TLLP-08

116 34 2
                                    

[ᏢᏒᎬᏉᎥᎾᏌᎦ ᏟᎻᎪᏢᏆᎬᏒ]
______________________________________

"Seokjin, apa kau tak mempercayai Ayah dan Ibu? Taehyung juga Putra kami, Nak. Apa selama ini kami pernah berbuat hal yang membuat Taehyung dan dirimu menderita? Kami bahkan selalu mengutamakan kalian berdua."ujar Dongwook.

Seokjin memalingkan wajahnya, ia tak mungkin memberitahu hal yang sebenarnya pada Ayahnya.

"Ayah tak akan mengerti. Maafkan aku, aku tak bisa."ujarnya dan berlalu meninggalkan ruang kerja sang Ayah.

Dongwook hanya menatap kepergian Putra sulungnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apa yang tak Ayah ketahui tentang kalian, Seokjin?"

______________________________________

Today|Chapter - 08

Happy Reading :)

[ᏆᎻᎬ ᏞᎾᏉᎬ ᎾᎰ Ꭺ ᏞᎾᎦᏆ ᏢᏒᎥᏁᏟᎬ]

•Zerebos

Tap-!

Tap-!!

Tap-!!!

Suara sepatu milik seorang Pangeran berusia 16 tahun itu bergema di sepanjang lorong istana.
Dirinya melangkah terburu-buru dengan raut wajah yang terlihat cemas.

Sesampainya ia di depan sebuah pintu besar dengan corak api biru dan air yang saling menyatu, dirinya hanya menatap pintu itu dengan sendu.
Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu menghelanya secara perlahan sebelum mengetuk pintu tersebut.

Tok-!

Tok-!!

Tok-!!!

Tak ada sahutan dari dalam, namun Pangeran itu tetap membuka pintu besar tersebut secara perlahan.
Ia memasuki sebuah ruangan yang diyakini sebagai kamar dari sang Raja dan Ratu dengan mengendap-endap. Dirinya takut jika mengganggu waktu istirahat seorang Wanita yang tengah berbaring di atas ranjang besar di tengah-tengah kamar itu.

Sang Pangeran melangkah mendekati ranjang tersebut. Ia tersenyum kecut saat si Wanita yang terbaring di atas ranjang itu menyadari kedatangannya.
Keadaan Wanita itu terlihat sangat memprihatinkan, wajahnya yang pucat pasih, pipinya yang menirus dan tubuhnya yang semakin hari semakin kurus, sangat jauh berbeda dengan kondisinya beberapa tahun yang lalu.
Namun, biarpun kondisinya seperti itu, kecantikan di wajahnya tak pernah pudar.

"Ibu..."panggil sang Pangeran dengan lirih.

Wanita yang dipanggil 'Ibu' oleh Pangeran tersebut, menunjukkan sebuah senyuman hangat.
Tangan kanannya terangkat untuk menyentuh pipi sang Pangeran.

"I-Ibu sudah menunggumu..."ujar Wanita itu.

"Maafkan aku yang terlalu sibuk dengan urusan kerajaan hingga tak sempat untuk menemui Ibu.."sesal Sang Pangeran.

Wanita itu menggeleng dengan lemah. Putranya tidak bersalah, keadaanlah yang membuat Putranya selalu sibuk setiap harinya dengan urusan kerajaan.

The Love of a Lost Prince [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang