Segitiga (?)

15 4 0
                                    

"Markus." Sapa Narendra saat orang yang dia panggil "Markus" membuka pintu apartemennya.

"Oh, hai Naren dan Haekal ya?" Markus tersenyum ke arah Haekal yang sedang bersembunyi di belakang Naren.

Haekal hanya mengangguk sebagai jawaban, jujur, Haekal sedikit waspada kepada Markus, meski Naren sudah meyakinkannya berkali-kali, Haekal tetap tidak terlalu yakin.

"Nana antar sampai sini aja ya Ekal, kalau butuh apa-apa telepon Nana aja, Nana tinggal dulu." Naren tersenyum, mengusap lembut surai Haekal.

Haekal mengangguk, namun saat Naren mulai beranjak pergi, lelaki berkulit Tan itu menahan tangan Naren membuat langkah Naren terhenti dan berbalik menatap Haekal.

"Takut." Bisik Haekal pelan agar Markus tidak mendengar kata-katanya.

Jika boleh jujur, sekarang Haekal terlihat sangat menggemaskan di mata Naren, telinga Naren memerah.

"Manis." Gumam Naren.

"Haekal, gausah takut, saya gak jahat kok." Haekal tersentak saat Markus memegang pundaknya dan tersenyum lembut.

"Sana Naren, kamu ada jadwal kan hari ini? Haekal biar saya yang urus." Kata Markus.

Narendra mengerutkan dahinya, Markus memang tersenyum kepadanya sekarang, tapi kenapa tatapannya seperti menyuruh Naren untuk menjauhi Haekal?

"Masa..." Naren menatap Markus lalu tersenyum.

"Iya, titip Haekal ya."

Markus hanya mengangguk sebagai jawaban, senyuman pria itu mulai meluntur saat Naren mengecup pipi Haekal.

"Nana pergi dulu ya Ekal."

Naren terkekeh kecil melihat wajah Haekal yang sudah memerah, lelaki itu mengalihkan pandangannya ke Markus.

"See you later, Markus." Kata Naren sebelum benar-benar beranjak pergi.

(H)ujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang