"Pagi, Haekal."
Haekal tersentak kaget, hampir saja dia teriak di hadapan Markus, lelaki itu lupa bahwa dia tidak tinggal sendiri lagi.
"Pagi, kak."
"Sini duduk, sarapannya sudah jadi." Kata Markus ramah sambil menunjuk kursi di depannya.
Haekal mengangguk, menuruti kata-kata Markus.
"Bagaimana tidurmu?" Tanya Markus sambil menyesap kopinya.
"Nyenyak kok." Haekal tersenyum kecil.
Jika boleh jujur, Haekal sama sekali tidak bisa tidur, dia terlalu takut dan waspada kepada Markus, meski sudah seminggu dia tinggal bersama pria itu, dia tetap tidak terbiasa.
"Don't lie to me Haekal, saya Psikolog kalau kamu lupa." Markus menatap Haekal yang sedang mengusap telinganya.
"Ah, maaf."
Markus terkekeh.
"It's okay Haekal, biasain ya? saya gak jahat kok, kamu bisa percaya sama saya," Markus menggantung kata katanya.
",saya tidak jahat seperti mereka."
Haekal menatap Markus dengan tatapan kaget.
"Dia tau? Nana cerita ya..?" Batin Haekal.
"Naren tidak menceritakannya kepada saya."
Haekal menatap Markus tidak yakin, jika Naren tidak cerita bagaimana lelaki di hadapannya ini bisa tahu?
"Kamu yang ceritain itu kepada saya Haekal, dari awal sampai akhir."
Haekal semakin bingung, semakin banyak tanda tanya dan pertanyaan yang muncul di kepala Haekal.
"Kamu bakal ngerti suatu hari nanti Haekal, saya kerja dulu ya."
Haekal menutup matanya dan memundurkan badannya saat Markus mengangkat tangannya, lelaki itu mulai bergetar, tapi ketakutannya langsung hilang saat tangan Markus mendarat di kepalanya, mengelus lembut surai miliknya.
Lelaki manis itu diam, membiarkan surainya di elus dan di usak.
"Nyaman." Batinnya.
"Sudah ya, saya pergi dulu, ada janji sama pasien." Markus terkekeh melihat ekspresi Haekal yang sedikit kecewa saat dia menarik tangannya.
"Iya.... hati-hati di jalan kak." Gumam Haekal pelan, namun masih bisa di dengar oleh Markus.
Markus tersenyum, menahan dirinya sendiri untuk tidak memeluk erat lelaki gembul di depannya.
"Iya makasih ya Haekal, dan, kamu gak berubah ya dariu dulu, masih ekspresif." Final Markus sebelum menghilang di balik pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
(H)ujan
Fanfiction" Hujan selalu menjadi saksi mata tangisan dirinya, tetapi anehnya, Hujan juga menjadi obat segala rasa sakit yang dialaminya." - 060600 -