『special chapter Bonten' 2』

958 132 5
                                    









Di pagi hari yang cerah, terlihat seluruh manusia yang sedang berlalu lalang melakukan aktifitas pagi mereka.

Tidak jauh dengan kondisi para petinggi Bonten, yang kini tengah di landa kepanikan.

Kita kembali ke beberapa waktu yang lalu.

Sanzu yang baru saja bangun, langsung bersiap siap untuk menjalani harinya.

Pria bermanik hijau itu menatap dirinya di cermin, lalu menggunakan jas merah muda kesayangannya.

Dirinya melangkah keluar kamar, dan berjalan menuruni tangga.

Kedua matanya menulusuri sekitar, mencari sang pemimpin, yang biasanya telah bangun pagi-pagi buta.

" Oy Sanzu, kau lihat pangeran? " Tanya Kokonoi, yang baru saja keluar dari kamarnya.

Yang ditanya hanya menggeleng, lalu berjalan mendekati dapur.

Pria itu membuka kulkas milik Bonten, dan menggeledah isi kulkas tersebut.

" Ran! " Teriaknya, membuat sulung Haitani yang tengah menikmati sandwich nya terkejut.

Langsung saja pria Haitani itu menemui pria bersurai merah muda itu.

" Jangan teriak, masih pagi. " Ucapnya dengan sebal, dan hanya di balas tatapan datar oleh anggota nomer 3 Bonten tersebut.

Sanzu berjalan mendekati kursi dapur, lalu mengambil sebuah apel, dan menggigitnya.

" Kulkas kosong. " Ucapnya, lalu beranjak pergi.

Ran menahan dirinya untuk tidak membunuh pria yang berstatus rekannya itu.

Rindou yang tak sengaja lewat hanya diam, dan berlalu melewati dapur, menuju kamar sang pemimpin.

Si bungsu Haitani itu telah sampai di depan pintu kamar sang pemimpi, dirinya membuka pintu itu dengan perlahan.

Terlihat kamar dengan nuansa elegan dan mewah, dan sedikit berbeda dengan kamar para petinggi Bonten lainnya.

Visual:

Pria itu masuk kedalam kamar sang pemimpin, dengan langkah kaki yang pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu masuk kedalam kamar sang pemimpin, dengan langkah kaki yang pelan.

Manik ungunya menatap Izuna yang masih tertidur dengan pulas diatas kasur.

Kedua kakinya melangkah menaiki tangga, dan membuka pintu kaca itu.

" Pangeran, sudah waktunya bangun. " Ucapnya.

Izuna menggeliat dalam selimutnya, merasa terusik dengan kehadiran Rindou.

Langsung saja kedua kelopak matanya terbuka sempurna, memperlihatkan manik ungu yang redup.

Tangan kanan Izuna terulur, meraba raba atas lemari kecil yang berada di sebelahnya, untuk mencari sebuah botol kecil, berisi pil.

" Rindou, aku butuh air minum. " Ucapnya dengan suara kecil, lalu memposisikan tubuhnya menjadi duduk.

Tanpa berucap apapun, Rindou langsung berjalan menuju meja yang berada di depan kasur Izuna, dan menuangkan segelas air minum.

Pria itu berjalan mendekati Izuna, lalu memberikan segelas air minum itu.

" Arigatou. " Ucap Izuna.

Izuna mengambil satu pil, dan menelannya, setelah itu meminum air yang telah di berikan oleh Rindou.

Pria itu menaruh kembali botol pil tersebut di sebelahnya, dan meneguk habis air, di gelas itu.

Rindou mengambil gelas yang telah kosong, dari tangan Izuna, lalu menaruhnya di atas lemari kecil, yang berada di sebelah ranjang sang pemimpin.

Manik ungunya kembali menatap Izuna, yang tengah memejamkan matanya.

Dahi Rindou mengernyit, ketika melihat wajah Izuna yang sangat pucat.

Tangan kanannya terulur, untuk menyentuh dahi Izuna, dapat dirasakannya dahi Izuna yang sangat panas.

Hal itu membuat Rindou panik, dan langsung berlari keluar dari kamar sang pemimpin, meninggalkan Izuna yang kembali berbaring.

Seluruh anggota petinggi Bonten, yang mendengar kabar dari Rindou, bahwa sang pemimpin sakit, langsung bergegas menuju kamar sang pemimpin, dengan rasa khawatir dan kepanikan.

Terlebih Kakucho dan Mikey, yang dilanda rasa khawatir dan kepanikan yang tinggi.

" Bertahanlah, Izuna. "









To be continue~

Izana Twins { Kurokawa Izana }✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang