Haekal & Naren

30 8 3
                                    

Haekal mengedipkan matanya berkali-kali, dia mengerutkan hidungnya ketika bau obat-obatan menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya.

"Hey, kamu udah bangun?"

Haekal tersentak kaget, dia langsung menatap ke arah seorang lelaki bersurai hitam yang berdiri di depannya dengan senyuman lebar.

"Saya Narendra, dokter yang menangani kamu semalam."

"Dokter?" Haekal mengerutkan dahinya bingung, seingatnya kemarin dia pingsan di kamar mandinya setelah "Hujan" menenangkannya, tunggu, Hujan.

Haekal langsung menegakkan badannya, berusaha bangun dari tempat tidurnya.

"Hey! jangan banyak gerak dulu, kamu masih belum sembuh ya!" Narendra langsung mencegah pergerakan Haekal, menidurkannya kembali lalu memukul pelan lengan Haekal.

"Aduh! kok main pukul-pukul sih lo?" Protes Haekal.

"Eh, iya, maaf, saya kebiasaan hehe." Narendra menunjukkan senyuman manisnya.

"Ya, ngomong-ngomong, kok gua bisa ada disini? siapa yang ngebawa gua kesini?" Tanya Haekal.

"Oh, tetangga kamu yang melapor, katanya mereka mendengar kamu berteriak keras tapi tiba-tiba suara kamu menjadi sunyi, mereka khawatir dan mendobrak pintu apartemen kamu, kemudian mereka menemukan kamu tidak sadarkan diri di kamar mandi dengan shower yang masih menyala dan segera menelfon ambulan." Jelas Narendra panjang.

Haekal hanya mengangguk, dia menatap Narendra dengan tatapan bingung.

"Cuma ada gua yang di kamar mandi? gada siapa-siapa lagi?"

Narendra mengangguk.

Haekal menghela nafasnya, dia teringat dengan "Hujan" apakah itu semua hanya halusinasinya? entahlah Haekal juga bingung.

"Hey, Em."

Haekal menoleh ke arah Narendra, bulu kuduknya mulai merinding, sedari tadi dokter ini tidak berhenti menatapnya dengan senyuman lebarnya.

"Apasih?" Jutek Haekal.

"Kamu gak ingat sama aku?"

"Hah?" Haekal menatap dokternya bingung.

"Ini aku loh, kelinci!" Dokter itu duduk di tepi ranjang Haekal dan menggenggam tangan Haekal.

"Apaan sih, Kelinci siapa,- HEH LO KENAPA ANJIR." Haekal berteriak kaget ketika Narendra mendadak berdiri dan membuka bajunya.

Narendra memajukan tubuhnya, menunjukkan bekas luka yang terukir jelas di dadanya kepada Haekal, Haekal langsung terdiam, dia ingat betul siapa pemilik goresan ini dan bagaimana bisa dia mendapatkannya.

"Na...na?"

Narendra langsung memeluk Haekal dengan erat.

"Iya Ekal, ini Nana, aku berhasil, aku berhasil bertahan hidup Kal." Air mata langsung mengalir dari mata Narendra.

Haekal tersenyum, membalas pelukan "Sahabat" lamanya itu.

"Aku bangga sama kamu."

(H)ujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang