***
Di senin pertama ini, Andara ngejalanin harinya lesu. Dia sama sekali nggak ada semangat buat berangkat walaupun Kiana udah janji mau traktir baskin robbins sepulang sekolah. Di hari pertama juga, Papa Andara ngeluangin waktu buat nganter anak perempuannya pergi sekolah.
"Kok lemes gini, semangat dong, kan tahun depan mau masuk kedokteran."
Andara ngangguk-ngangguk aja digituin. Papa sebenernya ngerti Andara masih kepikiran Haikal, tapi ya mau sampai kapan? Istilahnya, hidup bakal terus berjalan, mau nggak mau, nggak bisa minta stuck di satu titik.
Sampai sekolah, kayak biasanya ada upacara. Upacara pertama selalu lebih lama dari biasanya, karena yang nyampein pidato pasti kepala sekolah langsung. Andara bener-bener lemes kayak belum makan, padahal dia udah ngabisin dua bungkus sari roti.
"Saya juga mau memberi apresiasi sebesar-besarnya kepada kakak kelas kalian yang tahun ini berhasil masuk perguruan tinggi. Baik dengan jalur rapor, prestasi, tes, ataupun seleksi mandiri. Sebagai salah satu motivasi, saya akan menyebutkan beberapa siswa yang berhasil lolos tahun ini, dan membuka peluang untuk kalian semua di tahun depan."
"Dimulai dari rumpun ipa, ya, saintek....."
"Keren banget ya, Ra, Kak Darwin masuk Fisip." Tasya nyenggol Andara yang dari tadi manyun, nutupin keningnya karena panas, mereka kebagian tepat di tengah-tengah lapangan.
"Gue juga nggak nyangka Kak Raihan masuk ilkom." Andara senyum kecil, noleh.
"Haikal Asa Darmawan, Universitas Indonesia jurusan Desain Komunikasi Visual, jalur mandiri."
Tasya ngebuka mulutnya lebar-lebar, Marcelline bergidik karena merinding, dan Kiana langsung teriak karena nggak nyangka, diikutin banyak tepuk tangan dari cewek-cewek kelas dua belas yang dulunya pernah naksir Haikal.
"Lolos, Ra!" Tasya ngegoyang-goyangin tangan Andara.
Sedangkan Andara refleks nutup wajahnya, dia jongkok. Nangis, keinget kalau Haikal dulu pernah nitip pesen buat Andara ngebuka website simak ui dan ngeliatin hasil tes Haikal, tapi nggak digubris sama Andara.
"Ra, berdiri Ra ada guru BK." Kiana nepuk-nepuk pundak Andara.
Dia berdiri perlahan, ngebuka wajahnya yang merah dan pipinya basah. Andara ngedongkak, nutup matanya rapat-rapat karena sinar matahari yang bikin silau.
"Kak, lo lolos! Lo masuk DKV kayak yang lo mau, lo nggak perlu nangis-nangis di manajemen bisnis, lo bisa seneng-seneng ngegambar as you wish!" Katanya pelan.
Usahanya nggak ada yang sia-sia. Belajar sampai pagi buta-nya nggak sia-sia. Takdir nggak bisa bohong, Haikal emang harus di kesenian. Sayang, waktunya yang nggak bisa diajak kerja sama.
Tapi nggak apa, di sisi lain, semoga kamu bisa ngelukis langit seindah yang kamu mau ya, Kal! Kasih tau kita sebahagia apa kamu disana dan semoga kita bisa ketemu lagi, suatu hari nanti.
***
Laki-laki yang tahun ini usianya empat puluh dua tahun itu, keliatan masih seger tanpa ada tanda-tanda menua—alias, ya, awet muda. Kalau kata orang, Papa Haikal selalu menolak tua dari dulu, wajahnya kayak gitu-gitu aja.
Hari ini, Papa bangun sedikit lebih siang. Dia bekal dua potong roti selai coklat yang disiapin pembantu barunya, Fitri. Terus berangkat ke kantor, kayak biasa. Selama empat tahun ini, kebiasannya nggak berubah.
Tapi, ada satu hal yang bikin hidup Papa beda seratus delapan puluh derajat.
"Nanti sore temen Isa ada yang rayain birthday."

KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Haikal [ ✓ ]
Fanfiction❝Kal, hidup itu perjalanan panjang yang nggak ada petanya. Makanya dinamain petualangan.❞ Hidup itu perjalanan singkat, Dara. Sesingkat mimpi buruk--semenyiksa itu. ••• a teenfic story, skz local ; remake from another work. tw! harsh words, ( s ) wo...