XIV

9.1K 1.7K 224
                                    

Kalian bisa purchasing paket lengkap juga ya di karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian bisa purchasing paket lengkap juga ya di karyakarsa. Harganya jauh lebih murah daripada beli satuan.

Daaannn... selamat membacaaaa

==

"Sibling complex?" tanya Bian saat Galen akhirnya pergi dari ruangan ini. Tidak ada kehebohan apapun yang terjadi setelah jam makan siang, bahkan saat Bian melihat wajahku dalam rangkuman dua tangan Gama yang berbau burito. Ia baru menanyakan saat jam kantor telah usai tapi bokong kami masih menempel di kursi karena pekerjaan belum selesai.

"Apaan?" aku menghentikan pelototanku pada layar komputer. Mengalihkan mataku kepada Bian yang telah menempelkan badannya ke punggung kursi sedangkan dua tangannya naik ke atas untuk diregangkan.

"Lo sama Gama. Karena siang tadi kalian kelihatan kayak orang lagi lovey dovey saat kenyataannya, kalian sibling. So," sepasang mata Bian menyipit penuh kecurigaan, "kalian berdua lagi kena sibling complex?"

Aku memberinya tanda silang dengan dua tanganku. Sibling complex apanya! "Bukan kayak gitu ceritanya," kataku, "gue lagi tanya dia. Pilih Inez atau Nita terus dia milih jawaban yang aman. Pilih gue."

Tubuh Bian sudah tidak dalam kondisi bersantai lagi. punggungnya tegak, dua tangannya terlipat di dada, "Kalian, bener saudara kandung?" tanya Bian dengan wajah heran, "Gue juga punya bigbro, tapi nggak pernah tuh pake acara saling pegang-pegang pipi affectionately. Kenyataannya, kalau kulit gue sama abang gue bersentuhan, kami mensucikan diri pake tanah."

"Gue juga ada kecurigaan sama mereka," tahu-tahu Isa menyahut, "kalau kalian beneran saudara kandung, kenapa wajah kalian beda?"

"Memang kakak beradik itu syaratnya harus ada hubungan darah dulu?"

"Not sibling by blood?" kaget Bian.

"Tapi hubungan kami memang kakak beradik, pure. Nggak ada apapun di antara kami," kataku meyakinkan.

"Jadi hubungan kalian apa? Kakak adik sepupu? Kakak adik ketemu gede? Kakak adik tetanggaan?" Isa ingin tahu. Ekspresi wajahnya sudah seperti salin tempel wajah Bian yang juga menatapku lurus-lurus.

Mau tak mau, aku menjelaskan bagaimana Gama bisa jadi kakakku. Pertemuan pertama kami saat usiaku masih tujuh tahun yang kemudian berlanjut pada momen-momen selanjutnya meskipun minus detail-detail tentang keluarga kami yang kehilangan Vino.

"Dan kejadian tadi pas makan siang bukan karena kami sibling complex, tapi karena dia gue suruh milih antara Inez sama Nita!"

"Inez?" mata Bian membelalak.

"Jadi siang tadi Inez datengin lo karena ada hubungannya sama Gama?" tanya Isa yang siang tadi memang jadi saksi pertemuan kami.

Aku mengangguk, "Dia buatin bekal buat Mas Gama. Katanya khawatir. Bosnya jarang makan siang."

The Fool who Rocked my WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang