5. Ujian kehidupan

2.1K 357 18
                                    

"Yang namanya hidup mah pasti ada ujiannya. Sabar sabar. Kita doain aja yang terbaik buat dia, semoga cepet kualat gitu."





Tarik nafas, buang. Tarik nafas lagi, buang. Menguatkan dirinya, Hecan menatap pintu rumah hitam didepannya dari dalam mobil.

"Aduh kalo nyokapnya masih inget gue gimana? ck dasar asu emang si mark nih!" dumal Hecan.

"Lagian dia emang gak punya tangan sendiri apa? masa packing baju sendiri gak bisa! gue sumpahin buntung beneran tuh tangan!"

Akhirnya Hecan turun dari mobil. Sambil menenteng tas kecilnya.

Tok..tok..

"Yaaa sebentar!" sahut orang dari dalam.

Hecab sendiri sudah menelan kasar ludahnya saat hafal betul siapa yang menyahut tadi.

cklek.

"Iya?" kata wanita cantik yang baru saja membuka pintu.

'Nah kan bener dugaan gue. Tante Tae yang buka'

"Sore tante" sapa Hecan sopan.

"Sore" balasnya. "Hecan kan?" tanya Tae memastikan.

Hecan mengangguk ragu. "Iya tante."

Tae tersenyum lebar. Lalu mengajak Hecan masuk dengan sebelah tangannya yang menggandeng lengan Hecan.

"Udah lama banget gak kesini. Terakhir kapan ya Can?"

"Eh? gatau tante, aku juga gak inget"

"Iya juga ya."

"Kamu mau ketemu Mark ya? anak itu belum pulang, katanya mau lembur hari ini" kata Tae.

"Emm, bukan tante. Aku kesini diminta pak Mark buat packing baju dia buat lusa nanti." kata Hecan.

Terlihat Tae sedikit terkejut, lalu tak lama ia terkekeh kecil. "Astaga, tante lupa kalo kamu sekarang sekretarisnya ya. haha"

Hecan hanya tersenyum canggung.

"Tangannya masih lengkap kan dia?" tanya Tae yang membuat Hecan sedikit bingung namun akhirnya mengangguk.

"Nah biarin aja dia packing sendiri nanti. Umur udah mau dua enam kok manja." kata Tae yang disetujui Hecan dalam hati.

"Kamu disini aja. Kita ngobrol sambil bikin cookies gimana? tadi tante udah siapin bahannya cuma ketunda sebentar karena buka pintu."

Hecan berpikir sebentar. Tujuannya kesini kan bukan itu, lagian kalo Mark tau dia gak packingin barang-barangnya yang ada entar kuping dia panas kena omelan si alis tebel itu.

Tapi kan ini nyokapnya sendiri yang minta. Jadi gapapa lah.

"Boleh tante."

Tae tersenyum senang sampai menepuk tangannya. Gemas kan. Lalu dengan semangat mengajak Hecan ke dapur untuk membuat cookies bersama.

"Aduh tante lupa. Can boleh minta tolong?" tanya Tae pada Hecan yang sedang menalikan apronnya.

"Boleh tante"

"Vanilinya habis tante lupa beli. Boleh minta tolong beliin?"

"Boleh. Belinya dimana tante?"

"Deket. Itu di depan gang kan ada supermarket. Kamu beli disitu aja. Nih uangnya." kata Tae menyodorkan selembar uang.

"Yaudah kalo gitu aku beli dulu."

Sepeninggal Hecan, Tae mulai menyiapkan yang lainnya. Menghiraukan sosok pria dengan kemeja biru yang baru saja masuk.

Ashyu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang