bacanya tenang dan santai spt jisung atau happy spt ayen ya, jgn tegang spt felix.
***
Papanya Haikal baru bisa dihubungin sekitar jam enam sore. Kurang dari lima menit dia sampai di rumah sakit. Bener-bener telat, Haikal udah dipindahin ke ruang inap dia baru dateng.
Galih dari tadi marah-marah karena kesel sama Papanya Haikal, nggak tanggung jawab. Waktu dateng juga bukannya nanyain keadaan Haikal malah sibuk ngurus administrasi.
"Siapa yang mau jelasin kronologinya sama saya?" tanya Papa Haikal abis dari kamar mandi, cuci wajah.
"Anu om." Raihan buka suara, Galih malah buang muka, nggak mau liat Papanya Haikal karena beneran muak. Farell sama Yasin udah balik duluan, Saka balik sementara buat ganti seragam. Katanya nanti jam tujuh dia kesini lagi.
Di keadaan kayak sekarang, cuman Raihan sama Bi Ani yang bisa diharapin keberadaannya. Haikal nggak punya siapa-siapa. Bahkan Papanya sendiri aja lalai, nggak bisa diandelin sedikitpun. Syukur seribu syukur Haikal punya temen-temen kayak Raihan, Saka, Farell, Yasin sama Galih yang bisa stay dua puluh empat jam.
"Katanya Haikal mau nyalip mobil, tapi salah perhitungan. Dari depannya ada angkot, nggak mau kasih jalan. Sama-sama ngebut, nabrak.”
"Anjing."
Raihan ngerjap. Bukan kaget karena denger omongan anjing—itumah udah jadi bahasa sehari-hari dia. Masalahnya, yang sekarang ngomong anjing itu Papanya Haikal, yang terkenal irit ngomong. Saking kagetnya, Raihan sampe refleks nyubit tangan Galih yang duduk di sebelahnya.
"Bi Ani mana?" tanya Papanya Haikal.
"Ke mushola om, solat katanya." Lagi-lagi Raihan yang jawab karena Galih nggak mau ngomong sama sekali.
"Bisa anter saya ke TKP?"
Mau nggak mau Galih sama Raihan ikut, nggak mungkin nolak. Raihan udah sempet kesana buat ambil barang-barang Haikal yang ketinggalan; kayak tas, sepatu, helm juga. Motornya udah rusak parah, nggak bisa dipake dan udah diderek sama truk tadi.
Papanya Haikal nggak keliatan sedih sedikitpun, justru marah. Dia banting pintu mobil udah nggak pake perasaan. Di TKP, orang-orang masih rame kumpul karena angkot yang depannya udah ringsek itu masih ada di tempat kejadian.
Di jalan, bekas darahnya Haikal ditumpuk pake tanah. Beneran banyak, orang cuman liat darahnya aja, pasti mikir kalau korbannya meninggal. Padahal enggak, walaupun kondisi Haikal belum stabil sekarang.
"Orang-orang bodoh, kecelakaan dijadiin tontonan." Papa Haikal parkirin mobilnya di pinggiran jalan.
Beliau nggak ngomong apa-apa, nggak ngajak Raihan sama Galih buat turun dari mobil juga. Tapi masa iya nunggu di dalem? Makanya mereka ikutan keluar dan buntutin Papanya Haikal yang tanya-tanya sama orang sekitar, nyari keberadaan si sopir angkot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Haikal [ ✓ ]
Fanfiction❝Kal, hidup itu perjalanan panjang yang nggak ada petanya. Makanya dinamain petualangan.❞ Hidup itu perjalanan singkat, Dara. Sesingkat mimpi buruk--semenyiksa itu. ••• a teenfic story, skz local ; remake from another work. tw! harsh words, ( s ) wo...