chapter 1

3.4K 398 36
                                    











Izuna membuka pintu apartemen mewahnya. Pemuda tersebut masuk kedalam apartemennnya, dengan raut datar.

" Tadaima. " Ucapnya.

Hening, tak ada yang menjawab. Sudah biasa baginya, mengalami hal itu. Semenjak kematian kakak kembarnya, apartemen yang di tempatinya dan kakaknya, menjadi sepi.

Kilasan memori, ketika kakaknya masih hidup dan menyapanya dengan hangat.

" Okaerinasai, bagaimana hari mu Izuna? "

" Hari ini Niisan, membuat makanan favorit mu. "

" Jangan tidur terlalu malam, Izuna. "

" Apa kau baik- baik saja? Badan mu terasa sangat panas. "

" Hahahaha, mana mungkin Niisan mati, Niisan itu kuat. "

" Dasar, otouto bodoh, sudah kubilang jangan bermain api. "

" Tentu saja, Niisan akan melihat mu menjadi seorang dokter yang sukses. "

" Tenanglah, Niisan tidak akan meninggalkan mu sendirian, itu hanya mimpi, tidurlah kembali. "

" Oyaseminasai, my sun. "

Memori memori itu berputar di benaknya, membuat pemuda tersebut jatuh terduduk. Perlahan air mata mulai menetes, dari manik ungu miliknya.

" Kau membohongi ku, baka Niisan. "









*****









Pagi harinya, Izuna membuat sarapan untuk dirinya seorang. Pemuda dengan surai putih tersebut, mencoba mengingat kembali ucapan ucapan kakaknya, ketika mengajarinya memasak.

Manik ungunya menatap tajam, telur goreng yang telah hangus, setelah kesepuluh kalinya.

" Telur sialan, kenapa kau harus hangus?! " Ucapnya, menatap telur, yang berada di piring, dengan keadaan berantakan.

Mendengus kesal, akhirnya pemudanya itu, memutuskan untuk mencari sarapan di luar. Pemuda bersurai putih tersebut, tidak lupa untuk mandi dan mengganti pakaiannya.

Memilih baju dengan cara acak, lalu memakainya. Setelahnya, pemuda tersebut mengambil kunci motor, dan keluar dari apartemennya.

Visual:

Menaiki motor peninggalan, mendiang kakaknya, pemuda tersebut dengan cepat melesat pergi mencari sarapan untuk perutnya ,Yang sedari tadi berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menaiki motor peninggalan, mendiang kakaknya, pemuda tersebut dengan cepat melesat pergi mencari sarapan untuk perutnya ,Yang sedari tadi berbunyi.

" Sarapan apa ya? " Gumamnya.

Mengedarkan pandangannya ke segala arah, sampai manik matanya itu melihat toko roti, yang sepertinya baru saja buka.

Izana Twins { Kurokawa Izana }✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang