu mengecek dari ventilasi kamar ketika bel rumah berbunyi atau gerbang rumahnya digedor seseorang.

(name) pun meletakkan buku-buku pelajaran yang ia butuhkan di meja ruang tengah sambil bertahan dari tatapan semua orang.

Kasur tipis sengaja ia belum rapikan kemarin karena (name) terkadang lebih senang bersantai dan beristirahat di ruang tengah daripada tidur di kamarnya yang luas di rumahnya yang sepi itu.

"Nona, sejujurnya aku baru menyadari satu hal tadi." Suara William tiba-tiba membuat gerakan (name) yang merapikan buku-buku terhenti.

"Ah? Kenapa? Ada masalah?"

"Ya... Kau akan pergi sekolah dan aku lihat sepertinya kau tinggal sendirian... Jadi apa kau akan membiarkan rumahnya ditinggal dengan orang asing di dalamnya?" tanya William dengan sedikit ragu.

"Hah?" respon (name) agak sedikit lambat mencerna pertanyaan panjang yang diberikan William.

"Ke sekolah? Aku kan-ah aku belum menjelaskannya ya pada kalian." ucap (name) face palm karena merasa bingung harus menjelaskan.

"Begini..." (name) berusaha keras mencari kosakata yang tepat agar bisa memberitahu mereka dengan baik.

"Sekarang ada pandemi, ada wabah yang terjadi di seluruh dunia, jadi banyak kegiatan seperti bekerja dan sekolah dilakukan dari rumah," jelas (name). "Walau sekarang sudah ada beberapa yabg bisa tatap muka, tapi itu semua masih dalam aturan ketat."

"Pandemi? Wabah apa? Apa itu sangat berbahaya?" Louis bertanya khawatir.

"Yah berbahaya sih, banyak korban jiwa, ini pandemi karena corona." jawab (name)

"Jadi kupikir tidak bagus jika kalian keluar, akan mudah terserang penyakit di saat ini."

"Apa itu artinya... Kami boleh tinggal di sini?" Bond bertanya dengan sedikit ragu.

"Hah?? Ah-itu... Tidak apa-apa sih."

(name) buru-buru mengotak-atik laptopnya dan berpura-pura sibuk karena masih sedikit takut berbicara dengan mereka.

Gilbert meringsut duduk di sebelah (name) dan mendekat tanpa sepengetahuan (name). Benak bocah kecil itu mencoba menahan diri agar tidak mendusel ke (name).

Mata zamrudnya mengandung banyak kerinduan terhadap seseorang yang tidak bisa dijelaskan kata-kata.

"Kakak." Gilbert bahkan sejujurnya benci harus memanggil (name) seperti itu.

Panggilan itu menarik perhatian semua orang dan mengejutkan (name) yang gugup.

"?!"

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Gilbert dengan polos.

Tadinya (name) masih merasa tidak nyaman nelihat iris mata zamrudnya itu tapi sekarang, melihat ekspresi bocah mungil Gilbert, hampir saja hati (name) meleleh.

"Eum, sejujurnya aku hanya akan menunggu tugas sekolah yang akan datang sih sambil mengecek tugas yang masih belum selesai," jelas (name) riang kepada Gilbert.

(name) baru menyadari bahwa Gilbert ternyata seimut itu. Tanpa sadar tangan (name) terulur untuk mencubit pipi chubby Gilbert.

"Uh?"

"Eh...." (name) tersadar apa yang dia lakukan dan mulai salah tingkah. "Ah... Maaf, aku tidak bermaksud... Yah... Habisnya kamu sangat menggemaskan...."

Mata hijau Gilbert menunjukkan keterkejutan ketika mendengar ucapan (name), anak laki-laki itu terdiam dan tidak bisa berkata-kata untuk membalas (name).

Si ayah yang menatap interaksi putranya dengan (name) awalnya tertegun dan akhirnya hanya bisa tersenyum tipis.

"Nona (name)." sela William yang membuat (name) refleks mengalihkan pandangannya dari Gilbert.

"Ya?"

"Mumpung kau sedang... Menunggu tugas sekolah? Aku pikir kita bisa berbicara banyak untuk bertukar informasi," kata William.

"Informasi apa? Tentang zaman sekarang?" tanya (name)

"Tepatnya seperti itu."

"Oohh baiklah... Kau bisa bertanya lebih dulu...." Mata (name) sempat berputar beralih melirik Louis.

"Eh? Tuan Louis? Kupikir... Kau sebaiknya duduk saja, kenapa kau terus berdiri? Duduklah."

"Ah?" Louis mendadak kaget ketika tiba-tiba (name) menperhatikannya. "Tidak... Aku tidak apa-apa."

"Apa-apaan? Kau harus duduk. Bagaimana kau bisa terus berdiri?" ucap (name) tiba-tiba mengomel tanpa sadar.

Melihat tingkah laku (name), Albert hanya bisa tertawa pelan dan akhirnya membantu (name), "Louis, duduklah."

Mendengar kakaknya sudah bertitah seperti itu, Louis masih ingin menolak dengan halus namun dia pikir dia tidak bisa memperpanjang masalah sepele dan menghambat kakak-kakaknya memulai pembicaraan.

Louis hanya bisa menghela napas dan berjalan ke sofa dan duduk di dekat Gilber sambil bertanya canggung, "T-tapi... Apa tidak apa-apa jika kau... Duduk di bawah?"

"Hah?" (name) menatap heran. "Uh, aku sudah biasa mengerjakan tugasku di ruang tengah seperti ini, agar terasa enak aku duduk di bawah agar bisa menjangkau laptop di meja dengan mudah."

Awalnya (name) masih belum mengerti kenapa Louis menanyakan hal itu sampai dia baru ingat mereka dari masa lalu....

Tentu saja, Louis bertanya! Dan pantas saja hawa mereka tadi masih agak sedikit... Canggung!

Memang tidak mengenakkan jika kau duduk di kursi, namun lawan bicaramu sedang duduk di bawah dan yah... Mungkin itu terkesan tidak sopan. (name) meringis.

"Yah... Maafkan aku jika itu membuat kalian... Tidak nyaman...."

"Y-yah... Itu tidak masalah...," ucap Bond mewakili dengan kaku.

William pun berdehem dan mulai bertanya. "Kau bilang... Ini tahun 2021... Banyak hal yang membuat kami terkejut di sini... Lalu bagaimana kehidupan sekarang? Apa semua mendapat hak mereka dengan... baik?"

"Kehidupan saat ini? Untuk beberapa hal, semua orang bisa mendapatkannya jika berusaha." (name) menjawab mantap.

"Pendidikan? Pekerjaan? Tidak akan terhalang status yang rendah atau tinggi?"

"Itu semua? Tentu saja, walau... Kadang masih saja ada yang menggunakan statusnya untuk merebut hak orang lain sih... Ditambah pandemi sekarang, masalah di negaraku banyak sekali..."

"Tapi... Kalau di eropa... Walau aku tidak pernah kesana, aku sering mendengar kehidupan di sana sangat bagus dan penanganan untuk pandemi di sana sangat terurus dengan baik secara menyeluruh."

Membayangkan tentang eropa, (name) bahkan sempat tersenyum saat menceritakannya membuat William tertegun dan ikut tersenyum lega.
.
Lanjut part 2 :>
.
.
.
.
.
.
.
.
--------
Wkwkwk maap kepanjangan, agak bablas hampir 900+ words jdinya dibikin 2 part😭
Btw akhirnya author bisa membuat Louis duduk <( ̄︶ ̄)> krn kadang kzl banyak gosip louis g pernah duduk wkwk🤣🤣🤣

encounter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang