6

1.9K 263 18
                                    

Pagi lagi.

(name) bangun dengan malas setelah alarmnya berbunyi berkali-kali dari jam lima pagi tadi. Mentang-mentang karena ini weekend.

Rambut berantakan (name) membuatnya seperti orang gila di cermin. Matanya menatap lesu pada layar smartphone lalu akhirnya beranjak dari tempat tidurnya.

Krieeett....

(name) membuka pintu kamar dengan pelan sambil menguap.

Namun mendadak mata nya tadinya masih mengantuk langsung melotot.

Bond yang awalnya juga terkejut ketika akan mengetuk pintu kamar (name) memasang senyum manis untuk menyambut (name) yang baru saja bangun.

"Selamat pagi, (name)."

"Apa—!"

Sial, (name) lupa bahwa di rumahnya ada sekumpulan orang nyasar kemarin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

___________________________________

"Nona (name), apa kau akan terus berdiri disitu dan tidak pergi mandi?" tegur Bond sambil tertawa kecil melihat ekspresi (name) seperti hampir kehilangan jiwanya.

(name) akhirnya tersadar dan ikut tertawa canggung, "Tidak... Aku tadinya berpikir kemarin itu hanya mimpi dan ternyata kalian masih di sini, haha."

"Begitu ya...," balas William sambil menghela napas lelah.

"Tapi kami malah berharap ini semua tidak akan pernah menjadi mimpi, (name)."

Membatinkan itu, William tanpa sadar berekspresi murung dan itu disadari oleh (name). Melihat itu, (name) agak bergidik, merasa takut dan berpikir apa ada yang salah dari perkataannya.

"Nona (name), mungkin kau melupakan sesuatu."

(name) dengan otaknya yang masih loading hanya bisa mengerutkan dahinya bingung.

"Ah?! Tunggu! Aku belum membuatkan sarapan untuk kalian!" (name) panik begitu saja dan baru saja akan melarikan diri ke dapur jika Louis tidak buru-buru membalas, "Nona (name), tenang saja, aku sudah menyiapkan sarapan sejak tadi."

"HAH??!" syok (name).

Louis berekspresi tidak enak saat menjelaskan, "Karena kami pikir kau sangat lelah sehingga pasti akan bangun terlambat... Jadi... Aku dan yang lain dengan kurang ajar terpaksa mengotak-atik dapurmu."

"T-tidak, aku lah yang salah, melupakan kalian dan malah bangun kesiangan," balas (name). "Maafkan aku, aku terbiasa bangun jam segini kalau liburan."

"Lalu... Sarapan?" tanya (name) khawatir.

"Oh? Tenang saja, kami tidak terlalu banyak mengambil bahan..."

"Bukan itu maksudku, apa kalian sudah sarapan?"

"Ya, kami sudah sarapan, tadinya aku akan membangunkanmu untuk sarapan," jawab Bond.

Dengan perasaan yang sangat malu, akhirnya (name) memakan sarapan buatan mereka. Sedangkan yang lain sudah (name) arahkan untuk mandi duluan.

Sejujurnya untung saja (name) bangun kesiangan sehingga ia bisa makan sendirian dan bebas di ruang makan, jadi ia tidak akan terlalu menanggung banyak malu.

Tapi tetap saja itu akan sangat membekas di pikirannya.

'Aku harus mencoba bangun lebih pagi mulai sekarang' batin (name) sambil meringis.

"Kupikir kami akan membicarakan hal ini langsung."

"Huh? Membicarakan apa?" heran (name)

"Tentang bagaimana kami akan membalas budi padamu," jawab William dengan tersenyum.

"Balas budi tentang apa?" (name) masih belum mengerti.

"Ya... Itu karena kau sudah membantu kami dan membiarkan kami tinggal di sini," jelas Bond. "Jadi kami pikir kami harus membalasmu."

"Balasan? Memangnya kalian bisa membalas dengan apa?" tanya (name) polos yang membuat semua orang tertegun.

Walau mereka membawa uang pun mungkin itu sudah tidak berlaku lagi di zaman ini dan tidak bisa ditukar.

Ekspresi polos yang masih terpampang di wajah (name) menunggu jawaban membuat semua orang sedikit tertekan.

"Bagaimana dengan ini?" suara berat itu membuat semua orang menoleh.

Mata (name) terfokus pada jari-jari tangan seseorang yang memegang sesuatu berkilauan.

(name) menjadi tertarik, "Apa itu?"

Gadis itu akhirnya melangkah maju ke depan pemilik benda berkilauan itu dan berhenti karena terbatasi oleh meja ruang tengah.

"Ah?" Mata William melebar melihat apa yang diulurkan kakak tertuanya.

"Kak Albert... Itu kan—" Louis bersuara seolah tidak setuju.

Tangan (name) terulur untuk mengambil cincin berkilauan dari tangan Albert terpantul di iris mata zamrud Gilbert.

(name) memperhatikannya dengan seksama dan menyadari itu cincin yang indah.

Tapi entah kenapa rasanya (name) sedikit familiar dengan cincin itu.

"Tunggu... Ini cincin pernikahan?" (name) masih terfokus pada ukiran kecil yang ada pada cincin itu.

Catherine J. M.

'Nama wanita? Istrinya?'

"Ahaha, memang," jawab Albert membuat (name) terkejut.

"Hah?! Jadi serius cincin pernikahan?" kaget (name) baru sadar. "Astaga Tuan, bagaimana bisa kau memberikan cincin pernikahanmu padaku?!"

Bukannya tersinggung atau balik terkejut atas respon (name), Albert malah tertawa kecil.

"Kenapa kau tertawa?!," ucap (name) masih kesal dengan kelakuan Albert. "Jika istrimu mengetahui ini, aku bersumpah dia akan mengataimu."

'Dan sekarang 'istri'nya benar-benar menyumpahinya.' pikir Moran dan Bond mengalihkan pandangan dengan ekspresi hampir tertawa.

"Oke, jujur aku juga ingin kaya, aku memang ingin uang untuk saat ini, tapi tidak begini caranya!" kesal (name). "Aku juga tidak berniat memeras kalian, tidak perlu membalas apapun."

"Tapi kami merasa tidak enak tentang itu...," kata Bond. "Kau membiarkan kami tinggal di sini bahkan kau rela berbicara dengan Bahasa Inggris agar kita bisa berkomunikasi."

"Oh? Bahasa Inggris?" (name) mendesah lelah dan kesal. "Jangan khawatir soal itu, Tuan-tuan. Kupikir walau kalian tersesat di tempat lain dan bukan di tempatku, bahasa bukanlah masalah. Hampir semua orang tahu bahasa Inggris."

"Tapi belum tentu seseorang di luar sana anak membantu dan bersikap baik pada kami seperti yang kau lakukan."

Jawaban ini membuat (name) sempat terdiam dan hanya bisa tersenyum kaku.

"Emm... Soal bahasa inggris...." (name) menatap takut-takut pada mereka sampai matanya bersitatap dengan mata scarlet itu membuatnya terkesiap dan mengalihkan pandangan.

"Maaf... Maaf jika kemampuan bahasa inggrisku terdengar buruk, akhir-akhir ini pelajaran bahasa inggris juga menjadi sedikit sulit bagiku." ucap (name).

"Kalau kau kesulitan, aku bisa membantumu, (name)!" kata Bond tiba-tiba.

"Eh? Tapi ..."

"Anggap saja ini balasan dariku," ucap Bond bersemangat.

"Mengajar ya, kuakui kau sangat licik, Bond," ucap Albert tersenyum yang menyadari bahwa Bond telah mengambil kesempatan.

"Hmmm? Kenapa? Aku hanya ingin membantu (name)," balas Bond diam-diam sombong.

Melihat situasinya, (name) pun berkata, "Oke... Kalian ingin membalas budi... Baiklah, terserah kalian saja.."

.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc









encounter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang